Share

Bab 82

Author: Phoenixclaa
last update Last Updated: 2025-04-15 01:34:42

Malam itu, suasana rumah mulai lengang. Hujan gerimis turun pelan di luar, mengetuk-ngetuk kaca jendela seperti ingin ikut mendengar percakapan di ruang keluarga.

Arga duduk di sofa, kakinya berselonjor, tangan kirinya menggenggam gelas teh hangat yang sudah setengah dingin.

Matanya menatap layar TV, tapi pikirannya entah ke mana. Pikiran itu bukan tentang rapat esok pagi… bukan juga soal proyek yang tertunda.

Pikirannya tentang perempuan yang kini berdiri di dapur, sedang merapikan piring-piring makan malam mereka.

Naira.

Malam ini, dia tampak lelah, tapi tetap cantik. Rambutnya diikat sederhana, kulitnya sedikit basah karena terkena uap dari cucian piring, dan bajunya hanya piyama longgar namun tidak ada hal lain yang lebih menenangkan bagi Arga dibanding pemandangan itu.

Arga bangkit pelan, berjalan mendekat, lalu berdiri di belakang istrinya.

“Aku bantuin, ya.”

Naira tidak menoleh. Tangannya tetap bergerak mencuci. Tapi nadanya tenang saat menjawab.

“Tumben kamu ke dapur.”

Arga te
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 83

    Sore sebelum pulang kerja, di ruang kerja Direktur.Tina mengetuk pintu dengan ringan sebelum masuk. Di tangannya ada beberapa dokumen laporan yang baru saja direvisi karena ulah Liza yang asal-asalan saat menginput data penting untuk proyek divisi marketing.Wajahnya terlihat lelah, tapi tetap profesional.“Ini laporan yang kemarin diminta, Pak. Sudah saya periksa ulang,” ucap Tina sembari meletakkan map biru di meja Arga.Arga mengangkat kepala dari laptopnya. Ia memandang Tina sejenak, lalu menyandarkan tubuh ke kursi. “Kamu kerja cepat seperti biasa, Tin. Terima kasih.”Tina mengangguk. Tapi sebelum sempat berbalik, ia memberanikan diri untuk bicara.“Maaf, Pak, saya harus bicara soal Liza…” katanya dengan nada hati-hati.Arga langsung memejamkan mata sebentar, seolah sudah tahu arah percakapan ini.“Dia tadi menyalin dokumen dengan format yang keliru lagi. Dua kali saya coba koreksi, tapi dia malah bercanda. Saat saya tegur dengan halus, dia justru bilang saya memusuhinya,” lanju

    Last Updated : 2025-04-15
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 84

    Satu minggu kemudian...Pagi itu, suasana rumah terasa sedikit lebih tegang. Liza sudah kembali dari kantor, mengenakan pakaian kasual dengan sentuhan glamor blouse ketat dan rok mini yang menonjolkan lekuk tubuhnya, siap menarik perhatian.Ia duduk di ruang makan sambil memainkan ponsel, terlihat tak sabar menunggu waktu bertemu Arga.Sementara itu, Naira sibuk dengan rutinitas di butik. Meski cuti dari kantor, ia mengatur semuanya dari jauh dengan efisien.Liza semakin sering berada di rumah, dan itu mulai mengganggu. Tapi Naira bukan tipe istri yang lemah. Ia tahu kapan harus bersikap manis, dan kapan harus menekan balik dengan cara elegan.Saat Naira pulang sekitar jam tiga sore, Arga sedang duduk di ruang tamu, memeriksa dokumen penting di tabletnya.Liza yang baru keluar dari kamar mandi, menyambut Naira dengan senyuman manis yang dibuat-buat dan melirik kearah Arga."Kak Arga, sudah pulang yaa? Mau kopi? Liza buatkan," ujarnya lembut dengan nada manja.Arga yang sedikit terkeju

    Last Updated : 2025-04-16
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 85

    Beberapa hari kemudian…Hari itu matahari bersinar cerah, seolah ikut merayakan hari spesial. Ulang tahun Bu Rina yang dikenal lembut dan sangat mencintai Naira seperti anak kandungnya sendiri.Sebuah pesta makan siang elegan digelar di restoran klasik penuh rangkaian bunga segar dan sentuhan mewah yang mencerminkan keanggunan sang nyonya rumah.Pagi sebelum acara, Arga memanggil tim stylist khusus ke rumah. Ia ingin Naira tampil sempurna hari itu.“Buat dia bersinar,” ucap Arga pada stylist-nya. “Karena tak ada yang lebih pantas berdiri di sampingku selain istriku.”Ia juga telah menyiapkan gaun eksklusif warna champagne gold dengan detail bordir halus, rancangan khusus dari desainer ternama.Gaun itu dirancang untuk membuat Naira terlihat elegan dan mencuri perhatian siapa pun.Namun tanpa sepengetahuan Arga dan Naira, Liza diam-diam menyelinap ke ruang wardrobe malam sebelumnya.Dengan penuh iri, ia menukar gaun mewah itu dengan dress polos berwarna nude yang jauh lebih sederhana.

    Last Updated : 2025-04-16
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 86

    Liza terus memaksa bertingkah manja pada Arga, bahkan bersandar dengan sengaja di lengannya, membuat suasana semakin tak nyaman.Saat itulah Bu Rina datang menghampiri, melihat keadaan dengan tajam namun tenang.“Liz, sepertinya kamu butuh istirahat,” ucap Bu Rina lembut namun tegas. “Alex, tolong antar Liza ke dalam. Biarkan Arga dan Naira menikmati malam ini. Mama ingin segera menimang cucu.”Alex langsung mendekat dan tanpa banyak bicara mengangkat tubuh Liza yang masih basah kuyup dan menangis kecil. Liza mencoba menahan, “Tante, aku masih mau di sini, Kak Arga…”Namun Alex dengan sigap membawanya pergi, meninggalkan Naira dan Arga berdua.Naira menatap langkah mereka menjauh, lalu menoleh ke Arga. “Mas… Ibu akan marah padaku, nggak?”Arga menarik Naira ke dalam pelukannya dan mencium keningnya. “Ibu mencintaimu, Sayang. Dia tahu siapa yang jahat, dan siapa yang selalu tulus.”Naira mengangguk pelan, namun sorot matanya penuh tekad. Kali ini, dia tak akan membiarkan siapa pun mere

    Last Updated : 2025-04-16
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 87

    Usai rapat evaluasi mingguan, Naira berjalan keluar ruang meeting dengan kepala tegak dan langkah mantap.Aura dingin dan berwibawa mengikutinya, sementara Liza yang sejak tadi mengintai dari kejauhan, langsung mengambil kesempatan.Begitu yakin Naira tak ada di sekitar ruangan direktur, Liza segera melangkah menuju ruang kerja Arga.Ia mendorong pintu perlahan dan masuk dengan wajah murung, air mata sudah menggantung di pelupuk matanya.“Kak Arga…” panggilnya lirih, suaranya serak seolah menahan tangis. “Aku… aku benar-benar nggak nyaman tinggal di rumah Alex. Dia... terlalu protektif. Aku merasa dia curiga terus padaku. Aku kesepian... aku takut…”Arga yang sedang memeriksa dokumen menoleh, alisnya mengernyit. “Liza… aku pikir kamu sudah setuju tinggal sementara di sana. Bukankah Alex juga sudah menerima kamu dengan baik?”Liza menggigit bibirnya, lalu tiba-tiba menangis. “Aku cuma… merasa dibuang, Kak. Aku tahu aku cuma anak yatim piatu, aku nggak pernah niat ganggu siapa pun. Kak

    Last Updated : 2025-04-17
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 88

    Keesokan harinya Naira duduk tenang. Ia membuka laptop dan membaca ulang email laporan mingguan yang dikirimkan oleh Tina selama Naira cuti. Salah satu nama dalam daftar absensi rapat membuat alisnya terangkat.Mata Naira menyipit. “Pengamat?” gumamnya. Padahal Liza adalah anak magang, dan tidak semestinya ikut rapat strategis bersama jajaran manajemen.Mata Naira menyipit, jemarinya mengetuk-ngetuk meja pelan. “Pengamat?” gumamnya, nadanya dingin dan tajam.Padahal Liza hanyalah anak magang, bukan bagian dari tim inti. Tidak semestinya ia duduk di meja rapat strategis yang hanya dihadiri para kepala divisi dan eksekutif senior.Ia membuka file CCTV internal dan memilih rekaman rapat tersebut. Saat layar menampilkan gambar, terlihat Liza duduk di ujung meja, mencatat dengan rajin.Namun matanya lebih banyak memandangi satu sosok: Arga. Tatapannya tidak profesional. Pandangan yang terlalu lama, terlalu lembut, terlalu… personal.Naira menyandarkan punggung ke kursi, senyum tipis mengem

    Last Updated : 2025-04-17
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 89

    Suasana di dalam rumah Bu Rina terasa mencekam.Pintu depan terbuka dan tertutup cepat, Naira baru saja keluar, meninggalkan aroma parfum mahal yang seolah menyisakan bayangan luka di udara.Bu Rina yang sedari tadi berdiri di balik tirai langsung keluar, menahan napas melihat Arga dan Liza yang masih berdiri kaku di balkon.“Arga! Cepat kejar Naira! Minta maaf!” seru Bu Rina tajam, nadanya lebih seperti perintah dari seorang jenderal daripada nasihat seorang ibu.Jangan biarkan istrimu pulang dalam keadaan seperti itu. Dia perempuan kuat, tapi bukan berarti dia tidak bisa terluka. Kau seharusnya jadi tempatnya kembali bukan luka yang baru.”Arga tampak ragu, tapi matanya mulai menyadari bahwa batas kesabarannya telah ia lewati.Ia bergerak cepat menuruni tangga dan keluar rumah, meninggalkan Liza yang berdiri membeku.Seketika itu juga, Bu Rina menoleh ke arah gadis muda itu. Wajahnya masih lembut, tapi tidak lagi seramah dulu.“Liza, Nak…” ucap Bu Rina dengan nada yang hati-hati. “M

    Last Updated : 2025-04-17
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 90

    Sudah tiga hari berlalu sejak Naira melihat sendiri bagaimana Liza memeluk suaminya di ruang kerja.Dan selama tiga hari itu pula, sikap Naira berubah total.Ia datang ke kantor dengan tatapan dingin, langkah cepat, dan aura yang begitu menekan. Tidak ada lagi senyum ramah, tidak ada lagi perhatian pada detail kecil yang biasanya ia berikan pada timnya.Semua staf jadi kaku.“Laporan mingguan siapa yang telat?” suara Naira terdengar tajam saat evaluasi pagi. Tak ada yang menjawab. Bahkan Tina yang biasanya paling berani hanya menunduk.Liza duduk di antara staf lain, wajahnya pucat. Sejak kejadian itu, Naira sama sekali tidak menegurnya. Bahkan saat mereka berpapasan di lorong, Naira hanya melirik sekilas—tanpa kata, tanpa ekspresi. Seolah Liza hanyalah bayangan tembok yang tak pantas mendapat perhatian.Tapi tekanan paling terasa justru pada Arga.Ia sudah mencoba bicara. Sudah mengejar Naira pulang malam itu, mencoba memeluk dan meminta maaf, tapi tak ada celah.“Aku nggak ingin mem

    Last Updated : 2025-04-17

Latest chapter

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 92

    Begitu fajar menyusup melalui celah tirai, cahaya lembut pagi menari di atas wajah Naira yang masih tertidur lelap.Namun begitu kelopak matanya terbuka perlahan, detak jantungnya langsung memburu.Arga.Lelaki itu terbaring di sampingnya, memeluknya dari belakang, erat dan hangat, seolah tak pernah ada jarak di antara mereka.Nafasnya yang tenang menyapu tengkuk Naira, menciptakan geli dan getaran tak terduga di dada.“Apa…?” gumamnya nyaris tak terdengar, namun matanya membelalak, penuh keterkejutan.Dengan panik, ia langsung berbalik dan mendorong dada suaminya. “Arga?!”Arga mengerjap, terbangun karena dorongan itu. Tatapan matanya masih berat karena kurang tidur, tapi penuh kesadaran.“Kamu udah bangun…” ucapnya pelan, suara seraknya seakan memperkuat kelelahan yang disembunyikannya.“Apa yang kamu lakukan di sini? Di… ranjangku?” desis Naira tajam, wajahnya merah bukan hanya karena malu tapi karena marah, bingung, dan terkhianati oleh sesuatu yang tidak ia mengerti.Sudah tiga h

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 91

    Malam itu, langit Jakarta gelap berawan. Di sebuah rumah mewah yang klasik, Naira baru saja selesai membilas wajahnya di wastafel.Ia menatap cermin, mata letih, bahu tegang, dan hati yang masih penuh bara.Lalu ponselnya berdering. Nama Tari, sahabat lamanya sewaktu kuliah yang kini jadi influencer dan pengusaha bar ternama, muncul di layar.Dia satu-satunya, yang masih berhubungan dengan Naira semenjak lulus."Halo, Tar?""Nai! Kamu di rumah? Turun sekarang. Aku parkir di depan rumah kamu!""Ha? Buat apa? Udah malem gini—""Naira, kamu tuh butuh liburan jiwa! Aku culik kamu malam ini. Nggak ada debat. Udah kelamaan, kamu simpan semuanya sendiri. Sekali-kali lepasin beban!"Naira menghela napas panjang. Ia sempat menatap ke cermin, lalu tersenyum kecil.“Fine. Tunggu aku lima menit.”Kurang dari sejam kemudian, sebuah mobil sport hitam berhenti di depan CLUB LUCENT, tempat hiburan kelas atas yang hanya diakses oleh undangan terbatas.Interiornya mewah dengan nuansa violet dan gold, m

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 90

    Sudah tiga hari berlalu sejak Naira melihat sendiri bagaimana Liza memeluk suaminya di ruang kerja.Dan selama tiga hari itu pula, sikap Naira berubah total.Ia datang ke kantor dengan tatapan dingin, langkah cepat, dan aura yang begitu menekan. Tidak ada lagi senyum ramah, tidak ada lagi perhatian pada detail kecil yang biasanya ia berikan pada timnya.Semua staf jadi kaku.“Laporan mingguan siapa yang telat?” suara Naira terdengar tajam saat evaluasi pagi. Tak ada yang menjawab. Bahkan Tina yang biasanya paling berani hanya menunduk.Liza duduk di antara staf lain, wajahnya pucat. Sejak kejadian itu, Naira sama sekali tidak menegurnya. Bahkan saat mereka berpapasan di lorong, Naira hanya melirik sekilas—tanpa kata, tanpa ekspresi. Seolah Liza hanyalah bayangan tembok yang tak pantas mendapat perhatian.Tapi tekanan paling terasa justru pada Arga.Ia sudah mencoba bicara. Sudah mengejar Naira pulang malam itu, mencoba memeluk dan meminta maaf, tapi tak ada celah.“Aku nggak ingin mem

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 89

    Suasana di dalam rumah Bu Rina terasa mencekam.Pintu depan terbuka dan tertutup cepat, Naira baru saja keluar, meninggalkan aroma parfum mahal yang seolah menyisakan bayangan luka di udara.Bu Rina yang sedari tadi berdiri di balik tirai langsung keluar, menahan napas melihat Arga dan Liza yang masih berdiri kaku di balkon.“Arga! Cepat kejar Naira! Minta maaf!” seru Bu Rina tajam, nadanya lebih seperti perintah dari seorang jenderal daripada nasihat seorang ibu.Jangan biarkan istrimu pulang dalam keadaan seperti itu. Dia perempuan kuat, tapi bukan berarti dia tidak bisa terluka. Kau seharusnya jadi tempatnya kembali bukan luka yang baru.”Arga tampak ragu, tapi matanya mulai menyadari bahwa batas kesabarannya telah ia lewati.Ia bergerak cepat menuruni tangga dan keluar rumah, meninggalkan Liza yang berdiri membeku.Seketika itu juga, Bu Rina menoleh ke arah gadis muda itu. Wajahnya masih lembut, tapi tidak lagi seramah dulu.“Liza, Nak…” ucap Bu Rina dengan nada yang hati-hati. “M

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 88

    Keesokan harinya Naira duduk tenang. Ia membuka laptop dan membaca ulang email laporan mingguan yang dikirimkan oleh Tina selama Naira cuti. Salah satu nama dalam daftar absensi rapat membuat alisnya terangkat.Mata Naira menyipit. “Pengamat?” gumamnya. Padahal Liza adalah anak magang, dan tidak semestinya ikut rapat strategis bersama jajaran manajemen.Mata Naira menyipit, jemarinya mengetuk-ngetuk meja pelan. “Pengamat?” gumamnya, nadanya dingin dan tajam.Padahal Liza hanyalah anak magang, bukan bagian dari tim inti. Tidak semestinya ia duduk di meja rapat strategis yang hanya dihadiri para kepala divisi dan eksekutif senior.Ia membuka file CCTV internal dan memilih rekaman rapat tersebut. Saat layar menampilkan gambar, terlihat Liza duduk di ujung meja, mencatat dengan rajin.Namun matanya lebih banyak memandangi satu sosok: Arga. Tatapannya tidak profesional. Pandangan yang terlalu lama, terlalu lembut, terlalu… personal.Naira menyandarkan punggung ke kursi, senyum tipis mengem

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 87

    Usai rapat evaluasi mingguan, Naira berjalan keluar ruang meeting dengan kepala tegak dan langkah mantap.Aura dingin dan berwibawa mengikutinya, sementara Liza yang sejak tadi mengintai dari kejauhan, langsung mengambil kesempatan.Begitu yakin Naira tak ada di sekitar ruangan direktur, Liza segera melangkah menuju ruang kerja Arga.Ia mendorong pintu perlahan dan masuk dengan wajah murung, air mata sudah menggantung di pelupuk matanya.“Kak Arga…” panggilnya lirih, suaranya serak seolah menahan tangis. “Aku… aku benar-benar nggak nyaman tinggal di rumah Alex. Dia... terlalu protektif. Aku merasa dia curiga terus padaku. Aku kesepian... aku takut…”Arga yang sedang memeriksa dokumen menoleh, alisnya mengernyit. “Liza… aku pikir kamu sudah setuju tinggal sementara di sana. Bukankah Alex juga sudah menerima kamu dengan baik?”Liza menggigit bibirnya, lalu tiba-tiba menangis. “Aku cuma… merasa dibuang, Kak. Aku tahu aku cuma anak yatim piatu, aku nggak pernah niat ganggu siapa pun. Kak

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 86

    Liza terus memaksa bertingkah manja pada Arga, bahkan bersandar dengan sengaja di lengannya, membuat suasana semakin tak nyaman.Saat itulah Bu Rina datang menghampiri, melihat keadaan dengan tajam namun tenang.“Liz, sepertinya kamu butuh istirahat,” ucap Bu Rina lembut namun tegas. “Alex, tolong antar Liza ke dalam. Biarkan Arga dan Naira menikmati malam ini. Mama ingin segera menimang cucu.”Alex langsung mendekat dan tanpa banyak bicara mengangkat tubuh Liza yang masih basah kuyup dan menangis kecil. Liza mencoba menahan, “Tante, aku masih mau di sini, Kak Arga…”Namun Alex dengan sigap membawanya pergi, meninggalkan Naira dan Arga berdua.Naira menatap langkah mereka menjauh, lalu menoleh ke Arga. “Mas… Ibu akan marah padaku, nggak?”Arga menarik Naira ke dalam pelukannya dan mencium keningnya. “Ibu mencintaimu, Sayang. Dia tahu siapa yang jahat, dan siapa yang selalu tulus.”Naira mengangguk pelan, namun sorot matanya penuh tekad. Kali ini, dia tak akan membiarkan siapa pun mere

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 85

    Beberapa hari kemudian…Hari itu matahari bersinar cerah, seolah ikut merayakan hari spesial. Ulang tahun Bu Rina yang dikenal lembut dan sangat mencintai Naira seperti anak kandungnya sendiri.Sebuah pesta makan siang elegan digelar di restoran klasik penuh rangkaian bunga segar dan sentuhan mewah yang mencerminkan keanggunan sang nyonya rumah.Pagi sebelum acara, Arga memanggil tim stylist khusus ke rumah. Ia ingin Naira tampil sempurna hari itu.“Buat dia bersinar,” ucap Arga pada stylist-nya. “Karena tak ada yang lebih pantas berdiri di sampingku selain istriku.”Ia juga telah menyiapkan gaun eksklusif warna champagne gold dengan detail bordir halus, rancangan khusus dari desainer ternama.Gaun itu dirancang untuk membuat Naira terlihat elegan dan mencuri perhatian siapa pun.Namun tanpa sepengetahuan Arga dan Naira, Liza diam-diam menyelinap ke ruang wardrobe malam sebelumnya.Dengan penuh iri, ia menukar gaun mewah itu dengan dress polos berwarna nude yang jauh lebih sederhana.

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 84

    Satu minggu kemudian...Pagi itu, suasana rumah terasa sedikit lebih tegang. Liza sudah kembali dari kantor, mengenakan pakaian kasual dengan sentuhan glamor blouse ketat dan rok mini yang menonjolkan lekuk tubuhnya, siap menarik perhatian.Ia duduk di ruang makan sambil memainkan ponsel, terlihat tak sabar menunggu waktu bertemu Arga.Sementara itu, Naira sibuk dengan rutinitas di butik. Meski cuti dari kantor, ia mengatur semuanya dari jauh dengan efisien.Liza semakin sering berada di rumah, dan itu mulai mengganggu. Tapi Naira bukan tipe istri yang lemah. Ia tahu kapan harus bersikap manis, dan kapan harus menekan balik dengan cara elegan.Saat Naira pulang sekitar jam tiga sore, Arga sedang duduk di ruang tamu, memeriksa dokumen penting di tabletnya.Liza yang baru keluar dari kamar mandi, menyambut Naira dengan senyuman manis yang dibuat-buat dan melirik kearah Arga."Kak Arga, sudah pulang yaa? Mau kopi? Liza buatkan," ujarnya lembut dengan nada manja.Arga yang sedikit terkeju

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status