Share

Bab 5

Penulis: Phoenixclaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-18 19:52:40

Naira terbangun di sebuah kamar yang asing, namun terasa nyaman. Aroma lembut lavender menyelimuti ruangan, sementara cahaya matahari pagi menembus tirai tipis berwarna krem, menciptakan bayangan lembut di dinding.

Ia berkedip beberapa kali, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ini. Seluruh tubuhnya terasa ringan, tetapi pikirannya dipenuhi pertanyaan.

Lalu, sebuah bayangan muncul di benaknya. Hujan. Tubuhnya yang menggigil. Dan Arga. Hanya itu yang bisa diingatnya. Tatapan pria itu di bawah payung, lalu kehangatan jaket yang menyelimuti tubuhnya. Setelah itu, semuanya gelap.

Kini, ia berada di tempat ini, di bawah selimut hangat dengan aroma teh chamomile yang samar-samar tercium dari meja di samping tempat tidur. Suara detak jam terdengar pelan, menambah kesan hening dalam ruangan yang elegan namun tidak berlebihan. Bagaimana ia bisa sampai di sini? Apa yang terjadi setelah ia kehilangan kesadaran?

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, membuat Naira tersentak. Sosok pria tinggi berjas rapi masuk dengan ekspresi dingin yang tajam. Arga, kini sudah berubah dari sosok anak SMA yang ceria menjadi pria dewasa yang lebih tertutup.

"Kau sudah bangun," suaranya terdengar datar, tetapi ada sedikit kelegaan di dalamnya.

Naira membuka mulut, ingin bertanya, tapi Arga lebih dulu melangkah mendekat. Ia menatap Naira dengan cermat, lalu matanya turun ke dahinya.

“Dokter sudah memeriksamu tadi malam,” katanya, suaranya lebih tenang kali ini. "Lukamu tidak serius, hanya sedikit lecet. Kau akan baik-baik saja."

Naira mengangkat tangannya, jemarinya menyentuh dahi yang terasa sedikit perih. Ada perban tipis di sana. Saat itu, potongan ingatan lain melintas di benaknya wajah Lila saat menyerangnya, juga luka basah di hatinya yang sulit untuk sembuh.

“Terima kasih, Arga… Aku tidak tahu harus bagaimana kalau tidak bertemu kamu tadi malam.”

Arga hanya menatapnya tanpa ekspresi. “Jangan berterima kasih. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya.”

Naira mengangkat kepalanya, menatap Arga yang masih berdiri di sana, ekspresinya sulit ditebak. Ada banyak hal yang ingin ia katakan, tetapi yang keluar dari bibirnya justru sesuatu yang lain.

“Sudah lama kita tidak bertemu… tapi aku malah kacau begini,” suaranya lirih, nyaris seperti gumaman.

Arga terdiam, matanya sedikit menyipit seolah sedang mencerna kata-kata Naira. Namun ia langsung menarik kursi dan duduk di samping ranjang, menatap Naira dengan tatapan tajam yang sulit diartikan. “Kenapa kamu ada di jalan sendirian, basah kuyup dan terluka?” tanyanya pelan, tapi tegas.

Naira menunduk, menggenggam erat selimut. Suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan. “Aku… diusir dari rumah.”

Arga mengangkat alis. “Oleh siapa?”

Naira menarik napas dalam sebelum menjawab dengan suara lirih, “Reyhan… dan keluarganya.”

Rahang Arga mengeras. Kedua tangannya mengepal di atas lutut. “Apa yang mereka lakukan padamu?”

Air mata menggenang di mata Naira. “Setelah perceraian, mereka tidak ingin melihatku lagi. Aku sudah bukan bagian dari mereka. Sejak awal pun sudah begitu.”

Mata Arga sedikit menyipit. “Jadi… kau sudah resmi bercerai?”

Naira mengangguk pelan. “Sudah.”

Sekilas, senyum tipis muncul di wajah Arga. Bukan senyum bahagia, tapi seolah ada sesuatu yang melegakannya.

Naira mengernyit. “Kau… tersenyum?”

Arga hanya menghela napas, mengabaikan pertanyaan itu. “Mereka melepaskan sesuatu yang seharusnya tak pernah jadi milik mereka.”

Senyum itu memudar, berganti dengan sorot mata tajam.

“Tapi jangan khawatir,” lanjutnya. “Mereka tak akan menyentuhmu lagi.”

Tak lama, seorang pria berjas masuk dengan tablet di tangannya. Ia tampak profesional, namun begitu melihat Naira, ia menghela napas panjang dan menoleh pada Arga.

Arga menoleh ke arah Naira. “Naira, ini Bima, asistenku. Dia akan membantumu jika kamu membutuhkan sesuatu.”

Bima tersenyum lebar. “Wah, kehormatan besar! Dua tahun bekerja dengan Pak Arga, baru kali ini saya lihat ada wanita di sisinya.”

Arga menatapnya tajam. “Bima.”

Bima mengangkat tangan, jenaka. “Baik, baik. Tapi menarik, lho. Anda sangat peduli pada Naira. Jangan-jangan diam-diam romantis?”

Arga mendelik. “Keluar.”

Bima terkikik, pura-pura menyeka air mata. “Kalau butuh bantuan merayu, saya siap Pak!”

Naira tersenyum tipis, menatap Arga yang tetap tanpa ekspresi tapi tidak membantah.

Arga bangkit dari kursinya, merapikan jasnya dengan gerakan tenang namun tegas. Matanya kembali menatap Naira, kali ini sedikit lebih lembut meskipun ekspresinya tetap sulit ditebak.

"Kau sebaiknya sarapan dulu," katanya. "Ikut aku ke bawah."

Naira mengangguk pelan dan mengikuti Arga keluar kamar. Mereka menuruni tangga dengan langkah hati-hati. Namun, saat mencapai pertengahan tangga, Naira tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Refleks, Arga segera menangkapnya, tangannya melingkari pinggangnya dengan erat untuk mencegahnya jatuh.

"Hati-hati," suaranya lebih rendah, hampir seperti gumaman.

Naira terkejut dengan kedekatan mereka. Wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter dari dada Arga yang bidang. Jantungnya berdebar tak menentu, dan ia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu.

"Wah, wah, wah… Pemandangan pagi yang indah!" suara Bima yang terdengar geli membuat mereka berdua tersentak.

Arga segera melepaskan pegangannya, namun caranya sedikit canggung. Ia berdeham dan melirik tajam ke arah Bima yang berdiri di depan pintu, namun matanya jelas mengarah ke tangga, menyaksikan kejadian itu dari awal.

"Kau terlalu banyak bicara, Bima."

Bima mengangkat bahunya, masih dengan senyum penuh arti. "Saya hanya mengamati, Pak. Baru pertama kali lihat Anda refleks memeluk seorang wanita begitu." Matanya melirik Naira sekilas. "Apalagi ekspresi Anda yang tadi, sungguh… tak ternilai."

Naira menggigit bibir, berusaha menahan senyum. Sementara itu, Arga terlihat sedikit salah tingkah hal yang jarang sekali terjadi.

Berusaha mengalihkan suasana, Arga melanjutkan langkahnya, memastikan Naira sampai di ruang makan dengan selamat. Setelah Naira duduk, barulah ia menoleh ke arah pintu. "Mbak Hanum," panggilnya.

Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu dengan langkah tenang. Wajahnya ramah, dengan sorot mata lembut yang langsung tertuju pada Naira.

"Ya, Mas Arga?"

"Temani Naira sarapan. Aku harus berangkat kerja."

Mbak Hanum tersenyum hangat dan mengangguk. "Baik, Mas. Nona Naira, saya sudah menyiapkan bubur hangat untuk Anda."

Naira menoleh ke Arga yang kini sudah kembali ke mode seriusnya. Ia sedikit ragu ingin berkata sesuatu, tapi akhirnya hanya mengangguk. "Terima kasih, Arga."

Arga menatapnya sebentar, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan melangkah pergi dengan mantap. Namun, sebelum bisa benar-benar pergi, ia menarik lengan Bima dengan kesal, menyeretnya menjauh dari pintu.

"Kau terlalu bawel untuk seorang asisten," gumamnya tajam.

Bima hanya terkikik, masih dengan ekspresi jahil. "Pak Arga, jangan menyangkal, saya tahu Anda menikmati momen tadi."

Arga mendelik sebelum akhirnya melepaskan cengkeramannya dengan kasar. "Ambil mobil cepat, kita sudah terlambat."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 6

    Tiga minggu semenjak Naira tinggal di rumah Arga, hubungan mereka semakin baik. Naira mulai merasa nyaman di lingkungan baru yang jauh lebih hangat dibandingkan rumah mantan suaminya.Arga, meskipun tetap dingin dan pendiam, perlahan menunjukkan perhatian kecil yang membuat Naira merasa dihargai.Setiap pagi, Arga memastikan Naira sarapan sebelum ia berangkat kerja, meski hanya dengan ucapan singkat seperti, "Jangan lupa makan." Jika ia pulang lebih awal, ia akan menemaninya makan malam, meskipun kebanyakan waktu mereka dihabiskan dalam keheningan.Namun, bagi Naira, keheningan itu lebih berarti daripada ejekan dan hinaan yang dulu ia terima.Suatu sore, ketika Naira sedang membantu Mbak Hanum di dapur, Arga tiba-tiba muncul di ambang pintu. "Kau ada waktu sebentar?" tanyanya singkat, tanpa basa-basi.Naira mengangguk, mengusap tangannya yang sedikit basah sebelum mengikuti Arga ke taman belakang. Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa aroma bunga melati yang sedang mekar.Arga dud

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 7

    Naira menatap cincin di tangannya, jemarinya sedikit gemetar. Arga melamarnya bukan sekadar basa-basi atau sekadar janji kosong. Pria itu serius. Tanpa banyak berpikir lagi, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil."Baiklah, Arga. Aku menerimanya."Arga mengangguk, tak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang terlihat lebih lembut dari biasanya. "Baik. Aku akan mengatur semuanya."Beberapa hari kemudian, Naira duduk di dalam mobil Arga, memandangi jalanan yang semakin jauh dari kehidupannya yang dulu. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak menentu. Ini bukan hanya tentang pernikahan ini tentang memulai kembali sesuatu yang baru.Mobil berhenti di depan sebuah rumah megah dengan arsitektur klasik yang memancarkan kesan elegan. Pilar-pilar tinggi dan taman luas menyambut mereka, menandakan kebangsawanan keluarga ini yang tak bisa disangkal. Naira merasa perutnya sedikit bergejolak. Ia tak pernah membayangkan akan be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 8

    Setelah resepsi pernikahan yang penuh ketegangan itu berakhir, Arga membawa Naira keluar dari aula, menuju kamar pengantin mereka di hotel tempat acara berlangsung. Begitu pintu tertutup, Naira menghela napas panjang, menatap cermin besar di depannya. Wajahnya masih terlukis dengan senyum kemenangan, tapi di balik itu, ada sorot mata penuh rencana.Arga yang sejak tadi memperhatikan Naira mendekat, membuka dasinya perlahan. "Kau menikmati kejadian tadi, bukan?"Naira berbalik, menatap suaminya yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya. "Menikmati apa?"Arga menyeringai kecil, menatapnya dalam. "Melihat Reyhan dan Raisa terbakar amarah. Aku bisa merasakan tatapan mereka menembus punggungmu sepanjang malam."Naira tertawa kecil, lalu melepas antingnya. "Itu bonus. Aku hanya memastikan mereka tahu tempat mereka sekarang."Arga mendekat lebih jauh, satu tangannya menyentuh dagu Naira, mengangkatnya sedikit. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, Naira?Mata Naira bersinar penuh tekad.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 9

    Beberapa hari kemudian, suasana berbeda terjadi. Bu Maya merayakan ulang tahunnya, dan Reyhan mengajaknya makan malam di restoran mewah, La Violeta, bersama Lila dan Raisa. Namun, ketika mereka tiba di sana, seorang pelayan menghadang mereka di pintu masuk."Maaf, Tuan, tapi restoran ini telah dipesan sepenuhnya oleh seseorang malam ini."Reyhan mengerutkan kening. "Siapa yang memesannya?"Pelayan itu tampak ragu sebelum menjawab, "Nyonya Muda Keluarga Wijaya."Suasana mendadak tegang. Bu Maya menghela napas tajam, ekspresinya berubah drastis. "Nyonya Muda Keluarga Wijaya? Memang siapa orang itu?"Pelayan itu hendak menjelaskan lebih lanjut, tetapi Reyhan lebih dulu menjawab dengan nada datar, “Dia istri Pak Arga, pemilik perusahaan fashion Wijaya tempatku bekerja bu.”"Bukankah bagus kalau yang di dalam itu istri bosmu, Rey?" kata Bu Maya setelah berpikir sejenak. "Kita bisa menyapa sebentar, siapa tahu dia bisa memberikan kita satu meja. Ibu sangat ingin makan di sini malam ini. Re

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 10

    Di dalam mobil yang melaju meninggalkan restoran, suasana tegang. Bu Maya duduk di kursi belakang, wajahnya merah padam. "Aku masih tidak percaya itu Naira! Bagaimana dia bisa menikahi bosmu, Rey?" geramnya.Lila menggigit bibir, shock. "Dia dulu hanya gadis bodoh yang bisa kita mainkan."Reyhan mengemudi dalam diam, rahangnya mengeras. Namun, tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan karena ia sendiri juga masih bingung dengan hal itu.Beberapa hari kemudian di kantor, suasana tegang. Reyhan, Raisa, dan karyawan lain bekerja ekstra keras. Kampanye fashion tinggal dua minggu lagi, tetapi konsep yang mereka susun enam bulan terakhir harus diubah total karena keputusan Naira dalam rapat pekan lalu.Naira, yang kini berpengaruh besar di perusahaan, menilai desain mereka terlalu eksklusif. Ia menginginkan perubahan desain yang tetap mewah, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah.Bagi tim kreatif yang terbiasa melayani selera kelas atas, ini tantangan sulit. Mereka harus

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 11

    Meski tim Reyhan kesulitan menyesuaikan konsep baru dari Naira, mereka tetap bekerja tanpa lelah. Lembur menjadi rutinitas, kopi sahabat setia, dan setiap perubahan diterapkan dengan teliti meski frustrasi terus menghantui.Raisa yang nyaris menyerah akhirnya menemukan cara menyesuaikan desain tanpa kehilangan identitas merek. Dengan dukungan Reyhan dan tim, mereka menciptakan koleksi elegan yang tetap terjangkau, meski dengan banyak pengorbanan.Hari kampanye fashion tiba. Gedung mewah dengan dekorasi modern dan catwalk memukau dipenuhi tamu dari berbagai kalangan investor, media, pelanggan setia, hingga masyarakat kelas menengah yang jarang hadir di acara eksklusif.Untuk pertama kalinya, audiens lebih luas. Raisa dan Reyhan canggung, terbiasa dengan eksklusivitas. Bagi mereka, ini bukan sekadar perubahan pasar, tetapi juga pukulan bagi kebanggaan mereka menjaga standar merek kalangan atas.Di sudut ruangan, mereka mengamati model-model di catwalk mengenakan koleksi terbaru. Desainn

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 12

    Tiga hari kemudian, dalam acara makan malam karyawan kantor setelah kampanye fashion sukses besar, Naira sengaja menghampiri Raisa saat mereka sedang berdua di balkon, dengan segelas wine di tangannya.“Kau tahu, Raisa… Reyhan mungkin menceraikan aku demi dirimu, tapi kau yakin dia benar-benar melupakanku?” Naira menyesap anggurnya, tersenyum tipis. “Ironis, ya? Kita dipertemukan lagi seperti ini.”Raisa mendesis kesal, rahangnya mengencang. “Apa yang kau inginkan, Naira?” suaranya tajam, sarat dengan kekesalan.Naira tersenyum licik. "Dia tetap pria yang sama Raisa, pria yang penuh kebimbangan dan lari saat keadaan sulit. Jika dia benar-benar mencintaimu, dia akan menunggumu kembali dari luar negeri, bukan menikahiku. Tapi dia tidak menunggumu, kan? Dia memilih aku, berbagi hidup denganku. Kau hanya pelarian, seseorang yang kebetulan ada di saat yang tepat."Raisa menatap Naira tajam. Napasnya mulai tidak beraturan, tapi ia menolak menunjukkan kelemahannya."Aku tidak percaya, Naira,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 13

    Keesokan harinya, di kantor…Reyhan duduk di ruangannya, bolak-balik membuka agenda kerja di layar laptopnya. Ada yang terasa janggal sejak pagi. Biasanya, ia akan mendengar suara langkah tegas Naira di koridor atau sekadar melihat siluetnya melintas dengan percaya diri. Namun, hari ini, tidak ada tanda-tanda kehadiran wanita itu."Pak Reyhan," suara salah satu stafnya memecah lamunannya. "Mau saya antar dokumen ini ke Bu Naira?"Reyhan mengangkat alisnya. "Bu Naira?" ulangnya pelan, seolah memastikan apa yang baru saja ia dengar."Iya, Pak. Tapi katanya tadi beliau tidak masuk hari ini. Ada urusan keluarga," jawab staf tersebut sebelum akhirnya pamit keluar.Reyhan mengernyit. Ia tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. Untuk apa memikirkan Naira? Dia hanyalah mantan istrinya yang selalu bergantung pada orang lain, bukan? Namun, semakin ia mencoba mengabaikannya, semakin pikirannya dipenuhi bayangan wanita itu.Namun, hal yang lebih mengusiknya saat Arga datang ke kantor pagi ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23

Bab terbaru

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 54

    Reyhan berdiri di depan pintu apartemen Naira, dadanya naik turun dengan napas yang tertahan.Tangannya terangkat, ragu-ragu sebelum akhirnya mengetuk. Tiga ketukan pelan namun penuh harap. Hening. Tidak ada jawaban.Ia menelan ludah, lalu mengetuk lagi. Kali ini lebih keras. Jantungnya berdetak lebih cepat saat langkah kaki terdengar dari dalam.Tak lama kemudian, pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok yang selama ini menghantuinya dalam setiap mimpi buruk dan penyesalan.Naira.Wanita itu berdiri di hadapannya dengan tatapan yang dingin dan datar, seolah kehadirannya bukanlah sesuatu yang berarti.Rambut panjangnya tergerai rapi, wajahnya cantik seperti yang selalu Reyhan ingat, tetapi ada sesuatu yang berbeda.Mata itu, mata yang dulu penuh cinta saat menatapnya, kini hanya dipenuhi dengan sesuatu yang jauh lebih tajam. Jauh lebih berbahaya.Reyhan merasa dadanya sesak."Ada apa?" suara Naira terdengar tenang, hampir terlalu tenang, seolah ia tidak terganggu sedikit pun denga

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 53

    Raisa duduk di depan layar laptopnya, matanya memandang kosong pada layar yang menampilkan satu lagi email penolakan.Tangannya mengepal erat, wajahnya memerah karena frustrasi. Sudah lebih dari dua puluh perusahaan yang ia lamar, namun semuanya menolak tanpa memberikan alasan yang jelas."Ini pasti ulah Arga!" desisnya marah, suaranya penuh kebencian.Ayahnya, Pak Alfian, berdiri di belakangnya dengan wajah keruh. Sebagai seorang pengusaha senior, ia masih memiliki pengaruh.Namun setiap kali ia mencoba menghubungi kenalan bisnisnya untuk membantu Raisa mendapatkan pekerjaan, mereka selalu menolak secara halus atau bahkan langsung memutuskan komunikasi, seolah takut hanya dengan menyebut nama keluarganya."Aku tidak mengerti, Raisa," kata Pak Alfian, suaranya berat dan penuh ketakutan. "Bahkan perusahaan-perusahaan yang berutang budi padaku pun menolak membantumu. Ini... ini bukan kebetulan."Raisa menggertakkan giginya, tangannya mencengkeram ujung meja hingga buku-buku jarinya memut

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 52

    Malam itu, di kamar mereka yang remang-remang dengan pencahayaan hangat, Arga menatap Naira yang tengah bersandar di dadanya.Jemarinya dengan lembut memainkan rambut istrinya, sementara pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian hari itu."Jadi, apa rencanamu selanjutnya setelah Raisa dipecat?" Arga bertanya dengan suara rendah, matanya penuh perhatian menatap wajah Naira.Naira tersenyum tipis, sorot matanya penuh tekad. "Aku ingin dia kehilangan segalanya, pekerjaan, reputasi, dan setiap peluang di dunia bisnis. Biarkan dia merasakan kehancuran yang sama seperti yang dia rencanakan untukku."Arga mengangguk, ekspresinya tetap tenang meski ada kilatan tajam di matanya. "Aku bisa mengurus itu. Aku akan menghubungi beberapa koneksi dan memastikan tidak ada satu pun perusahaan besar yang mau menerimanya."Naira mengangkat wajahnya, menatap Arga penuh cinta. "Terima kasih, sayang. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu."Arga mengusap pipi istrinya dengan lembut, menatapnya dengan sorot mata t

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 51

    Naira masih berbaring di sofa, merasakan kehangatan genggaman tangan Arga. Meski tubuhnya lelah, hatinya terasa lebih ringan setelah semua yang terjadi.Arga duduk di sampingnya, jemarinya mengusap lembut punggung tangannya. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir.Naira mengangguk pelan. "Aku hanya butuh sedikit waktu untuk beristirahat. Terima kasih karena selalu ada untukku."Arga tersenyum, lalu menghela napas panjang. "Aku sudah memecat Raisa. Dia tidak akan mengganggumu lagi. Kau tidak perlu khawatir tentangnya."Naira terdiam sesaat, lalu mengangguk kecil. "Terima kasih, Arga. Aku tidak ingin hal ini berlarut-larut."Arga menatapnya dengan penuh kelembutan. "Kau sudah bekerja terlalu keras. Aku ingin kau pulang lebih awal hari ini dan beristirahat dengan baik. Aku akan mengurus semua urusan di kantor."Naira tersenyum kecil, merasa lega karena Arga begitu memperhatikannya. "Baiklah, aku akan pulang lebih awal."Arga mengusap pipinya perlahan. "Aku akan mengantarmu s

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 50

    Setelah suasana ruangan kembali tenang, Alidya menoleh ke arah Naira. Sorot matanya yang tajam kini melunak, menyiratkan perasaan bersalah yang mendalam.Dengan langkah mantap, ia mendekati wanita yang selama ini ia hormati, membawa serta rasa sesal yang begitu mendalam."Guru..." suara Alidya terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Lalu, dengan penuh penyesalan, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam."Saya meminta maaf atas semua masalah yang telah terjadi. Saya seharusnya lebih cepat datang dan tidak membiarkan nama Anda dihina seperti ini."Naira terdiam sejenak, menatap muridnya yang kini menunjukkan ketulusan. Ia bisa melihat bahwa Alidya benar-benar merasa bersalah atas kejadian ini. Dengan senyum tipis, Naira menghela napas pelan."Alidya," panggilnya lembut, "kesetiaanmu sudah cukup menunjukkan siapa dirimu. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Yang penting, kau sudah bertindak dengan benar pada akhirnya."Mata Alidya berkaca-kaca, lalu mengangguk tegas. "Terima kasih, Gur

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 49

    Suasana mendadak hening. Semua kepala serentak menoleh ke arah pintu yang kini terbuka lebar, memperlihatkan seorang wanita dengan aura kuat dan berwibawa.Langkahnya mantap, sorot matanya tajam menusuk. Semua yang hadir langsung mengenalinya."Nona Alidya!" seru beberapa orang dengan nada kaget.Danila yang awalnya bersemangat melihat kedatangan kakaknya, langsung tersenyum dan mendekat. "Kakak! Syukurlah kakak datang! Sekarang kita bisa menyingkirkan penipu ini!"Dengan penuh semangat, Danila menunjuk ke arah Naira, seolah yakin bahwa kakaknya akan segera mendukungnya.Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi.PLAK!Tamparan keras mendarat di pipi Danila, membuat semua orang terpaku dalam keheningan. Danila sendiri terhuyung mundur, menatap kakaknya dengan mata terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi."K-Kakak...?" suaranya gemetar.Raisa yang melihat celah langsung melangkah maju, berusaha mengontrol situasi. "Nona Alidya, mungkin Anda keliru. Penipu yang sebenarn

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 48

    Suasana dalam ruangan masih tegang ketika pintu konferensi terbuka, dan seorang wanita muda dengan postur anggun melangkah masuk.Dia mengenakan gaun sederhana namun berkelas, menandakan bahwa dirinya bukan orang sembarangan. Seorang tamu yang mengenalinya langsung berbisik dengan nada terkejut."Itu... Alidya Harumi!" seru seseorang dengan penuh antusias.Namun, ketika wanita itu semakin mendekat, beberapa orang mulai menyadari sesuatu yang janggal. "Tunggu, bukan! Itu bukan Alidya, itu... adiknya, Danila Harumi!"Bisik-bisik di ruangan semakin ramai, dan semua mata kini tertuju pada Danila. Wajahnya tampak tenang, namun matanya tajam, seolah menilai situasi yang tengah terjadi.Dengan langkah percaya diri, ia melangkah ke tengah ruangan dan melihat ke arah wanita yang mengaku sebagai Maison Laverne.Wanita itu yang memperkenalkan dirinya Bernama asli Kiara sempat menunjukkan tanda-tanda gugup saat melihat Danila masuk.Namun, dengan cepat ia kembali ke ekspresi percaya dirinya, terut

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 47

    Hari yang dinanti tiba. Tender proyek fashion bernilai triliunan rupiah memasuki tahap akhir, dihadiri perusahaan ternama lokal maupun asing di ruang konferensi utama.Naira datang bersama Arga, tampil memukau dengan gaun hitam elegan berpotongan klasik yang menonjolkan siluet anggunnya.Rambutnya ditata rapi dengan sentuhan gelombang lembut, dan riasannya menambah kesan berwibawa.Sementara itu, Arga berdampingan dengannya dalam setelan abu-abu gelap yang menegaskan kharismanya sebagai pria berpengaruh.Saat memasuki ruangan, Naira hampir tertawa melihat Raisa begitu antusias menyapa orang-orang penting, berusaha mencuri perhatian mereka dengan gaya anggunnya.Naira duduk dengan tenang di antara para eksekutif dan investor, sementara layar besar di depannya menampilkan desain gaun yang telah ia buat dengan penuh kerja keras.Saat tiba gilirannya untuk mempresentasikan desainnya, ia melangkah ke panggung dengan percaya diri, matanya memancarkan ketenangan meski seluruh ruangan menaruh

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 46

    Setelah berminggu-minggu berada di rumah sakit, Lila akhirnya keluar dengan kondisi yang jauh lebih baik.Tubuhnya yang semula lemah kini kembali segar, dan senyumnya mulai muncul lagi.Selama masa pemulihannya, semua video hinaan terhadapnya telah diturunkan dari internet, dan mereka yang berani mencemarkan namanya telah dituntut secara hukum.Kini, nama baiknya kembali bersih, dan tidak ada lagi yang berani merendahkannya.Di sebuah ruangan luas dengan pencahayaan lembut, Bu Maya duduk dengan anggun di atas sofa mewah.Ia menyeruput teh hangatnya dengan penuh ketenangan, matanya memperhatikan Lila yang duduk di hadapannya.Wajah Lila kembali bersinar, penuh semangat seperti dulu, seolah tragedi yang baru terjadi hanyalah sebuah masa pendewasaan dalam kehidupannya."Akhirnya, gadis sialan itu mati juga," ujar Lila dengan nada puas, bibirnya melengkung membentuk senyum penuh kemenangan."Dia pantas mendapatkannya. Wanita busuk seperti itu memang tidak seharusnya ada di dunia ini."Bu M

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status