Ini di kota kecil tidak seperti Jakarta. Jadi Ed merasa tidak puas saat melihat beberapa mobil yang terpajang di showroom.Walau begitu anak-anaknya sudah antusias sekali pengen mamanya punya mobil sendiri biar bisa ajak mereka jalan-jalan.“Ini, Pa, bagus. Meida suka yang ini!” Meida menunjuk sebuah mobil yang bertuliskan HR-V.“Uhm, kalau Meida suka, okelah!”Ed mengacak rambut putrinya. Dia juga tidak lupa melibatkan Gala untuk meminta pendapatnya.“Bagaimana, Gala? Menurutmu mama akan suka tidak?”“Mama pernah bilang mau beli mobil yang murah saja, apa mobil ini murah, Pa?” ucap Gala dengan polosnya berterus terang.Dia memang pernah mendengar ucapanku bahwa nanti kalau uangnya sudah terkumpul aku akan langsung mengambil kredit mobil yang murah saja agar mereka tidak kepanasan dan kehujanan kalau pas jalan-jalan.Tak kusangka anak itu merekam ucapanku dan menyampaikannya pada sang papa.“Tabungan papa masih cukuplah, Nak, buat beliin mama mobil ini,” tukasnya pada Gala.“Oh, benar
Sesampai di rumah, kusempatkan memberitahu ibuku bahwa aku mampir ke rumah dulu untuk bersih-bersih.Rumah sudah lama tidak ditempati jadi harus dibersihkan, ibu tidak mungkin berpikir yang lain. Ketika turun mobil aku baru merasa ada yang beda.Tapi apa kira-kira itu?Pikirku saat masuk ke dalam rumah.“Ada apa?” Ed bertanya karena melihat raut wajahku yang tampak berpikir saat masuk rumah.“Sebentar!”Kulangkahkan kaki keluar lagi dari rumah. Baru aku tahu apa yang membuatku merasa ada yang beda.“Rumah di depan kenapa berubah?” tukasku seolah bergumam pada diri sendiri.“Hanya perkara itu sudah membuat wajahmu resah sedemikian rupa?” Ed yang ikut keluar mengolokku.“Kenapa? Apa tidak boleh merasa aneh pada keadaan yang tidak biasa?”“Boleh. Tapi sepertinya kamu termasuk orang yang terlalu overthinking pada banyak hal. Itu bisa sangat merusak mentalmu, Sayang,” tukas Ed.Kulirik pria yang berdiri di sampingku itu dan sudah tahu bahwa ucapannya ditujukan untuk menyindirku. Dia past
“Ada cara lain bukan untuk menyenangkan suami saat lubang bawahmu tidak bisa digunakan?”Astaga. Telingaku sampai geli mendengar kata-kata pria mesum ini.“Jangan ah, nanti kamu keblalasan! Dosa lho kalau sampai khilaf.” Tolakku.Namun Ed yang tambeng itu mana mungkin begitu saja melepaskanku.Usahanya sangat total ketika harus membuatku melakukan keinginanya.Mempermainkan tubuh atasku sampai gelonjotan dan baru dengan mudah menghipnotisku untuk mengikuti apa maunya.Kali ini sepertinya dia membuatku yang berusaha sementara dirinya hanya mengerang keenakkan. Bisa-bisanya aku mau juga melakukan hal yang sebelumnya menjijikan bagiku. Tapi jujur, melihatnya terpuaskan ada rasa bangga tersendiri dalam diriku....Kami terlelap sejenak setelah kegiatan membara itu. Perlahan mataku terbuka dan melihat wajah tampan yang masih anteng dengan napas halusnya.‘oh, priaku tampan sekali’ batinku sembari menjelajahi setiap lekuk garis-garis tegas wajahnya.Ed yang terusik membuka matanya namun t
“Ada apa, Ed?”Aku menatapnya resah. Adakah sesuatu yang membuatnya semuram itu?“Tidak apa, hanya sesaat tadi aku merasa kau kejam sekali padaku, Mila. Aku bahkan tidak bisa mendengar suara pertama mereka saat terlahir ke dunia, juga melihat tumbuh kembang mereka lima tahun ini,” suara Ed tampak sentimentil.“Oh!” tukasku sedih.Aku pun berubah menjadi muram sepertinya.“Eh, sudahlah, Sayangku. Itu tadi hanya sekelabat rasa sedihku saja karena kehilangan waktu yang berharga itu dalam hidup anak-anakku. Jangan sedih, itu juga karena salahku, kok.”Ed mengelus rambut kepalaku agar aku tidak sedih. Dia pasti tidak mau kami kembali membahas hal yang sudah berlalu. “Iya, Maafkan aku, Ed. Aku juga bersalah dalam hal ini.” Kupeluk Ed dan dia balas memelukku erat.Kuambil ponselku dan kubukakan dokumen foto anak-anak yang masih kusimpan di aplikasi penyimpanan online.Di sana ada video dan gambar-gambar lucu si kembar dari bayi hingga sekarang.Aku suka mengabadikan tingkah lucu dua bocahk
“Eng, Dia....” Aku tadinya mau menyampaikan bahwa pria yang sedang berdiri di sampingku ini hanyalah teman agar Vanka tidak membuat gosip yang tidak-tidak di kantor.Namun tiba-tiba Ed main rangkul dan cium pipiku saja membuat Vanka menatap dengan ekspresi risih padaku.“Maaf, kami pergi dulu!” ujarku menyeret lengan Ed berjalan menjauh. Kesal saja mengapa dia malah melakukan hal ini di depan wanita itu.“Oooh, sana mampir ke semak-semak buat tuntasin hasyratnya, dasar murahan!” masih kudengar Vanka mengataiku.Saat sudah masuk mobil, kutinju lengan pria gila itu. Untuk apa juga dia melakukannya? Benar-benar mengesalkan!“Wanita itu biang gosip, dia pasti akan membuat heboh penjuru bumi dengan informasinya tentang seorang rekan kerjanya yang diskorsing oleh big bosnya karena mengganggu calon istrinya, sekarang malah terlihat jalan bareng pria yang tiba-tiba nyosor dengan tidak tahu malu!” ucapku panjang lebar karena kesal pada Ed. Namun pria ini justru tertawa sembari membuka kaca mat
Aku tentu saja resah mengetahui wanita itu tidak berhenti berusaha menganggu suamiku sepagi ini. Sebenarnya apa yang dia mau? Sudah tahu Ed sama sekali tidak peduli padanya dan selalu mengabaikannya, masih juga tidak berhenti mengejarnya. Sepertinya aku harus ke kantor.Lagi pula, Si kembar sudah mulai aku uji coba untuk tidak menunggui mereka di sekolah.Jadi sembari menunggu jam menjemput anak-anak, aku bisa meminta sopir mengantarku ke kantor Lavidia sebentar.Sepanjang jalan menuju ke tempat ini, hatiku tidak berhenti jengkel karena membaca pesan dari Tika tentang Jessica yang sejak pagi tadi wara-wiri ke ruangan Ed.Ingin cepat sampai saja agar bisa mengusik mereka yang berdua-duaan di ruangan. Aku benar-benar tidak terima harus diombang-ambingkan sikap Ed tentang wanita itu sebelum melihat Ed bersikap tegas padanya di depan mataku.Maafkan wanita yang pernah dikhianati keadaan ini kalau tidak bisa dengan mudah percaya.Aku saja terkadang lelah dengan diriku sendiri yang sepert
“Astaga, ini perempuan garing benar! Aku sudah tahu yang ada di otakmu hanya mencari perhatian Edward saja. Padahal seisi kantor sudah tahu betapa murahannya dirimu. Kemarin Vanka melihatmu...”Kata-kata Jessica mengambang karena Ed segera menyelanya.“Cukup!” tukasnya yang membuat Jessica mengehentikan ucapannya.“Dia datang karena aku membutuhkannya mengantar dokumen proyek. Tolong, keluarlah Jessica. Kau seharusnya tahu aku sedang sibuk hari ini!” Ed menatap Jessica dan dengan terang-terangan mengusir wanita itu.“Kau mengusirku, Ed?” Jessica tidak terima.“Sejak tadi kau sudah di ruangan ini tapi aku tidak paham betul tujuanmu, semestinya kau tahu ini kantor untuk urusan pekerjaan. Jadi kumohon jangan seperti anak kecil yang sewaktu-waktu bisa datang ke tempat kerja hanya untuk bermain.” Ed menandaskan. Betapa hatiku merasa senang sekali melihatnya sekesal itu diusir oleh orang yang katanya adalah calon suaminya.Ed bilang tidak pernah melamarnya, tapi Jessica sudah memproklamir
“Ada apa?” suara Ed terdengar dingin pada Rafael.Dari dalam toilet di ruangannya aku bisa mendengar Ed berbicara dengan Rafael.“Mohon maaf sekali lagi, Pak. Tadi tidak ada siapapun di depan dan saya langsung masuk. Kupikir Anda di loby bersama Nona...” Rafael tidak melanjutkan.Mungkin ingat tentang pemandangan yang tertangkap sekilas di netranya, kami yang berpelukan tadi saat dia membuka daun pintu.Pria itu pasti sedih memikirkan perasaan sahabat dekatnya yang menunggu di loby dengan bodohnya, sementara calon suaminya malah bermain gila dengan wanita lain di ruang kerjanya.Normalnya hal itu akan membuat Ed sungguh terkesan tega dan kejam. Itu karena mereka tidak tahu saja bahwa Ed dan aku sebenarnya adalah suami istri.“Jangan ikut campur urusanku, katakan saja apa tujuanmu datang?” Ed langsung meminta Rafael fokus pada tujuannya datang dan tidak ingin membicarakan apapun di luar semua itu.Sudah kuduga pria itu pasti tampak lempeng dan cuek di depan Rafael meski sudah kepergok