แชร์

Bab 7

ผู้เขียน: Phoenixclaa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-19 15:10:33

Naira menatap cincin di tangannya, jemarinya sedikit gemetar. Arga melamarnya bukan sekadar basa-basi atau sekadar janji kosong. Pria itu serius. Tanpa banyak berpikir lagi, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil.

"Baiklah, Arga. Aku menerimanya."

Arga mengangguk, tak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang terlihat lebih lembut dari biasanya. "Baik. Aku akan mengatur semuanya."

Beberapa hari kemudian, Naira duduk di dalam mobil Arga, memandangi jalanan yang semakin jauh dari kehidupannya yang dulu. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak menentu. Ini bukan hanya tentang pernikahan ini tentang memulai kembali sesuatu yang baru.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah megah dengan arsitektur klasik yang memancarkan kesan elegan. Pilar-pilar tinggi dan taman luas menyambut mereka, menandakan kebangsawanan keluarga ini yang tak bisa disangkal. Naira merasa perutnya sedikit bergejolak. Ia tak pernah membayangkan akan berdiri di tempat seperti ini.

Arga, yang duduk di sebelahnya, menoleh dan menyentuh tangannya sekilas. "Siap?"

Ia menelan ludah, lalu mengangguk. "Siap."

Begitu mereka masuk, nuansa rumah yang mewah tapi hangat menyelimuti suasana. Di ruang tamu yang luas, tiga sosok sudah menunggu ayah dan ibu Arga, serta sang kakek yang duduk dengan penuh wibawa.

"Jadi, ini wanita pilihanmu?" suara berat sang kakek terdengar, matanya tajam meneliti Naira, namun perlahan, senyuman tipis terukir di wajahnya. "Akhirnya kau membawa seseorang ke sini, Arga. Aku sudah hampir kehilangan harapan."

Ayah dan ibu Arga saling bertukar pandang sebelum tersenyum ramah. Sang ibu bangkit, mendekati Naira, lalu meraih tangannya dengan lembut. "Selamat datang, Naira. Kami sudah mendengar banyak tentangmu."

Naira mengangguk hormat. "Terima kasih, Tante. Om."

"Panggil saja Ibu dan Ayah," sang ayah berkata tegas, namun penuh kehangatan. "Kau sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga ini."

Naira menatap mereka dengan mata sedikit membesar. Ia mengira akan menghadapi tatapan meremehkan, pertanyaan tajam, atau sikap skeptis. Namun, tidak ada itu semua. Hanya penerimaan.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa benar-benar diterima. Benar-benar dihargai.

Satu bulan setelah Arga melamar Naira, kabar pernikahan pewaris tunggal Grup Wijaya kini mengejutkan karyawan perusahaan. Arga Pratama Wijaya yang dikenal dingin dan tak tertarik asmara, kini akan menikah.

Reyhan, yang sudah dua tahun bekerja di bawah Arga, tahu betul betapa dingin dan selektif bosnya itu. Maka, saat kabar pernikahan menyebar, rasa penasarannya tak terbendung.

"Siapa wanita yang berhasil menaklukkan Pak Arga?" gumamnya sambil menyeruput kopi di pantry kantor.

Beberapa rekan kerja hanya mengangkat bahu. Tidak ada yang tahu pasti. Nama calon pengantin masih dirahasiakan dari media, meskipun berita pernikahan ini sudah jadi perbincangan hangat di industri bisnis.

"Acaranya besok. Pasti media akan menyebarkannya," ujar salah satu rekan. "Direktur seperti Pak Reyhan pasti hadir, kan? Jadi, kasih bocoran dong soal paras Nyonya Bos nanti Pak."

Reyhan hanya tersenyum kecil. "Pasti dia wanita yang luar biasa. Tidak mudah menghadapi Pak Arga yang kaku dan dingin itu. Aku harus mengenalnya."

Hari pernikahan yang dinanti akhirnya tiba. Hotel mewah yang menjadi lokasi pernikahan Arga dan Naira telah dihiasi dengan elegan, bunga-bunga putih dan emas mempercantik setiap sudut ruangan. Para tamu dari kalangan bisnis dan sosialita telah hadir, menjadikan acara ini salah satu pernikahan paling bergengsi tahun ini.

Reyhan melangkah bersama Raisa. Raisa tampak memesona dalam gaun malam berwarna navy, rambutnya disanggul elegan, dan tangannya bergelayut manja di lengan Reyhan.

Begitu mereka tiba, mereka hanya melihat Arga berdiri tegap di atas pelaminan. Tidak ada tanda-tanda mempelai wanita.

Waktu berlalu, dan tiga puluh menit kemudian, suasana mulai berubah. Alunan musik harpa lembut mengiringi pintu besar yang perlahan terbuka, memperlihatkan sosok Naira yang berjalan dengan anggun.

Langkahnya ringan, penuh percaya diri. Gaun putih gading melayang anggun, menciptakan kesan seorang ratu menuju tahtanya. Cahaya lampu kristal memantulkan kilauan berlian di mahkotanya.

Genggamannya erat pada buket mawar putih, sementara matanya lurus menatap Arga. Tatapannya tenang, seolah masa lalunya telah tertinggal. Setiap pasang mata terpaku padanya, terpesona oleh kehadiran yang begitu memikat.

Reyhan yang semula berdiri santai mendadak membatu. Napasnya tercekat saat sosok pengantin wanita itu semakin jelas di matanya. Mata Raisa juga membulat tak percaya.

"Tidak mungkin…" bisik Raisa lirih.

Sementara itu, Reyhan hanya diam dan menatap lurus. Matanya tak berkedip, menyoroti setiap langkah Naira di atas altar. Wanita yang dulu ia rendahkan, yang ia tinggalkan tanpa ragu, kini menjadi istri seorang Arga Pratama Wijaya.

Raisa, yang merasakan perubahan ekspresi Reyhan, meremas lengannya dan tersenyum kecil. "Rey, ayo duduk. Jangan terlalu lama melihatnya," bisiknya mesra, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu pria itu, menunjukkan kepemilikannya.

Reyhan menghela napas panjang, tetapi tatapannya tetap terpaku pada altar. Tidak ada kata yang bisa diucapkannya.

Sementara itu, di depan altar, Arga mengulurkan tangan, menyambut Naira dengan tatapan penuh arti. Sorot matanya tajam namun tenang, seakan memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh wanitanya.

Alunan musik semakin syahdu, suasana ruangan dipenuhi bisikan takjub dari para tamu yang menyaksikan pasangan itu berdiri berdampingan. Semua mata tertuju pada mereka, menanti janji suci 

Sesaat kemudian suasana di dalam aula mulai berlangsung khidmat. Janji suci akhirnya terucap.

Naira menarik napas sebelum menatap Arga dengan keyakinan. "Aku menerima Arga Pratama Wijaya sebagai suamiku."

Namun, dalam hati Naira, ini bukan sekadar pernikahan. Ini adalah awal dari permainannya. Ia telah melalui banyak hal untuk sampai ke sini, dan ia tidak akan melewatkan kesempatan membalas mereka yang telah menyakitinya.

Riuh tepuk tangan menggema. Beberapa tamu tersenyum hangat, sementara yang lain terpaku. Bagi Reyhan, suara tepuk tangan itu seperti dentuman keras seperti penghinaan.

Naira yang melihat kehadiran Reyhan bersama Raisa langsung mengulas senyum sinis di wajahnya. Ketika tatapan Reyhan ternyata juga tertuju padanya, Naira semakin merasa menang.

‘Setelah ini, balasan yang setimpal akan menerpamu, Reyhan,” batin Naira dengan penuh arti.

Setelah prosesi pernikahan selesai, resepsi dimulai. Para tamu berkumpul, memberi selamat, dan menikmati hidangan mewah yang telah disiapkan.

Tak lama kemudian, Reyhan dan Raisa turut mendekat. Reyhan, dengan ekspresi profesionalnya, menjabat tangan Arga dengan sopan. "Selamat, Pak Arga. Semoga pernikahan ini membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi Anda."

Arga mengangguk singkat. "Terima kasih, Reyhan."

Saat Arga berpaling untuk menyapa beberapa tamu lainnya, Reyhan melipat tangannya, menatap Naira dengan ekspresi penuh tanda tanya dan rasa kesal. Sejujurnya, Reyhan masih belum mengerti kenapa Naira bisa menikah dengan bosnya.

Naira mengangkat dagunya sedikit, senyumnya bertambah lebar. "Dulu kau membuangku, Reyhan. Sekarang, aku yang akan memastikan kau membayar semuanya."

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 8

    Setelah resepsi pernikahan yang penuh ketegangan itu berakhir, Arga membawa Naira keluar dari aula, menuju kamar pengantin mereka di hotel tempat acara berlangsung. Begitu pintu tertutup, Naira menghela napas panjang, menatap cermin besar di depannya. Wajahnya masih terlukis dengan senyum kemenangan, tapi di balik itu, ada sorot mata penuh rencana.Arga yang sejak tadi memperhatikan Naira mendekat, membuka dasinya perlahan. "Kau menikmati kejadian tadi, bukan?"Naira berbalik, menatap suaminya yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya. "Menikmati apa?"Arga menyeringai kecil, menatapnya dalam. "Melihat Reyhan dan Raisa terbakar amarah. Aku bisa merasakan tatapan mereka menembus punggungmu sepanjang malam."Naira tertawa kecil, lalu melepas antingnya. "Itu bonus. Aku hanya memastikan mereka tahu tempat mereka sekarang."Arga mendekat lebih jauh, satu tangannya menyentuh dagu Naira, mengangkatnya sedikit. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, Naira?Mata Naira bersinar penuh tekad.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-20
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 9

    Beberapa hari kemudian, suasana berbeda terjadi. Bu Maya merayakan ulang tahunnya, dan Reyhan mengajaknya makan malam di restoran mewah, La Violeta, bersama Lila dan Raisa. Namun, ketika mereka tiba di sana, seorang pelayan menghadang mereka di pintu masuk."Maaf, Tuan, tapi restoran ini telah dipesan sepenuhnya oleh seseorang malam ini."Reyhan mengerutkan kening. "Siapa yang memesannya?"Pelayan itu tampak ragu sebelum menjawab, "Nyonya Muda Keluarga Wijaya."Suasana mendadak tegang. Bu Maya menghela napas tajam, ekspresinya berubah drastis. "Nyonya Muda Keluarga Wijaya? Memang siapa orang itu?"Pelayan itu hendak menjelaskan lebih lanjut, tetapi Reyhan lebih dulu menjawab dengan nada datar, “Dia istri Pak Arga, pemilik perusahaan fashion Wijaya tempatku bekerja bu.”"Bukankah bagus kalau yang di dalam itu istri bosmu, Rey?" kata Bu Maya setelah berpikir sejenak. "Kita bisa menyapa sebentar, siapa tahu dia bisa memberikan kita satu meja. Ibu sangat ingin makan di sini malam ini. Re

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-21
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 10

    Di dalam mobil yang melaju meninggalkan restoran, suasana tegang. Bu Maya duduk di kursi belakang, wajahnya merah padam. "Aku masih tidak percaya itu Naira! Bagaimana dia bisa menikahi bosmu, Rey?" geramnya.Lila menggigit bibir, shock. "Dia dulu hanya gadis bodoh yang bisa kita mainkan."Reyhan mengemudi dalam diam, rahangnya mengeras. Namun, tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan karena ia sendiri juga masih bingung dengan hal itu.Beberapa hari kemudian di kantor, suasana tegang. Reyhan, Raisa, dan karyawan lain bekerja ekstra keras. Kampanye fashion tinggal dua minggu lagi, tetapi konsep yang mereka susun enam bulan terakhir harus diubah total karena keputusan Naira dalam rapat pekan lalu.Naira, yang kini berpengaruh besar di perusahaan, menilai desain mereka terlalu eksklusif. Ia menginginkan perubahan desain yang tetap mewah, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah.Bagi tim kreatif yang terbiasa melayani selera kelas atas, ini tantangan sulit. Mereka harus

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-21
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 11

    Meski tim Reyhan kesulitan menyesuaikan konsep baru dari Naira, mereka tetap bekerja tanpa lelah. Lembur menjadi rutinitas, kopi sahabat setia, dan setiap perubahan diterapkan dengan teliti meski frustrasi terus menghantui.Raisa yang nyaris menyerah akhirnya menemukan cara menyesuaikan desain tanpa kehilangan identitas merek. Dengan dukungan Reyhan dan tim, mereka menciptakan koleksi elegan yang tetap terjangkau, meski dengan banyak pengorbanan.Hari kampanye fashion tiba. Gedung mewah dengan dekorasi modern dan catwalk memukau dipenuhi tamu dari berbagai kalangan investor, media, pelanggan setia, hingga masyarakat kelas menengah yang jarang hadir di acara eksklusif.Untuk pertama kalinya, audiens lebih luas. Raisa dan Reyhan canggung, terbiasa dengan eksklusivitas. Bagi mereka, ini bukan sekadar perubahan pasar, tetapi juga pukulan bagi kebanggaan mereka menjaga standar merek kalangan atas.Di sudut ruangan, mereka mengamati model-model di catwalk mengenakan koleksi terbaru. Desainn

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 12

    Tiga hari kemudian, dalam acara makan malam karyawan kantor setelah kampanye fashion sukses besar, Naira sengaja menghampiri Raisa saat mereka sedang berdua di balkon, dengan segelas wine di tangannya.“Kau tahu, Raisa… Reyhan mungkin menceraikan aku demi dirimu, tapi kau yakin dia benar-benar melupakanku?” Naira menyesap anggurnya, tersenyum tipis. “Ironis, ya? Kita dipertemukan lagi seperti ini.”Raisa mendesis kesal, rahangnya mengencang. “Apa yang kau inginkan, Naira?” suaranya tajam, sarat dengan kekesalan.Naira tersenyum licik. "Dia tetap pria yang sama Raisa, pria yang penuh kebimbangan dan lari saat keadaan sulit. Jika dia benar-benar mencintaimu, dia akan menunggumu kembali dari luar negeri, bukan menikahiku. Tapi dia tidak menunggumu, kan? Dia memilih aku, berbagi hidup denganku. Kau hanya pelarian, seseorang yang kebetulan ada di saat yang tepat."Raisa menatap Naira tajam. Napasnya mulai tidak beraturan, tapi ia menolak menunjukkan kelemahannya."Aku tidak percaya, Naira,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-22
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 13

    Keesokan harinya, di kantor…Reyhan duduk di ruangannya, bolak-balik membuka agenda kerja di layar laptopnya. Ada yang terasa janggal sejak pagi. Biasanya, ia akan mendengar suara langkah tegas Naira di koridor atau sekadar melihat siluetnya melintas dengan percaya diri. Namun, hari ini, tidak ada tanda-tanda kehadiran wanita itu."Pak Reyhan," suara salah satu stafnya memecah lamunannya. "Mau saya antar dokumen ini ke Bu Naira?"Reyhan mengangkat alisnya. "Bu Naira?" ulangnya pelan, seolah memastikan apa yang baru saja ia dengar."Iya, Pak. Tapi katanya tadi beliau tidak masuk hari ini. Ada urusan keluarga," jawab staf tersebut sebelum akhirnya pamit keluar.Reyhan mengernyit. Ia tertawa kecil, menertawakan dirinya sendiri. Untuk apa memikirkan Naira? Dia hanyalah mantan istrinya yang selalu bergantung pada orang lain, bukan? Namun, semakin ia mencoba mengabaikannya, semakin pikirannya dipenuhi bayangan wanita itu.Namun, hal yang lebih mengusiknya saat Arga datang ke kantor pagi ini

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 14

    Saat mobil mereka melaju meninggalkan pusat perbelanjaan, Naira masih merasakan debaran halus di dadanya. Pertemuan dengan Bu Maya dan Lila menguras emosinya, tetapi sikap Bu Rina yang melindunginya membuatnya merasa lebih diterima."Jangan terlalu dipikirkan," kata Bu Rina. "Orang-orang seperti mereka selalu mencari celah untuk menjatuhkanmu. Yang penting adalah bagaimana kau menghadapinya."Naira mengangguk. "Terima kasih, Bu. Saya tidak menyangka Ibu akan membela saya."Bu Rina tersenyum. "Kau bagian dari keluarga Wijaya sekarang. Aku tidak membiarkan siapa pun meremehkan menantu pilihanku."Kata-kata itu menghangatkan hati Naira. Ia mulai menyadari keluarga Arga benar-benar baik dari awal sampai sekarang tidak berubah.Sesampainya di rumah, Naira ingin beristirahat sebelum Arga pulang. Namun, suara ketukan menginterupsi niatnya."Masuklah," ucap Naira.Pintu terbuka, menampilkan Bima, asisten Arga. "Bu Naira, Pak Arga meminta Anda menemuinya di ruang kerja nanti."Naira mengernyit

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 15

    Rumah minimalis dua lantai itu berdiri megah dengan desain modern, namun di dalamnya, hanya kesunyian yang tersisa. Dulu, setiap pagi Reyhan terbangun oleh langkah Naira di dapur, aroma kopi yang menguar, dan suara lembutnya membangunkannya.Kini, ia terbangun hanya oleh dering alarm. Tak ada suara, tak ada kehangatan hanya kamar yang dingin dan kosong. Meja makan pun sunyi, menyisakan kesendirian yang menyesakkan.Reyhan duduk di kursi Naira, mencoba membaca koran, tapi pikirannya melayang. Ia melirik ke dapur, berharap mendengar suara familiar, namun hanya kesunyian yang menyambutnya.Bu Maya dan Lila terlihat di dapur, sibuk menyiapkan sarapan. Namun, ketika Reyhan mencicipi makanan di piringnya, rasanya hambar jauh dari rasa yang dulu ia abaikan ketika masih ada Naira.Ia menghela napas panjang, baru menyadari betapa terbiasanya ia dengan kehadiran Naira. Kopi buatan Naira selalu pas tidak terlalu pahit, tidak terlalu manis. Sekarang, ia harus membuatnya sendiri atau meminta ibu a

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24

บทล่าสุด

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 82

    Malam itu, suasana rumah mulai lengang. Hujan gerimis turun pelan di luar, mengetuk-ngetuk kaca jendela seperti ingin ikut mendengar percakapan di ruang keluarga.Arga duduk di sofa, kakinya berselonjor, tangan kirinya menggenggam gelas teh hangat yang sudah setengah dingin.Matanya menatap layar TV, tapi pikirannya entah ke mana. Pikiran itu bukan tentang rapat esok pagi… bukan juga soal proyek yang tertunda.Pikirannya tentang perempuan yang kini berdiri di dapur, sedang merapikan piring-piring makan malam mereka.Naira.Malam ini, dia tampak lelah, tapi tetap cantik. Rambutnya diikat sederhana, kulitnya sedikit basah karena terkena uap dari cucian piring, dan bajunya hanya piyama longgar namun tidak ada hal lain yang lebih menenangkan bagi Arga dibanding pemandangan itu.Arga bangkit pelan, berjalan mendekat, lalu berdiri di belakang istrinya.“Aku bantuin, ya.”Naira tidak menoleh. Tangannya tetap bergerak mencuci. Tapi nadanya tenang saat menjawab.“Tumben kamu ke dapur.”Arga te

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 81

    Sore itu, langit menggantungkan awan kelabu saat mobil hitam berhenti di depan kantor Wijaya Group. Liza yang sudah mengintai dari lantai bawah langsung berjalan genit ke arah mobil tersebut, anggun seolah sudah menjadi rutinitas pulang bareng Arga.Dengan santai, Liza membuka pintu depan sebelah kiri dan duduk di kursi samping pengemudi. Bibirnya tersenyum lebar, jemarinya sibuk merapikan poni sambil bergumam kecil, “Kak Arga pasti seneng banget liat aku duluan.”Tapi senyum itu membeku begitu ia menoleh dan menyadari yang duduk di balik setir adalah Bima.“Eh… kamu?” Liza berusaha menyembunyikan kekagetannya, namun nada suaranya jelas kecewa.Bima hanya menoleh singkat, tersenyum datar. “Sore, Mbak Liza. Saya yang nyetir hari ini.”Sebelum Liza bisa memprotes lebih jauh, pintu belakang terbuka dan Arga masuk dengan tenang, langsung duduk di kursi belakang. Ia mengenakan jas kerja abu-abu gelap, wajahnya serius dan matanya masih terpaku pada layar ponselnya.“Bim, ke butik dulu. Jemp

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 80

    Hari-hari berlalu, dan suasana kantor makin tidak nyaman sejak kehadiran Liza sebagai anak magang.Di divisi tempatnya ditempatkan yang secara teknis berada di bawah pengawasan Naira banyak karyawan mulai mengeluh diam-diam.Liza jarang menyelesaikan tugas tepat waktu, sering terlihat bermain ponsel, dan selalu mencari alasan untuk menghindar dari pekerjaan.Namun setiap kali Arga lewat atau berada di ruangan terbuka, Liza tiba-tiba berubah.Ia berpura-pura sibuk menatap layar komputer, mengetik cepat, bahkan sesekali berdiri untuk menyusun dokumen agar terlihat profesional.“Liza, ini laporan pelanggan VIP minggu ini. Tolong bantu rekap, ya,” ujar salah satu staf senior, Tina, sambil meletakkan map di meja Liza.Liza hanya menatapnya sebentar lalu menghela napas berat. “Aduh Kak, bisa dibantu aja nggak? Aku masih bingung cara input-nya. Lagian aku belum sempat belajar bagian ini...”“Bukannya kemarin sudah diajarin?” sahut Tina dengan nada sabar tapi tegas.Liza menatapnya tajam lalu

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 79

    1 minggu setelah kekalahan Arga, dia masih tetap merenung banyak hal.Malam itu, Arga duduk diam di ruang kerja, matanya menatap kosong ke luar jendela. Hujan turun deras, seolah ikut menertawakan kekalahannya.Proyek besar yang ia perjuangkan mati-matian… hilang begitu saja ke tangan orang yang selama ini ia anggap sampah keluarga.Tapi mungkin, jauh di dalam dirinya, Arga merasa ini seperti karma kecil yang datang menepuk pundaknya.Karena bertahun-tahun lalu, Alex adalah anak emas keluarga Wijaya.Genius bisnis, berbicara seperti politisi, punya karisma dan insting yang tajam. Semua orang di keluarga besar mengidolakan Alex, termasuk kakek dan ayah Arga sendiri.Sedangkan Arga… hanya anak lelaki pendiam yang lebih senang menyendiri dan membaca. Ia tidak ahli berbicara, tidak piawai mengambil keputusan cepat.Bahkan di rapat-rapat keluarga besar, ayahnya selalu berkata, “Lihat Alex. Belajarlah dari dia.”Arga dikirim ke luar negeri bukan untuk ‘menimba ilmu’, tapi untuk memberi jala

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 78

    Malam itu terasa sunyi. Di ruang kerja Arga yang remang, Naira masih menelusuri lembar demi lembar dokumen proyek kerja sama dengan Jepang.Matanya yang lelah membesar ketika menemukan dua dokumen dengan isi yang nyaris sama tapi ada angka kecil yang berbeda.Sangat kecil. Namun cukup untuk membuat kerugian miliaran jika dibiarkan lolos.Ia segera mengambil ponsel dan memfoto dua halaman tersebut. Lalu memeriksanya ke dokumen digital. Perubahan itu... bukan kesalahan input biasa.“Tidak mungkin ini typo... ini sudah disengaja,” bisik Naira, jantungnya mulai berdetak lebih cepat.Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menyalakan laptop Arga dan masuk ke sistem data perusahaan dengan akses khususnya sebagai Wakil Direktur.Matanya menyapu deretan aktivitas terakhir.Dan di sana ia melihatnya.Seseorang telah masuk ke database dua malam lalu. Tanpa otorisasi resmi.Menggunakan akun pegawai bagian keuangan. Tapi Naira tahu, pegawai itu sedang cuti panjang ke luar negeri.Ada pengkhianat d

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 77

    Pagi yang Sunyi, Rumah yang Tak Sepenuhnya TenangUdara pagi itu dingin, menusuk kulit namun tak cukup membekukan hati yang sedang penuh amarah.Rumah mereka kini memang lebih layak, bersih, berdinding bata halus, tidak lagi lembap seperti kontrakan sebelumnya yang langit-langitnya bocor dan penuh tambalan.Tapi kenyamanan itu tidak sepenuhnya menenangkan pikiran mereka.Lila duduk di sofa ruang tamu, tubuhnya bersandar lemas. Wajahnya pucat, matanya sembab meski tanpa tangisan.Di meja depannya tergeletak botol obat dari psikiater dan jadwal terapi mingguan yang tak boleh dilewatkan.Setiap malam masih dihantui mimpi buruk, dan setiap pagi ia bangun dengan rasa kosong.“Jangan lupa, nanti jam empat kita ke psikiater,” suara Bu Maya pelan namun tegas, mencoba menjaga rutinitas sang putri.Lila hanya mengangguk, lalu berbisik pelan, “Kalau bukan karena dia... aku gak akan seperti ini.”“Dia”—yang mereka maksud tak lain adalah Naira.Bu Maya memutar sendok di cangkir tehnya, bibirnya me

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 76

    Kantor Pusat Wira Corp – Jakarta PusatLobi megah dengan desain futuristik dan layar digital raksasa menyambut Reyhan saat ia melangkah masuk dengan setelan jas abu gelap yang masih tampak baru.Tak ada sisa-sisa dari pria yang tinggal di kontrakan bocor bersama ibunya dan Lila.Di tempat ini, ia adalah Reyhan yang baru ambisius, lapar, dan penuh amarah yang disamarkan dengan senyum licik.Alex muncul dari salah satu ruang rapat dengan tangan diselipkan di saku celana. Dengan jas hitam slim-fit dan ekspresi percaya diri, ia tampak seperti tokoh antagonis dalam drama korporat."Reyhan," sapa Alex, lalu menepuk bahunya keras. "Selamat datang kembali di perusahaanku."Reyhan tersenyum simpul. “Terima kasih… Pak. Saya siap bekerja.”Alex mengernyitkan dahi, meski sebelumnya ia minta di panggil Alex saja, tapi mungkin Reyhan merasa itu tidak sopan jadi di biarkan saja,"Bagus. Mulai hari ini, kamu Direktur Operasional Wira Corp," ujar Alex dengan nada seolah sedang mengumumkan promosi pada

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 75

    Siang mulai bergulir ke sore, cahaya matahari menyusup malu-malu melalui tirai tipis ruang tamu. Suasana rumah itu terasa tenang, namun ketegangan tipis mengendap di udara.Naira kembali dari dapur dengan membawa piring berisi kue dan sepiring buah yang baru dipotong.Meski dalam hatinya ia masih menyimpan luka dari hinaan halus dan tawa merendahkan tadi, wajahnya tetap tenang. Senyumnya rapi, dan matanya tajam.“Saya nggak tahu selera tamu satu ini,” ucapnya sambil meletakkan piring di meja. “Tapi semoga cocok. Di rumah ini, kami memang biasa menyambut tamu dengan baik, meskipun kadang tamunya sendiri lupa sopan santun.”Alex menatapnya sekilas, lalu menyeringai. “Wah, pedas juga ya omongannya. Aku kira kamu orangnya kalem.”Liza terkekeh pelan. “Kak Arga memang suka yang beda, Kak. Nggak heran sih kalau pilihannya agak... unik.” Ia menatap Naira penuh arti sambil menyuapkan sepotong buah ke mulutnya dengan gaya manja.Naira tak bereaksi, hanya menatap keduanya dengan senyum yang tak

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 74

    Setelah telepon ditutup, Liza masih terduduk di sisi tempat tidurnya. Tapi belum sempat ia menaruh ponselnya, layar kembali menyala pesan masuk dari Alex.Maaf... cara ngomongku tadi kelewatan. Aku cuma... ya, kamu tahu sendiri, kan?Liza menarik napas panjang, lalu mengetik balasan singkat:Nggak apa-apa, Kak. Aku ngerti kok.Panggilan masuk dari Alex kembali muncul. Kali ini, nada suaranya lebih tenang."Thanks, Liza," ujarnya lembut. "Aku cuma... kaget aja. Udah lama nggak dengar kabar, tahu-tahu kamu udah di rumah Arga. Kamu tahu sendiri... dia bukan orang yang netral kalau udah urusan keluarga."Liza tersenyum tipis, tapi senyumnya tidak sampai ke mata. "Aku ngerti. Aku juga salah, harusnya kabarin Kak Alex dulu.""Jadi sekarang kamu lagi ngapain setelah lulus? Jangan-jangan udah direkrut jadi asistennya Kak Arga?" tanyanya dengan nada bercanda, tapi ada nada cemburu samar di baliknya.Liza tertawa kecil, sopan. "Baru kepikiran mau cari pengalaman. Tadi sempat obrolin soal magang

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status