Alby menatap tajam pada Kalea. Dia menyimpulkan dari apa yang dilihatnya.
Kalea benar-benar tidak menyangka Alby menuduhnya seperti itu. Padahal dirinya yang selingkuh selama ini.
“Jangan menyalahkan orang lain atas apa yang kamu lakukan sendiri! Bukankah kamu sendiri tahu jika Kalea meminta cerai karena kamu selingkuh!” Dr. Derran tidak tinggal diam, dia berusaha membela Kalea dan melindungi wanita itu dari tuduhan mantan suaminya.
Alby benar-benar kesal dengan pria di depannya itu. Ternyata Kalea sudah menceritakan banyak hal tentang dirinya.
“Aku memang selingkuh, tapi sepertinya kalian pun juga. Selingkuh di belakangku.”
“Mas, aku tidak pernah selingkuh seperti yang kamu tuduhkan itu. Jangan samakan aku denganmu yang mengkhianati rumah tangga kita!” Kalea yang berada di balik tubuh dr. Derran pun akhirnya bicara.
“Jika kamu tidak selingkuh, maka kembalilah ke rumah. Aku baru percaya.”
“Aku tidak perlu membuktikan apa pun lagi karena memang hubungan kita sudah berakhir. Aku juga tidak akan kembali ke rumahmu, apalagi hanya untuk mengurus ibumu. Sekarang kamu punya istri. Jadi urus saja sendiri!” Kalea menolak tegas permintaan Alby itu, dia tahu persis jika Alby sedang memanfaatkan kelemahan itu untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan apa lagi jika bukan mengurus ibunya.
Alby kesal dengan jawaban Kalea itu. Dia mendekat, berusaha untuk menarik Kalea.
Namun, dr. Derran segera menarik tubuh Kalea dan menutupinya dengan tubuhnya. Tubuh Kalea tertutup dengan tubuh kekar dr. Derran.
“Aku peringatkan lagi jangan ganggu Kalea! Apalagi memintanya datang ke rumahmu untuk mengurus ibumu. Ibumu adalah tanggung jawabmu, jadi sebaiknya kamu urus saja sendiri!” Dr. Derran memberikan peringatan pada Alby. Tanpa menunggu jawaban Alby, dr. Derran menarik tangan Kalea dengan lembut dan mengajaknya untuk masuk ke mobil. Dr. Derran membuka pintu dan mempersilakan Kalea masuk.
Tak menunggu lama, Kalea segera masuk ke mobil.
Dr. Derran yang masuk ke mobil segera melajukan mobilnya meninggalkan komplek perumahan Alby.
Tangis Kalea pecah ketika mobil melaju. Dia benar-benar terluka dengan apa yang dilakukan Alby padanya.
Sakit yang Kalea rasakan adalah ketika Alby menuduhnya selingkuh. Padahal selama ini dia begitu setia pada Alby. Belum lagi alasan Alby memintanya bertahan. Mantan suaminya itu ternyata hanya memintanya bertahan karena untuk mengurus ibunya. Kalea merasa hanya dimanfaatkan saja saat ini.
Dr. Derran memberikan tisu pada Kalea yang menangis.
Kalea menerima tisu yang diberikan dr. Derran, kemudian menghapus air matanya. Saat sudah mulai tenang dan air matanya sudah tidak ada, dia baru berani menatap ke arah dr. Derran.
“Maaf membuat dr. Derran terlibat.”
Dr. Derran menatap Kalea sambil membagi konsentrasinya pada jalanan. “Tidak masalah.” Dia tersenyum.
“Saya tidak menyangka jika Mas Alby akan menuduh dr. Derran yang tidak-tidak.” Kalea benar-benar merasa tidak enak dengan dr. Derran.
“Sepertinya dia hanya mencari kesalahanmu untuk membuatmu tetap di rumahnya. Jadi menggunakan aku sebagai alasan.” Dari bagaimana sikap Alby, dr. Derran menyimpulkan hal itu.
“Sepertinya begitu. Dia ingin saya tetap tinggal untuk mengurus ibunya.” Kalea juga merasa apa yang dikatakan dr. Derran sama dengan apa yang ada di pikirannya. “Enak saja, dia yang punya ibu kenapa saya yang diminta mengurus.” Kalea merasa kesal ketika Alby hanya memanfaatkan untuk kepentingannya sendiri.
Dr. Derran hanya tersenyum saja ketika melihat Kalea yang tampak kesal.
“Aku harap kamu tetap fokus pada kandunganmu. Karena tidak bagus bersedih dan kesal.” Dr. Derran menatap Kalea sebentar, dan kembali fokus pada jalanan.
Kalea langsung memegangi perutnya. Merasa jika yang dikatakan dr. Derran memang ada benarnya, dia harus fokus dengan anak di dalam kandungannya.
‘Mama akan menjagamu, Sayang,’ batin Kelea.
Mobil sampai di sekolahan. Kyna belum pulang sekolah. Jadi terpaksa Kalea harus menunggu Kyna lebih dulu.
“Maaf aku tidak bisa menemanimu. Aku harus segera ke rumah sakit.”
“Tidak apa-apa, Dok. Saya bisa pulang sendiri nanti.”
Akhirnya dr. Derran meninggalkan Kalea di sekolah. Kalea menunggu Kyna di kursi sekolah. Sambil menunggu, dia memikirkan apa yang harus dilakukannya setelah ini.
Sepertinya setelah ini dia harus mencari tempat tinggal dan pekerjaan, karena dia tidak bisa tinggal di tempat dr. Derran terus-menerus.
Setelah pulang Kyna pulang, Kalea mengajak Kyna untuk ke rumah dr. Derran lagi. Untuk sementara waktu, hanya rumah dr. Derran yang bisa dijadikan tempat berlindung. Besok Kalea akan mulai mencari rumah yang dapat disewa.
“Mama, kita tidak pulang ke rumah papa?” Di dalam perjalanan, Kyna bertanya pada sang mama.
Sejujurnya Kalea bingung harus menjawab apa pertanyaan itu. “Rumah papa sedang direnovasi. Jadi kita tidak bisa tinggal di rumah papa sementara.” Terpaksa Kalea berbohong, karena tidak tahu harus mengatakan apa.
Kyna yang polos percaya saja dengan apa yang Kalea katakan. Hal itu membuat Kalea bersyukur.
Seharian di rumah dr. Derran, Kalea mencari informasi rumah yang disewakan di internet. Sayangnya, rumah-rumah dekat dengan sekolahan Kyna cukup mahal. Tidak dipungkiri karena memang rumah-rumah di dekat sekolahan Kyna adalah kawasan elit.
Hal itu tentu saja membuat Kalea cukup kesulitan untuk mencari rumah yang disewakan.
Suara mobil yang datang membuat Kalea yang sedang asyik memainkan ponselnya mengalihkan pandangan ke pintu utama. Dia yakin jika dr. Derran yang datang.
Beberapa saat kemudian dr. Derran tampak masuk ke rumah. Namun, perhatian Kalea tertuju pada apa yang dibawakan oleh dr. Derran.
“Kalea ini untukmu.”
Kalea menatap plastik yang diberikan dr. Derran padanya. Berusaha menebak apa yang ada di dalam plastik itu.“Ini susu ibu hamil.” Sebelum Kalea mendapat jawaban atas apa yang ada di dalam plastik, dr. Derran lebih dulu memberitahu.Untuk sejenak Kalea terpaku mendengar apa yang dibawakan oleh dr. Derran. Sejak dinyatakan hamil, memang Kalea belum beli susu ibu hamil sama sekali.“Aku lihat kamu belum minum susu, karena itu aku membelikannya untukmu.” Dr. Derran menyodorkan kembali plastik tersebut.“Terima kasih banyak, Dok.” Kalea menerima plastik berisi susu tersebut. Entah harus sedih atau senang atas perhatian dr. Derran. Karena sejujurnya masih ada terbesit di hatinya menunggu perhatian Alby.“Ini susu terbaik yang sering aku rekomendasikan pada pasien, tapi aku tidak tahu kamu suka rasa apa, jadi aku membelikan semua rasa.” Dr. Derran tersenyum.Sudah dibelikan saja Kalea merasa senang. Jadi rasa apa pun, dia rasa tidak masalah. “Saya suka semua rasa. Nanti saya coba semua.”Dr
Langkah dr. Derran terhenti. Dia berusaha untuk tetap tenang, tak mau membuat Kalea tidak nyaman dengannya.“Iya.” Dr. Derran menatap Kalea.“Dr. Derran tidak jadi minum?”Dr. Derran mengalihkan pandangan ke arah gelas berisi minuman. Bodohnya dirinya karena meninggalkan minumannya begitu saja. Padahal tadi niatnya ke dapur untuk minum.“Iya, aku lupa.” Dr. Derran kembali lagi untuk mengambil gelas berisi minuman miliknya. Tak mau membawanya ke kamar, dia meminumnya di sana sekalian. Satu gelas berhasil ditengaknya dalam hitungan detik.“Sepertinya dr. Deran haus.” Kalea tersenyum melihat dr. Derran yang minum satu gelas begitu cepat.“Iya.” Dr. Derran mengangguk. “Aku ke kamar dulu.” Dia segera berpamitan untuk menghindar dari Kalea.Kalea mempersilakan dr. Derran pergi. Tak menaruh curiga sama sekali.Dr. Derran segera masuk ke kamar. Saat menutup pintu, dia memegangi dadanya. Jantungnya berdegup kencang ketika bertatapan dengan Kalea.“Kenapa berdebar? Apa aku menyukainya?” Pertany
Sandra bukannya tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh Kalea. Dia justru tertawa. Merasa lucu dengan sikap Kalea.“Padahal aku mau memberikan ucapan selamat, tapi kamu justru seperti itu.” Sandra pura-pura kecewa.Kalea berusaha untuk menahan diri agar tidak marah. Tak mau terpancing karena dia sedang di tempat umum.“Sebenarnya aku kasihan padamu. Padahal kita bisa jadi madu yang baik, sama-sama menjadi istri Mas Alby, dan sama-sama hamil anak Mas Alby. Sayangnya, kamu memilih untuk bercerai.” Sandra tersenyum penuh arti. Kata-kata itu tidak benar-benar dari hati. Karena sejujurnya dia suka dengan Kalea yang memutuskan untuk bercerai.“Jangan munafik! Aku tahu yang ada di otakmu. Sebenarnya kamu suka bukan jika aku bercerai?”Sandra langsung tertawa ketika mendengar ucapan Kalea itu. “Ternyata kamu pintar juga. Aku memang tidak suka, dan berharap jika kamu bercerai.”“Aku sudah bercerai. Jadi silakan ambil saja Mas Alby. Jangan ganggu aku lagi.” Kalea pun segera berbalik untuk s
“Aku hamil anak Mas Alby.”Tubuh Kalea mendadak kaku, seolah waktu seketika berhenti ketika kata-kata yang diucap wanita di depannya itu baru saja terdengar.Sandra wanita yang merupakan mantan Alby menatap penuh keyakinan. Kalimat yang keluar tidak ada keraguan.Sementara Kalea, tidak tahu harus percaya atau tidak.“A-pa mak-sud-mu?” Kelea sedikit terbata, suaranya serak, terbungkus kemarahan yang mulai membakar dirinya. Berharap yang baru saja didengarnya itu salah atau hanya prank seperti di film-film.Sandra menatap Kalea dengan tatapan dingin. “Baiklah, aku akan jelaskan lagi. Aku hamil anak Mas Alby, dan sekarang usianya sudah dua bulan.” Embusan napas pelan pun mengiringi setiap kata yang keluar.Tubuh Kalea terhuyung, sampai-sampai dia harus memegang pintu agar tubuhnya tidak jatuh. Hatinya benar-benar terasa tertusuk duri. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Alby, suaminya adalah laki-laki yang dia cintai. Kalea menaruh ribuan kepercayaan pada suaminya itu, tapi ternyata dia se
Kata-kata yang keluar dari mulut Kalea itu sontak membuat Alby terperangah. Alby pikir Kalea tidak akan seberani itu.“Perceraian bukan solusi, Lea.” Aku berusaha membujuk.“Lalu apa solusinya?” Kalea menatap tajam Alby.Alby benar-benar frustrasi kali ini. Tak sanggup jika harus kehilangan Kalea. “Apa kamu mau meninggalkan ibu begitu saja dengan perceraian ini? Ibu pasti tidak akan mampu menerima semua ini.” Kali ini Alby menggunakan ibunya untuk mempertahankan Kalea, karena tidak mungkin dirinya bisa menjadi alasan Kalea bertahan.Kalea memalingkan wajahnya, tak mau melihat Alby. Sejujurnya dia kesal karena Alby menjadikan ibu mertuanya sebagai alasannya bertahan. Seolah Alby tahu jika dia tidak akan bisa meninggalkan ibu mertuanya.“Mas, jangan bawa-bawa ibu!” Kalea memberikan peringatan pada Alby.Alby segera duduk di samping Kalea agar bisa bicara dengan baik-baik.“Ibu hanya dekat dengan kamu. Bahkan aku anaknya saja tidak bisa mendekati ibuku sendiri. Kamu menantu ibu yang palin
Perlahan Kalea membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar.“Kalea.”Mendengar suara Alby, membuat Kalea mengalihkan pandangannya pada suaminya itu. Melihat suaminya itu, rasanya Kalea benar-benar kesal.“Kalea, bagaimana keadaanmu? Apa kita perlu ke dokter?”Kalea selalu suka saat Alby perhatian, tapi tidak kali ini. “Tidak!” Dengan tegas dia langsung menolak sambil membuang muka. Melihat ke arah lain selain Alby.“Baiklah, kalau begitu kamu istirahat saja dulu. Aku akan berangkat kerja dulu.” Kelae tidak menjawab ucapan Alby. Masih mengalihkan pandangan ke arah lain. Saat Alby pergi, barulah Kalea merasa tenang. Perasaan Kalea kali ini campur aduk. Sakit, kecewa, dan marah. Hal itu tiba-tiba saja membuatnya pusing lagi.“Kenapa aku pusing? Apa aku mau datang bulan?” Biasanya rasa pusing itu melanda saat Kalea mau datang bulan, jadi dia menebak-nebak apa yang terjadi. “Tunggu-tunggu.” Namun, saat pikiran tertuju pada jadwal datang bulan, tiba-tiba dia in
Alby segera menghampiri Kalea. “Ayo kita bicara di kamar.” Dia mengajak Kalea untuk pergi dari ruang tamu yang diisi banyak orang.“Tidak perlu di kamar!” Tangan Alby yang berada di lengan Kalea pun segera disingkirkan.Alby hanya bisa pasrah ketika Kalea tidak mau bicara baik-baik.“Kamu mau menikahi selingkuhanmu itu, Mas?” Kalea menatap tajam pada sang suami dan beralih ke arah Sandra yang duduk di depan penghulu.“Namanya Sandra, Kalea. Jangan sebut dia seperti itu.” Alby menegur KaleaKalea mencibirkan bibirnya ketika suaminya tak mau Sandra disebut selingkuhannya.“Aku harus menikahi Sandra, karena dia hamil anakku. Anakku butuh status jelas. Jadi aku harus menikahinya.” Alby berusaha keras untuk menjelaskan pada Kalea.“Jika kamu mau menikahinya, harusnya kamu menceraikan aku dulu, Mas. Bukan justru menikahinya lebih dulu.” Suara Kalea meninggi. Letupan emosi di dalam setiap ucapannya terdengar jelas.Suara Kalea yang meninggi itu jelas menarik perhatian orang-orang.“Lea, bisak
“Tapi, Dok.”“Ini sudah malam. Sebaiknya kamu ikut saja.” Dr. Derran berusaha untuk membujuk Kalea.Kalea melihat anaknya. Pasti sang anak sudah sangat lelah. Apalagi tadi siang, dia membawa sang anak ke tempat bermain. Kalea juga berpikir jika saat ini dia tidak punya tempat untuk tinggal. Jadi tidak ada salahnya menerima tawaran dari dr. Derran untuk sementara waktu.“Baik, Dok.” Kalea pun akhirnya setuju.Dr. Derran membuka mobilnya dan mempersilakan Kalea dan anaknya untuk masuk. Barulah setelah itu dia memasukkan koper ke bagasi belakang, dan masuk setelah itu.Dr. Derran melajukan mobilnya. Tempat yang dituju adalah rumahnya.Sesampainya di rumah, dr. Derran mempersilakan Kalea untuk masuk ke rumah.Rumah keluarga dr. Derran cukup besar. Tentu saja itu membuat Kalea merasa tidak enak. Namun, berbeda dengan anaknya, dia begitu antusias sekali.“Wah ... rumah Uncle Dokter besar sekali.” Kyna sampai terperangah melihat rumah besar milik dr. Derran.“Apa kamu suka?” tanya dr. Derran