แชร์

Bab 6

ผู้เขียน: Phoenixclaa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-18 21:27:03

Tiga minggu semenjak Naira tinggal di rumah Arga, hubungan mereka semakin baik. Naira mulai merasa nyaman di lingkungan baru yang jauh lebih hangat dibandingkan rumah mantan suaminya.

Arga, meskipun tetap dingin dan pendiam, perlahan menunjukkan perhatian kecil yang membuat Naira merasa dihargai.

Setiap pagi, Arga memastikan Naira sarapan sebelum ia berangkat kerja, meski hanya dengan ucapan singkat seperti, "Jangan lupa makan." Jika ia pulang lebih awal, ia akan menemaninya makan malam, meskipun kebanyakan waktu mereka dihabiskan dalam keheningan.

Namun, bagi Naira, keheningan itu lebih berarti daripada ejekan dan hinaan yang dulu ia terima.

Suatu sore, ketika Naira sedang membantu Mbak Hanum di dapur, Arga tiba-tiba muncul di ambang pintu. "Kau ada waktu sebentar?" tanyanya singkat, tanpa basa-basi.

Naira mengangguk, mengusap tangannya yang sedikit basah sebelum mengikuti Arga ke taman belakang. Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa aroma bunga melati yang sedang mekar.

Arga duduk di bangku kayu dan menatap langit senja sebelum akhirnya menoleh ke arah Naira. "Apa rencanamu ke depan? Kau tidak bisa terus tinggal di sini tanpa arah yang jelas."

Naira menggigit bibir, menunduk. "Aku belum tahu... Aku tidak punya tempat lain untuk pergi."

Arga menghela napas, nadanya tetap datar. "Kau bisa tinggal di sini selama yang kau butuhkan. Tapi kau juga harus mulai memikirkan masa depanmu. Aku bisa membantumu mencari pekerjaan atau memulai sesuatu yang baru."

Mata Naira membesar. "Kau benar-benar mau membantuku?"

Arga menatapnya sekilas, lalu kembali memandang lurus ke depan. "Aku tidak akan menawarkan kalau aku tidak serius."

Perlahan, senyum kecil muncul di wajah Naira. "Terima kasih, Arga. Aku akan memikirkannya."

Arga hanya mengangguk kecil, tak mengatakan apa-apa lagi. Baginya, kata-kata berlebihan tidak perlu jika tindakan sudah cukup berbicara.

Setelah percakapan itu, malam perlahan merayap masuk. Di teras rumah, Naira duduk dengan secangkir teh hangat di tangan, menghirup aromanya yang menenangkan.

Angin malam berhembus lembut, membawa aroma tanah yang baru tersiram embun. Suasana begitu hening, namun tidak canggung sebuah keheningan yang nyaman.

Arga duduk di sebelahnya, pandangannya menerawang ke langit gelap bertabur bintang. Tanpa sadar, kenangan masa lalu kembali menyeruak, membawa mereka pada nostalgia yang selama ini terpendam.

Arga teringat masa SMA-nya yang penuh dengan ejekan dan kesepian. Tubuhnya yang dulu gemuk menjadi bahan olokan banyak orang, tetapi di tengah semua itu, ada satu orang yang tetap di sisinya yaitu Naira.

Gadis ceria itu tak pernah ragu untuk duduk di sebelahnya, berbagi cerita, bahkan membagi jajannya tanpa menghakimi. Baginya, Naira adalah satu-satunya cahaya di masa-masa kelam itu.

"Dulu aku selalu menunggumu di kantin," kata Arga dengan nada datar, tapi ada sedikit kehangatan dalam suaranya. "Kau satu-satunya yang tidak peduli kalau aku makan banyak."

Naira tertawa kecil. "Bagaimana bisa aku peduli? Aku senang melihatmu makan dengan lahap. Lagipula, kalau aku tak menemanimu, siapa lagi yang mau?"

Arga hanya mengangkat bahu. "Saat itu... kau satu-satunya temanku. Tidak ada yang lain."

Naira menatapnya, mengingat masa-masa SMA mereka. Bagaimana ia satu-satunya yang mau berteman dengan Arga yang dulu gemuk dan canggung. Bagaimana ia selalu berbagi jajannya tanpa pikir panjang.

Ia tak pernah melihatnya sebagai seseorang yang berbeda. Namun kini, saat mengingat semua itu, ada sesuatu yang terasa berbeda di hatinya.

Arga menghela napas pelan sebelum akhirnya berkata dengan nada datar namun tegas, "Naira, menikahlah denganku." Ia menatapnya dalam, tanpa ekspresi berlebihan, namun ada ketegasan di sana. "Aku tidak bisa menjanjikan banyak hal, tapi satu yang pasti aku akan menjagamu. Tidak akan ada lagi yang bisa merendahkan atau menyakitimu."

Hening menyelimuti mereka sesaat. Naira menatapnya, hatinya bergetar mendengar kata-kata itu. Pernikahan bukan sesuatu yang pernah ia pikirkan lagi setelah luka yang ia alami, tetapi tawaran Arga... terasa berbeda.

Ia tertawa kecil, lebih kepada dirinya sendiri. "Jadi, ini caramu? Melamar dengan tiba-tiba?"

Arga mengusap tengkuknya sekilas, tetapi tetap dengan ekspresi tenangnya. "Bima bilang aku harus melakukannya dengan cara langsung."

Naira mengernyit. "Bima?"

Arga mengangguk kecil. "Dia bilang, kalau aku memang ingin menjagamu, sebaiknya aku melakukannya dengan jelas. Tanpa ragu."

Naira terdiam, lalu matanya tertuju pada benda kecil di tangan Arga sebuah kotak beludru hitam yang hampir tak terlihat dalam genggamannya.

"Kau bahkan menyiapkan cincin?" Naira hampir tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Arga hanya mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu cara melamar yang benar. Tapi kalau aku ingin kau menjadi istriku, seharusnya aku melakukannya dengan benar, kan?"

Naira menatapnya lama, pikirannya berputar liar. Ini kesempatan yang tidak pernah ia duga, tetapi mungkin inilah jalan terbaik. Jika ia menerima lamaran Arga, ia akan mendapatkan status dan perlindungan. Mantan suami dan keluarganya tidak akan bisa lagi merendahkannya.

Perlahan, sudut bibirnya terangkat. Menjadi istri Arga berarti membuktikan bahwa ia bukan wanita lemah yang bisa dihancurkan sesuka hati. Ia akan berdiri lebih tinggi, lebih kuat, dan akhirnya bisa membalas semua luka yang mereka berikan padanya.

Terlebih lagi, ia sudah mengetahui sesuatu yang membuat keputusannya semakin mantap. Arga bukan hanya seorang pria biasa, dia adalah bos di perusahaan tempat Reyhan bekerja. Jika ia menikah dengan Arga, ia punya cara untuk membalas semua perlakuan buruk yang pernah ia terima.

Tatapan mereka bertemu, lebih lama dari sebelumnya. Di tengah keheningan, perlahan kebekuan di antara mereka mencair, membuka kemungkinan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 7

    Naira menatap cincin di tangannya, jemarinya sedikit gemetar. Arga melamarnya bukan sekadar basa-basi atau sekadar janji kosong. Pria itu serius. Tanpa banyak berpikir lagi, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil."Baiklah, Arga. Aku menerimanya."Arga mengangguk, tak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang terlihat lebih lembut dari biasanya. "Baik. Aku akan mengatur semuanya."Beberapa hari kemudian, Naira duduk di dalam mobil Arga, memandangi jalanan yang semakin jauh dari kehidupannya yang dulu. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak menentu. Ini bukan hanya tentang pernikahan ini tentang memulai kembali sesuatu yang baru.Mobil berhenti di depan sebuah rumah megah dengan arsitektur klasik yang memancarkan kesan elegan. Pilar-pilar tinggi dan taman luas menyambut mereka, menandakan kebangsawanan keluarga ini yang tak bisa disangkal. Naira merasa perutnya sedikit bergejolak. Ia tak pernah membayangkan akan be

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-19
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 8

    Setelah resepsi pernikahan yang penuh ketegangan itu berakhir, Arga membawa Naira keluar dari aula, menuju kamar pengantin mereka di hotel tempat acara berlangsung. Begitu pintu tertutup, Naira menghela napas panjang, menatap cermin besar di depannya. Wajahnya masih terlukis dengan senyum kemenangan, tapi di balik itu, ada sorot mata penuh rencana.Arga yang sejak tadi memperhatikan Naira mendekat, membuka dasinya perlahan. "Kau menikmati kejadian tadi, bukan?"Naira berbalik, menatap suaminya yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya. "Menikmati apa?"Arga menyeringai kecil, menatapnya dalam. "Melihat Reyhan dan Raisa terbakar amarah. Aku bisa merasakan tatapan mereka menembus punggungmu sepanjang malam."Naira tertawa kecil, lalu melepas antingnya. "Itu bonus. Aku hanya memastikan mereka tahu tempat mereka sekarang."Arga mendekat lebih jauh, satu tangannya menyentuh dagu Naira, mengangkatnya sedikit. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, Naira?Mata Naira bersinar penuh tekad.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-20
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 9

    Beberapa hari kemudian, suasana berbeda terjadi. Bu Maya merayakan ulang tahunnya, dan Reyhan mengajaknya makan malam di restoran mewah, La Violeta, bersama Lila dan Raisa. Namun, ketika mereka tiba di sana, seorang pelayan menghadang mereka di pintu masuk."Maaf, Tuan, tapi restoran ini telah dipesan sepenuhnya oleh seseorang malam ini."Reyhan mengerutkan kening. "Siapa yang memesannya?"Pelayan itu tampak ragu sebelum menjawab, "Nyonya Muda Keluarga Wijaya."Suasana mendadak tegang. Bu Maya menghela napas tajam, ekspresinya berubah drastis. "Nyonya Muda Keluarga Wijaya? Memang siapa orang itu?"Pelayan itu hendak menjelaskan lebih lanjut, tetapi Reyhan lebih dulu menjawab dengan nada datar, “Dia istri Pak Arga, pemilik perusahaan fashion Wijaya tempatku bekerja bu.”"Bukankah bagus kalau yang di dalam itu istri bosmu, Rey?" kata Bu Maya setelah berpikir sejenak. "Kita bisa menyapa sebentar, siapa tahu dia bisa memberikan kita satu meja. Ibu sangat ingin makan di sini malam ini. Re

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-21
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 10

    Di dalam mobil yang melaju meninggalkan restoran, suasana tegang. Bu Maya duduk di kursi belakang, wajahnya merah padam. "Aku masih tidak percaya itu Naira! Bagaimana dia bisa menikahi bosmu, Rey?" geramnya.Lila menggigit bibir, shock. "Dia dulu hanya gadis bodoh yang bisa kita mainkan."Reyhan mengemudi dalam diam, rahangnya mengeras. Namun, tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan karena ia sendiri juga masih bingung dengan hal itu.Beberapa hari kemudian di kantor, suasana tegang. Reyhan, Raisa, dan karyawan lain bekerja ekstra keras. Kampanye fashion tinggal dua minggu lagi, tetapi konsep yang mereka susun enam bulan terakhir harus diubah total karena keputusan Naira dalam rapat pekan lalu.Naira, yang kini berpengaruh besar di perusahaan, menilai desain mereka terlalu eksklusif. Ia menginginkan perubahan desain yang tetap mewah, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah.Bagi tim kreatif yang terbiasa melayani selera kelas atas, ini tantangan sulit. Mereka harus

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-21
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 11

    Meski tim Reyhan kesulitan menyesuaikan konsep baru dari Naira, mereka tetap bekerja tanpa lelah. Lembur menjadi rutinitas, kopi sahabat setia, dan setiap perubahan diterapkan dengan teliti meski frustrasi terus menghantui.Raisa yang nyaris menyerah akhirnya menemukan cara menyesuaikan desain tanpa kehilangan identitas merek. Dengan dukungan Reyhan dan tim, mereka menciptakan koleksi elegan yang tetap terjangkau, meski dengan banyak pengorbanan.Hari kampanye fashion tiba. Gedung mewah dengan dekorasi modern dan catwalk memukau dipenuhi tamu dari berbagai kalangan investor, media, pelanggan setia, hingga masyarakat kelas menengah yang jarang hadir di acara eksklusif.Untuk pertama kalinya, audiens lebih luas. Raisa dan Reyhan canggung, terbiasa dengan eksklusivitas. Bagi mereka, ini bukan sekadar perubahan pasar, tetapi juga pukulan bagi kebanggaan mereka menjaga standar merek kalangan atas.Di sudut ruangan, mereka mengamati model-model di catwalk mengenakan koleksi terbaru. Desainn

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 12

    Tiga hari kemudian, dalam acara makan malam karyawan kantor setelah kampanye fashion sukses besar, Naira sengaja menghampiri Raisa saat mereka sedang berdua di balkon, dengan segelas wine di tangannya.“Kau tahu, Raisa… Reyhan mungkin menceraikan aku demi dirimu, tapi kau yakin dia benar-benar melupakanku?” Naira menyesap anggurnya, tersenyum tipis. “Ironis, ya? Kita dipertemukan lagi seperti ini.”Raisa mendesis kesal, rahangnya mengencang. “Apa yang kau inginkan, Naira?” suaranya tajam, sarat dengan kekesalan.Naira tersenyum licik. "Dia tetap pria yang sama Raisa, pria yang penuh kebimbangan dan lari saat keadaan sulit. Jika dia benar-benar mencintaimu, dia akan menunggumu kembali dari luar negeri, bukan menikahiku. Tapi dia tidak menunggumu, kan? Dia memilih aku, berbagi hidup denganku. Kau hanya pelarian, seseorang yang kebetulan ada di saat yang tepat."Raisa menatap Naira tajam. Napasnya mulai tidak beraturan, tapi ia menolak menunjukkan kelemahannya."Aku tidak percaya, Naira,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 13

    Keesokan harinya, di kantor…Reyhan duduk di ruangannya, bolak-balik membuka agenda kerja di layar laptopnya. Ada yang terasa janggal sejak pagi. Biasanya, ia akan mendengar suara langkah tegas Naira di koridor atau sekadar melihat siluetnya melintas dengan percaya diri. Namun, hari ini, tidak ada tanda-tanda kehadiran wanita itu."Pak Reyhan," suara salah satu stafnya memecah lamunannya. "Mau saya antar dokumen ini ke Bu Naira?"Reyhan mengangkat alisnya. "Bu Naira?" ulangnya pelan, seolah memastikan apa yang baru saja ia dengar."Iya, Pak. Tapi katanya tadi beliau tidak masuk hari ini. Ada urusan keluarga," jawab staf tersebut sebelum akhirnya pamit keluar.Reyhan mengernyit. Ia tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. Untuk apa memikirkan Naira? Dia hanyalah mantan istrinya yang selalu bergantung pada orang lain, bukan? Namun, semakin ia mencoba mengabaikannya, semakin pikirannya dipenuhi bayangan wanita itu.Namun, hal yang lebih mengusiknya saat Arga datang ke kantor pagi ini

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 14

    Saat mobil mereka melaju meninggalkan pusat perbelanjaan, Naira masih merasakan debaran halus di dadanya. Pertemuan dengan Bu Maya dan Lila menguras emosinya, tetapi sikap Bu Rina yang melindunginya membuatnya merasa lebih diterima."Jangan terlalu dipikirkan," kata Bu Rina. "Orang-orang seperti mereka selalu mencari celah untuk menjatuhkanmu. Yang penting adalah bagaimana kau menghadapinya."Naira mengangguk. "Terima kasih, Bu. Saya tidak menyangka Ibu akan membela saya."Bu Rina tersenyum. "Kau bagian dari keluarga Wijaya sekarang. Aku tidak membiarkan siapa pun meremehkan menantu pilihanku."Kata-kata itu menghangatkan hati Naira. Ia mulai menyadari keluarga Arga benar-benar baik dari awal sampai sekarang tidak berubah.Sesampainya di rumah, Naira ingin beristirahat sebelum Arga pulang. Namun, suara ketukan menginterupsi niatnya."Masuklah," ucap Naira.Pintu terbuka, menampilkan Bima, asisten Arga. "Bu Naira, Pak Arga meminta Anda menemuinya di ruang kerja nanti."Naira mengernyit

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24

บทล่าสุด

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 82

    Malam itu, suasana rumah mulai lengang. Hujan gerimis turun pelan di luar, mengetuk-ngetuk kaca jendela seperti ingin ikut mendengar percakapan di ruang keluarga.Arga duduk di sofa, kakinya berselonjor, tangan kirinya menggenggam gelas teh hangat yang sudah setengah dingin.Matanya menatap layar TV, tapi pikirannya entah ke mana. Pikiran itu bukan tentang rapat esok pagi… bukan juga soal proyek yang tertunda.Pikirannya tentang perempuan yang kini berdiri di dapur, sedang merapikan piring-piring makan malam mereka.Naira.Malam ini, dia tampak lelah, tapi tetap cantik. Rambutnya diikat sederhana, kulitnya sedikit basah karena terkena uap dari cucian piring, dan bajunya hanya piyama longgar namun tidak ada hal lain yang lebih menenangkan bagi Arga dibanding pemandangan itu.Arga bangkit pelan, berjalan mendekat, lalu berdiri di belakang istrinya.“Aku bantuin, ya.”Naira tidak menoleh. Tangannya tetap bergerak mencuci. Tapi nadanya tenang saat menjawab.“Tumben kamu ke dapur.”Arga te

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 81

    Sore itu, langit menggantungkan awan kelabu saat mobil hitam berhenti di depan kantor Wijaya Group. Liza yang sudah mengintai dari lantai bawah langsung berjalan genit ke arah mobil tersebut, anggun seolah sudah menjadi rutinitas pulang bareng Arga.Dengan santai, Liza membuka pintu depan sebelah kiri dan duduk di kursi samping pengemudi. Bibirnya tersenyum lebar, jemarinya sibuk merapikan poni sambil bergumam kecil, “Kak Arga pasti seneng banget liat aku duluan.”Tapi senyum itu membeku begitu ia menoleh dan menyadari yang duduk di balik setir adalah Bima.“Eh… kamu?” Liza berusaha menyembunyikan kekagetannya, namun nada suaranya jelas kecewa.Bima hanya menoleh singkat, tersenyum datar. “Sore, Mbak Liza. Saya yang nyetir hari ini.”Sebelum Liza bisa memprotes lebih jauh, pintu belakang terbuka dan Arga masuk dengan tenang, langsung duduk di kursi belakang. Ia mengenakan jas kerja abu-abu gelap, wajahnya serius dan matanya masih terpaku pada layar ponselnya.“Bim, ke butik dulu. Jemp

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 80

    Hari-hari berlalu, dan suasana kantor makin tidak nyaman sejak kehadiran Liza sebagai anak magang.Di divisi tempatnya ditempatkan yang secara teknis berada di bawah pengawasan Naira banyak karyawan mulai mengeluh diam-diam.Liza jarang menyelesaikan tugas tepat waktu, sering terlihat bermain ponsel, dan selalu mencari alasan untuk menghindar dari pekerjaan.Namun setiap kali Arga lewat atau berada di ruangan terbuka, Liza tiba-tiba berubah.Ia berpura-pura sibuk menatap layar komputer, mengetik cepat, bahkan sesekali berdiri untuk menyusun dokumen agar terlihat profesional.“Liza, ini laporan pelanggan VIP minggu ini. Tolong bantu rekap, ya,” ujar salah satu staf senior, Tina, sambil meletakkan map di meja Liza.Liza hanya menatapnya sebentar lalu menghela napas berat. “Aduh Kak, bisa dibantu aja nggak? Aku masih bingung cara input-nya. Lagian aku belum sempat belajar bagian ini...”“Bukannya kemarin sudah diajarin?” sahut Tina dengan nada sabar tapi tegas.Liza menatapnya tajam lalu

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 79

    1 minggu setelah kekalahan Arga, dia masih tetap merenung banyak hal.Malam itu, Arga duduk diam di ruang kerja, matanya menatap kosong ke luar jendela. Hujan turun deras, seolah ikut menertawakan kekalahannya.Proyek besar yang ia perjuangkan mati-matian… hilang begitu saja ke tangan orang yang selama ini ia anggap sampah keluarga.Tapi mungkin, jauh di dalam dirinya, Arga merasa ini seperti karma kecil yang datang menepuk pundaknya.Karena bertahun-tahun lalu, Alex adalah anak emas keluarga Wijaya.Genius bisnis, berbicara seperti politisi, punya karisma dan insting yang tajam. Semua orang di keluarga besar mengidolakan Alex, termasuk kakek dan ayah Arga sendiri.Sedangkan Arga… hanya anak lelaki pendiam yang lebih senang menyendiri dan membaca. Ia tidak ahli berbicara, tidak piawai mengambil keputusan cepat.Bahkan di rapat-rapat keluarga besar, ayahnya selalu berkata, “Lihat Alex. Belajarlah dari dia.”Arga dikirim ke luar negeri bukan untuk ‘menimba ilmu’, tapi untuk memberi jala

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 78

    Malam itu terasa sunyi. Di ruang kerja Arga yang remang, Naira masih menelusuri lembar demi lembar dokumen proyek kerja sama dengan Jepang.Matanya yang lelah membesar ketika menemukan dua dokumen dengan isi yang nyaris sama tapi ada angka kecil yang berbeda.Sangat kecil. Namun cukup untuk membuat kerugian miliaran jika dibiarkan lolos.Ia segera mengambil ponsel dan memfoto dua halaman tersebut. Lalu memeriksanya ke dokumen digital. Perubahan itu... bukan kesalahan input biasa.“Tidak mungkin ini typo... ini sudah disengaja,” bisik Naira, jantungnya mulai berdetak lebih cepat.Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menyalakan laptop Arga dan masuk ke sistem data perusahaan dengan akses khususnya sebagai Wakil Direktur.Matanya menyapu deretan aktivitas terakhir.Dan di sana ia melihatnya.Seseorang telah masuk ke database dua malam lalu. Tanpa otorisasi resmi.Menggunakan akun pegawai bagian keuangan. Tapi Naira tahu, pegawai itu sedang cuti panjang ke luar negeri.Ada pengkhianat d

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 77

    Pagi yang Sunyi, Rumah yang Tak Sepenuhnya TenangUdara pagi itu dingin, menusuk kulit namun tak cukup membekukan hati yang sedang penuh amarah.Rumah mereka kini memang lebih layak, bersih, berdinding bata halus, tidak lagi lembap seperti kontrakan sebelumnya yang langit-langitnya bocor dan penuh tambalan.Tapi kenyamanan itu tidak sepenuhnya menenangkan pikiran mereka.Lila duduk di sofa ruang tamu, tubuhnya bersandar lemas. Wajahnya pucat, matanya sembab meski tanpa tangisan.Di meja depannya tergeletak botol obat dari psikiater dan jadwal terapi mingguan yang tak boleh dilewatkan.Setiap malam masih dihantui mimpi buruk, dan setiap pagi ia bangun dengan rasa kosong.“Jangan lupa, nanti jam empat kita ke psikiater,” suara Bu Maya pelan namun tegas, mencoba menjaga rutinitas sang putri.Lila hanya mengangguk, lalu berbisik pelan, “Kalau bukan karena dia... aku gak akan seperti ini.”“Dia”—yang mereka maksud tak lain adalah Naira.Bu Maya memutar sendok di cangkir tehnya, bibirnya me

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 76

    Kantor Pusat Wira Corp – Jakarta PusatLobi megah dengan desain futuristik dan layar digital raksasa menyambut Reyhan saat ia melangkah masuk dengan setelan jas abu gelap yang masih tampak baru.Tak ada sisa-sisa dari pria yang tinggal di kontrakan bocor bersama ibunya dan Lila.Di tempat ini, ia adalah Reyhan yang baru ambisius, lapar, dan penuh amarah yang disamarkan dengan senyum licik.Alex muncul dari salah satu ruang rapat dengan tangan diselipkan di saku celana. Dengan jas hitam slim-fit dan ekspresi percaya diri, ia tampak seperti tokoh antagonis dalam drama korporat."Reyhan," sapa Alex, lalu menepuk bahunya keras. "Selamat datang kembali di perusahaanku."Reyhan tersenyum simpul. “Terima kasih… Pak. Saya siap bekerja.”Alex mengernyitkan dahi, meski sebelumnya ia minta di panggil Alex saja, tapi mungkin Reyhan merasa itu tidak sopan jadi di biarkan saja,"Bagus. Mulai hari ini, kamu Direktur Operasional Wira Corp," ujar Alex dengan nada seolah sedang mengumumkan promosi pada

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 75

    Siang mulai bergulir ke sore, cahaya matahari menyusup malu-malu melalui tirai tipis ruang tamu. Suasana rumah itu terasa tenang, namun ketegangan tipis mengendap di udara.Naira kembali dari dapur dengan membawa piring berisi kue dan sepiring buah yang baru dipotong.Meski dalam hatinya ia masih menyimpan luka dari hinaan halus dan tawa merendahkan tadi, wajahnya tetap tenang. Senyumnya rapi, dan matanya tajam.“Saya nggak tahu selera tamu satu ini,” ucapnya sambil meletakkan piring di meja. “Tapi semoga cocok. Di rumah ini, kami memang biasa menyambut tamu dengan baik, meskipun kadang tamunya sendiri lupa sopan santun.”Alex menatapnya sekilas, lalu menyeringai. “Wah, pedas juga ya omongannya. Aku kira kamu orangnya kalem.”Liza terkekeh pelan. “Kak Arga memang suka yang beda, Kak. Nggak heran sih kalau pilihannya agak... unik.” Ia menatap Naira penuh arti sambil menyuapkan sepotong buah ke mulutnya dengan gaya manja.Naira tak bereaksi, hanya menatap keduanya dengan senyum yang tak

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 74

    Setelah telepon ditutup, Liza masih terduduk di sisi tempat tidurnya. Tapi belum sempat ia menaruh ponselnya, layar kembali menyala pesan masuk dari Alex.Maaf... cara ngomongku tadi kelewatan. Aku cuma... ya, kamu tahu sendiri, kan?Liza menarik napas panjang, lalu mengetik balasan singkat:Nggak apa-apa, Kak. Aku ngerti kok.Panggilan masuk dari Alex kembali muncul. Kali ini, nada suaranya lebih tenang."Thanks, Liza," ujarnya lembut. "Aku cuma... kaget aja. Udah lama nggak dengar kabar, tahu-tahu kamu udah di rumah Arga. Kamu tahu sendiri... dia bukan orang yang netral kalau udah urusan keluarga."Liza tersenyum tipis, tapi senyumnya tidak sampai ke mata. "Aku ngerti. Aku juga salah, harusnya kabarin Kak Alex dulu.""Jadi sekarang kamu lagi ngapain setelah lulus? Jangan-jangan udah direkrut jadi asistennya Kak Arga?" tanyanya dengan nada bercanda, tapi ada nada cemburu samar di baliknya.Liza tertawa kecil, sopan. "Baru kepikiran mau cari pengalaman. Tadi sempat obrolin soal magang

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status