Alby begitu terkejut sekali ketika mendengar jika Kalea mau mengurus perceraian mereka.
“Kalea biarkan aku yang mengurus semuanya.”
“Jika kamu yang mengurus, aku rasa tidak selesai-selesai, Mas. Jadi biarkan aku yang mengurusnya agar hubungan kita berakhir lebih cepat.” Kalea tidak mau hidup dalam belenggu hubungan yang sangat menyakitkan ini, karena itu dia ingin segera mengakhiri semuanya.
Alby sengaja tidak mau memberikan itu karena masih butuh Kalea. Ibunya terus menanyakan Kalea, karena itu dia belum mau membawa perceraian mereka ke pengadilan.
“Kalau Mas Alby tidak mau memberikanya, aku bisa ambil sendiri.” Kalea segera masuk ke kamar, dan menuju ke lemari milik Alby. Dia segera mencari surat nikah itu.
Alby mengejar Kalea. “Lea, dengarkan aku. Kita bisa urus surat perceraian nanti, yang terpenting kita urus ibu bersama dulu.”
Kalea menghentikan tangannya yang sedang mencari surat nikah, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Alby. Dia menatap bingung pada pria yang kini berstatus mantan suaminya itu.
“Kenapa juga kita harus mengurus ibumu bersama. Itu ibumu bukan ibuku. Untuk apa aku ikut campur mengurus?” Kalea kembali mencari surat nikah miliknya dan Alby.
“Aku tahu itu ibuku, tapi kamu tahu bukan jika dia lebih membutuhkan kamu dibanding aku.” Alby berusaha meyakinkan.
Kalea akhirnya mendapatkan surat nikah itu. “Kamu sudah punya istri, suruh saja istrimu mengurusnya.” Dia yang sudah mendapatkan surat nikahnya, segera keluar dari kamar.
Alby melihat Kalea pergi tidak bisa membiarkannya, karena itu dia segera mengambil bajunya dan segera mengejar Kalea.
“Mas, kamu mau ke mana?” tanya Sandra menghentikan langkah Alby.
“Aku harus kejar Kalea.”
“Kenapa harus mengejarnya?” Sandra tidak terima dengan apa yang dilakukan Alby.
“Ibu masih butuh Kalea, jadi aku harus mempertahankan Kalea untuk ibu.” Alby langsung meraih koasnya dan mengejar Kalea.
Kelea terus berjalan keluar, tak mau berlama-lama di neraka yang memberikannya kesedihan itu. Setelah ini Kalea akan mengurus perceraiannya. Tak mau lagi berhubungan dengan Alby lagi.
“Kalea.” Alby mengejar Kalea.
Kalea terus saja berjalan. Mengabaikan Alby. Sambil berjalan, dia menghapus air mata yang mengalir di pipinya.
Alby yang lebih cepat mengejar Kalea, segera menarik tangan Kalea. “Kalea.”
“Apa lagi, Mas?” Kalea benar-benar kesal dengan Alby.
“Lea, tolong aku. Ibu butuh kamu. Aku tidak bisa mengurus ibu sendiri.”
“Mas, kita sudah bercerai. Ibu bukan lagi tanggung jawab aku. Jadi urus saja sendiri. Kamu juga sudah punya istri, suruh saja istrimu itu mengurus ibu.” Kalea berusaha melepaskan tangan Alby.
“Sandra sedang hamil, jadi mana bisa dia mengurus ibu.”
Kalea mengembuskan napasnya. “Kamu bilang Sandra tidak bisa mengurus ibu karena hamil. Jadi aku sama, Mas. Aku juga tidak bisa mengurus ibu karena hamil. Jadi jangan pilih kasih memperlakukan aku!”
Alby begitu terkejut ketika mendengar jika Kalea sedang hamil. “Kamu hamil?” tanyanya memastikan.
“Iya, aku hamil dua bulan, Mas.” Kalea kembali menangis.
“Jika kamu hamil, artinya kita tidak bisa bercerai, Lea.”
“Kata siapa kita tidak bisa bercerai, Mas. Kita tetap bisa bercerai, tapi hanya saja aku tidak bisa menikah lagi sampai bayi di dalam kandungan ini lahir.”
“Kalau begitu tinggallah di rumah sampai bayi di dalam kandunganmu lahir.”
“Aku tidak mau tahu. Aku tidak sudi tinggal bersama selingkuhanmu itu, Mas. Lepaskan aku!” Kalea berusaha melepaskan diri.
Sayangnya, Alby tidak mau melepaskan Kalea.
“Lepaskan Kalea!” Suara dr. Derran terdengar ketika Kalea sedang berusaha melepaskan diri.
Kalea segera mengalihkan pandangan pada pemilik suara itu, sambil terus melepaskan diri.
Alby melihat pria meminta melepaskan Kalea. Wajah pria itu tampak tidak asing. Namun, Alby lupa di mana dia melihat di mana. Sampai akhirnya dia ingat jika pria itu adalah dokter kandungan Kalea saat hamil Kyna.
“Lepaskan Kalea.” Dr. Derran segera menarik tangan Alby yang memegangi Kalea.
Akhirnya tangan Alby dapat terlepas dari tangan Kalea.
“Jangan urus campur urusan rumah tangga kami!” Alby memberikan peringatannya.
“Rumah tangga yang mana? Bukankah Anda sudah menceraikan Kalea!” Dr. Derran menarik tubuh Kalea untuk berdiri di belakangnya.
Dari bagaimana sikap pria itu pada Kalea, membuat Alby merasa jika pria itu ada hubungan dengan Kalea. Terbukti juga Kalea sudah menceritakan pada pria itu jika mereka sudah bercerai.
“Jadi ini alasanmu mau segera bercerai denganku?” Alby menatap tajam pada Kalea yang berdiri di balik tubuh kekar dr. Derran. “Kamu selingkuh dengan pria ini?”
Alby menatap tajam pada Kalea. Dia menyimpulkan dari apa yang dilihatnya.Kalea benar-benar tidak menyangka Alby menuduhnya seperti itu. Padahal dirinya yang selingkuh selama ini.“Jangan menyalahkan orang lain atas apa yang kamu lakukan sendiri! Bukankah kamu sendiri tahu jika Kalea meminta cerai karena kamu selingkuh!” Dr. Derran tidak tinggal diam, dia berusaha membela Kalea dan melindungi wanita itu dari tuduhan mantan suaminya.Alby benar-benar kesal dengan pria di depannya itu. Ternyata Kalea sudah menceritakan banyak hal tentang dirinya.“Aku memang selingkuh, tapi sepertinya kalian pun juga. Selingkuh di belakangku.”“Mas, aku tidak pernah selingkuh seperti yang kamu tuduhkan itu. Jangan samakan aku denganmu yang mengkhianati rumah tangga kita!” Kalea yang berada di balik tubuh dr. Derran pun akhirnya bicara.“Jika kamu tidak selingkuh, maka kembalilah ke rumah. Aku baru percaya.”“Aku tidak perlu membuktikan apa pun lagi karena memang hubungan kita sudah berakhir. Aku juga t
Kalea menatap plastik yang diberikan dr. Derran padanya. Berusaha menebak apa yang ada di dalam plastik itu.“Ini susu ibu hamil.” Sebelum Kalea mendapat jawaban atas apa yang ada di dalam plastik, dr. Derran lebih dulu memberitahu.Untuk sejenak Kalea terpaku mendengar apa yang dibawakan oleh dr. Derran. Sejak dinyatakan hamil, memang Kalea belum beli susu ibu hamil sama sekali.“Aku lihat kamu belum minum susu, karena itu aku membelikannya untukmu.” Dr. Derran menyodorkan kembali plastik tersebut.“Terima kasih banyak, Dok.” Kalea menerima plastik berisi susu tersebut. Entah harus sedih atau senang atas perhatian dr. Derran. Karena sejujurnya masih ada terbesit di hatinya menunggu perhatian Alby.“Ini susu terbaik yang sering aku rekomendasikan pada pasien, tapi aku tidak tahu kamu suka rasa apa, jadi aku membelikan semua rasa.” Dr. Derran tersenyum.Sudah dibelikan saja Kalea merasa senang. Jadi rasa apa pun, dia rasa tidak masalah. “Saya suka semua rasa. Nanti saya coba semua.”Dr
Langkah dr. Derran terhenti. Dia berusaha untuk tetap tenang, tak mau membuat Kalea tidak nyaman dengannya.“Iya.” Dr. Derran menatap Kalea.“Dr. Derran tidak jadi minum?”Dr. Derran mengalihkan pandangan ke arah gelas berisi minuman. Bodohnya dirinya karena meninggalkan minumannya begitu saja. Padahal tadi niatnya ke dapur untuk minum.“Iya, aku lupa.” Dr. Derran kembali lagi untuk mengambil gelas berisi minuman miliknya. Tak mau membawanya ke kamar, dia meminumnya di sana sekalian. Satu gelas berhasil ditengaknya dalam hitungan detik.“Sepertinya dr. Deran haus.” Kalea tersenyum melihat dr. Derran yang minum satu gelas begitu cepat.“Iya.” Dr. Derran mengangguk. “Aku ke kamar dulu.” Dia segera berpamitan untuk menghindar dari Kalea.Kalea mempersilakan dr. Derran pergi. Tak menaruh curiga sama sekali.Dr. Derran segera masuk ke kamar. Saat menutup pintu, dia memegangi dadanya. Jantungnya berdegup kencang ketika bertatapan dengan Kalea.“Kenapa berdebar? Apa aku menyukainya?” Pertany
Sandra bukannya tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh Kalea. Dia justru tertawa. Merasa lucu dengan sikap Kalea.“Padahal aku mau memberikan ucapan selamat, tapi kamu justru seperti itu.” Sandra pura-pura kecewa.Kalea berusaha untuk menahan diri agar tidak marah. Tak mau terpancing karena dia sedang di tempat umum.“Sebenarnya aku kasihan padamu. Padahal kita bisa jadi madu yang baik, sama-sama menjadi istri Mas Alby, dan sama-sama hamil anak Mas Alby. Sayangnya, kamu memilih untuk bercerai.” Sandra tersenyum penuh arti. Kata-kata itu tidak benar-benar dari hati. Karena sejujurnya dia suka dengan Kalea yang memutuskan untuk bercerai.“Jangan munafik! Aku tahu yang ada di otakmu. Sebenarnya kamu suka bukan jika aku bercerai?”Sandra langsung tertawa ketika mendengar ucapan Kalea itu. “Ternyata kamu pintar juga. Aku memang tidak suka, dan berharap jika kamu bercerai.”“Aku sudah bercerai. Jadi silakan ambil saja Mas Alby. Jangan ganggu aku lagi.” Kalea pun segera berbalik untuk s
“Aku hamil anak Mas Alby.”Tubuh Kalea mendadak kaku, seolah waktu seketika berhenti ketika kata-kata yang diucap wanita di depannya itu baru saja terdengar.Sandra wanita yang merupakan mantan Alby menatap penuh keyakinan. Kalimat yang keluar tidak ada keraguan.Sementara Kalea, tidak tahu harus percaya atau tidak.“A-pa mak-sud-mu?” Kelea sedikit terbata, suaranya serak, terbungkus kemarahan yang mulai membakar dirinya. Berharap yang baru saja didengarnya itu salah atau hanya prank seperti di film-film.Sandra menatap Kalea dengan tatapan dingin. “Baiklah, aku akan jelaskan lagi. Aku hamil anak Mas Alby, dan sekarang usianya sudah dua bulan.” Embusan napas pelan pun mengiringi setiap kata yang keluar.Tubuh Kalea terhuyung, sampai-sampai dia harus memegang pintu agar tubuhnya tidak jatuh. Hatinya benar-benar terasa tertusuk duri. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Alby, suaminya adalah laki-laki yang dia cintai. Kalea menaruh ribuan kepercayaan pada suaminya itu, tapi ternyata dia se
Kata-kata yang keluar dari mulut Kalea itu sontak membuat Alby terperangah. Alby pikir Kalea tidak akan seberani itu.“Perceraian bukan solusi, Lea.” Aku berusaha membujuk.“Lalu apa solusinya?” Kalea menatap tajam Alby.Alby benar-benar frustrasi kali ini. Tak sanggup jika harus kehilangan Kalea. “Apa kamu mau meninggalkan ibu begitu saja dengan perceraian ini? Ibu pasti tidak akan mampu menerima semua ini.” Kali ini Alby menggunakan ibunya untuk mempertahankan Kalea, karena tidak mungkin dirinya bisa menjadi alasan Kalea bertahan.Kalea memalingkan wajahnya, tak mau melihat Alby. Sejujurnya dia kesal karena Alby menjadikan ibu mertuanya sebagai alasannya bertahan. Seolah Alby tahu jika dia tidak akan bisa meninggalkan ibu mertuanya.“Mas, jangan bawa-bawa ibu!” Kalea memberikan peringatan pada Alby.Alby segera duduk di samping Kalea agar bisa bicara dengan baik-baik.“Ibu hanya dekat dengan kamu. Bahkan aku anaknya saja tidak bisa mendekati ibuku sendiri. Kamu menantu ibu yang palin
Perlahan Kalea membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar.“Kalea.”Mendengar suara Alby, membuat Kalea mengalihkan pandangannya pada suaminya itu. Melihat suaminya itu, rasanya Kalea benar-benar kesal.“Kalea, bagaimana keadaanmu? Apa kita perlu ke dokter?”Kalea selalu suka saat Alby perhatian, tapi tidak kali ini. “Tidak!” Dengan tegas dia langsung menolak sambil membuang muka. Melihat ke arah lain selain Alby.“Baiklah, kalau begitu kamu istirahat saja dulu. Aku akan berangkat kerja dulu.” Kelae tidak menjawab ucapan Alby. Masih mengalihkan pandangan ke arah lain. Saat Alby pergi, barulah Kalea merasa tenang. Perasaan Kalea kali ini campur aduk. Sakit, kecewa, dan marah. Hal itu tiba-tiba saja membuatnya pusing lagi.“Kenapa aku pusing? Apa aku mau datang bulan?” Biasanya rasa pusing itu melanda saat Kalea mau datang bulan, jadi dia menebak-nebak apa yang terjadi. “Tunggu-tunggu.” Namun, saat pikiran tertuju pada jadwal datang bulan, tiba-tiba dia in
Alby segera menghampiri Kalea. “Ayo kita bicara di kamar.” Dia mengajak Kalea untuk pergi dari ruang tamu yang diisi banyak orang.“Tidak perlu di kamar!” Tangan Alby yang berada di lengan Kalea pun segera disingkirkan.Alby hanya bisa pasrah ketika Kalea tidak mau bicara baik-baik.“Kamu mau menikahi selingkuhanmu itu, Mas?” Kalea menatap tajam pada sang suami dan beralih ke arah Sandra yang duduk di depan penghulu.“Namanya Sandra, Kalea. Jangan sebut dia seperti itu.” Alby menegur KaleaKalea mencibirkan bibirnya ketika suaminya tak mau Sandra disebut selingkuhannya.“Aku harus menikahi Sandra, karena dia hamil anakku. Anakku butuh status jelas. Jadi aku harus menikahinya.” Alby berusaha keras untuk menjelaskan pada Kalea.“Jika kamu mau menikahinya, harusnya kamu menceraikan aku dulu, Mas. Bukan justru menikahinya lebih dulu.” Suara Kalea meninggi. Letupan emosi di dalam setiap ucapannya terdengar jelas.Suara Kalea yang meninggi itu jelas menarik perhatian orang-orang.“Lea, bisak