Share

Bab 7

Author: Phoenixclaa
last update Last Updated: 2025-02-19 15:10:33

Naira menatap cincin di tangannya, jemarinya sedikit gemetar. Arga melamarnya bukan sekadar basa-basi atau sekadar janji kosong. Pria itu serius. Tanpa banyak berpikir lagi, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil.

"Baiklah, Arga. Aku menerimanya."

Arga mengangguk, tak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang terlihat lebih lembut dari biasanya. "Baik. Aku akan mengatur semuanya."

Beberapa hari kemudian, Naira duduk di dalam mobil Arga, memandangi jalanan yang semakin jauh dari kehidupannya yang dulu. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak menentu. Ini bukan hanya tentang pernikahan ini tentang memulai kembali sesuatu yang baru.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah megah dengan arsitektur klasik yang memancarkan kesan elegan. Pilar-pilar tinggi dan taman luas menyambut mereka, menandakan kebangsawanan keluarga ini yang tak bisa disangkal. Naira merasa perutnya sedikit bergejolak. Ia tak pernah membayangkan akan berdiri di tempat seperti ini.

Arga, yang duduk di sebelahnya, menoleh dan menyentuh tangannya sekilas. "Siap?"

Ia menelan ludah, lalu mengangguk. "Siap."

Begitu mereka masuk, nuansa rumah yang mewah tapi hangat menyelimuti suasana. Di ruang tamu yang luas, tiga sosok sudah menunggu ayah dan ibu Arga, serta sang kakek yang duduk dengan penuh wibawa.

"Jadi, ini wanita pilihanmu?" suara berat sang kakek terdengar, matanya tajam meneliti Naira, namun perlahan, senyuman tipis terukir di wajahnya. "Akhirnya kau membawa seseorang ke sini, Arga. Aku sudah hampir kehilangan harapan."

Ayah dan ibu Arga saling bertukar pandang sebelum tersenyum ramah. Sang ibu bangkit, mendekati Naira, lalu meraih tangannya dengan lembut. "Selamat datang, Naira. Kami sudah mendengar banyak tentangmu."

Naira mengangguk hormat. "Terima kasih, Tante. Om."

"Panggil saja Ibu dan Ayah," sang ayah berkata tegas, namun penuh kehangatan. "Kau sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga ini."

Naira menatap mereka dengan mata sedikit membesar. Ia mengira akan menghadapi tatapan meremehkan, pertanyaan tajam, atau sikap skeptis. Namun, tidak ada itu semua. Hanya penerimaan.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa benar-benar diterima. Benar-benar dihargai.

Satu bulan setelah Arga melamar Naira, kabar pernikahan pewaris tunggal Grup Wijaya kini mengejutkan karyawan perusahaan. Arga Pratama Wijaya yang dikenal dingin dan tak tertarik asmara, kini akan menikah.

Reyhan, yang sudah dua tahun bekerja di bawah Arga, tahu betul betapa dingin dan selektif bosnya itu. Maka, saat kabar pernikahan menyebar, rasa penasarannya tak terbendung.

"Siapa wanita yang berhasil menaklukkan Pak Arga?" gumamnya sambil menyeruput kopi di pantry kantor.

Beberapa rekan kerja hanya mengangkat bahu. Tidak ada yang tahu pasti. Nama calon pengantin masih dirahasiakan dari media, meskipun berita pernikahan ini sudah jadi perbincangan hangat di industri bisnis.

"Acaranya besok. Pasti media akan menyebarkannya," ujar salah satu rekan. "Direktur seperti Pak Reyhan pasti hadir, kan? Jadi, kasih bocoran dong soal paras Nyonya Bos nanti Pak."

Reyhan hanya tersenyum kecil. "Pasti dia wanita yang luar biasa. Tidak mudah menghadapi Pak Arga yang kaku dan dingin itu. Aku harus mengenalnya."

Hari pernikahan yang dinanti akhirnya tiba. Hotel mewah yang menjadi lokasi pernikahan Arga dan Naira telah dihiasi dengan elegan, bunga-bunga putih dan emas mempercantik setiap sudut ruangan. Para tamu dari kalangan bisnis dan sosialita telah hadir, menjadikan acara ini salah satu pernikahan paling bergengsi tahun ini.

Reyhan melangkah bersama Raisa. Raisa tampak memesona dalam gaun malam berwarna navy, rambutnya disanggul elegan, dan tangannya bergelayut manja di lengan Reyhan.

Begitu mereka tiba, mereka hanya melihat Arga berdiri tegap di atas pelaminan. Tidak ada tanda-tanda mempelai wanita.

Waktu berlalu, dan tiga puluh menit kemudian, suasana mulai berubah. Alunan musik harpa lembut mengiringi pintu besar yang perlahan terbuka, memperlihatkan sosok Naira yang berjalan dengan anggun.

Langkahnya ringan, penuh percaya diri. Gaun putih gading melayang anggun, menciptakan kesan seorang ratu menuju tahtanya. Cahaya lampu kristal memantulkan kilauan berlian di mahkotanya.

Genggamannya erat pada buket mawar putih, sementara matanya lurus menatap Arga. Tatapannya tenang, seolah masa lalunya telah tertinggal. Setiap pasang mata terpaku padanya, terpesona oleh kehadiran yang begitu memikat.

Reyhan yang semula berdiri santai mendadak membatu. Napasnya tercekat saat sosok pengantin wanita itu semakin jelas di matanya. Mata Raisa juga membulat tak percaya.

"Tidak mungkin…" bisik Raisa lirih.

Sementara itu, Reyhan hanya diam dan menatap lurus. Matanya tak berkedip, menyoroti setiap langkah Naira di atas altar. Wanita yang dulu ia rendahkan, yang ia tinggalkan tanpa ragu, kini menjadi istri seorang Arga Pratama Wijaya.

Raisa, yang merasakan perubahan ekspresi Reyhan, meremas lengannya dan tersenyum kecil. "Rey, ayo duduk. Jangan terlalu lama melihatnya," bisiknya mesra, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu pria itu, menunjukkan kepemilikannya.

Reyhan menghela napas panjang, tetapi tatapannya tetap terpaku pada altar. Tidak ada kata yang bisa diucapkannya.

Sementara itu, di depan altar, Arga mengulurkan tangan, menyambut Naira dengan tatapan penuh arti. Sorot matanya tajam namun tenang, seakan memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh wanitanya.

Alunan musik semakin syahdu, suasana ruangan dipenuhi bisikan takjub dari para tamu yang menyaksikan pasangan itu berdiri berdampingan. Semua mata tertuju pada mereka, menanti janji suci 

Sesaat kemudian suasana di dalam aula mulai berlangsung khidmat. Janji suci akhirnya terucap.

Naira menarik napas sebelum menatap Arga dengan keyakinan. "Aku menerima Arga Pratama Wijaya sebagai suamiku."

Namun, dalam hati Naira, ini bukan sekadar pernikahan. Ini adalah awal dari permainannya. Ia telah melalui banyak hal untuk sampai ke sini, dan ia tidak akan melewatkan kesempatan membalas mereka yang telah menyakitinya.

Riuh tepuk tangan menggema. Beberapa tamu tersenyum hangat, sementara yang lain terpaku. Bagi Reyhan, suara tepuk tangan itu seperti dentuman keras seperti penghinaan.

Naira yang melihat kehadiran Reyhan bersama Raisa langsung mengulas senyum sinis di wajahnya. Ketika tatapan Reyhan ternyata juga tertuju padanya, Naira semakin merasa menang.

‘Setelah ini, balasan yang setimpal akan menerpamu, Reyhan,” batin Naira dengan penuh arti.

Setelah prosesi pernikahan selesai, resepsi dimulai. Para tamu berkumpul, memberi selamat, dan menikmati hidangan mewah yang telah disiapkan.

Tak lama kemudian, Reyhan dan Raisa turut mendekat. Reyhan, dengan ekspresi profesionalnya, menjabat tangan Arga dengan sopan. "Selamat, Pak Arga. Semoga pernikahan ini membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi Anda."

Arga mengangguk singkat. "Terima kasih, Reyhan."

Saat Arga berpaling untuk menyapa beberapa tamu lainnya, Reyhan melipat tangannya, menatap Naira dengan ekspresi penuh tanda tanya dan rasa kesal. Sejujurnya, Reyhan masih belum mengerti kenapa Naira bisa menikah dengan bosnya.

Naira mengangkat dagunya sedikit, senyumnya bertambah lebar. "Dulu kau membuangku, Reyhan. Sekarang, aku yang akan memastikan kau membayar semuanya."

Related chapters

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 8

    Setelah resepsi pernikahan yang penuh ketegangan itu berakhir, Arga membawa Naira keluar dari aula, menuju kamar pengantin mereka di hotel tempat acara berlangsung. Begitu pintu tertutup, Naira menghela napas panjang, menatap cermin besar di depannya. Wajahnya masih terlukis dengan senyum kemenangan, tapi di balik itu, ada sorot mata penuh rencana.Arga yang sejak tadi memperhatikan Naira mendekat, membuka dasinya perlahan. "Kau menikmati kejadian tadi, bukan?"Naira berbalik, menatap suaminya yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya. "Menikmati apa?"Arga menyeringai kecil, menatapnya dalam. "Melihat Reyhan dan Raisa terbakar amarah. Aku bisa merasakan tatapan mereka menembus punggungmu sepanjang malam."Naira tertawa kecil, lalu melepas antingnya. "Itu bonus. Aku hanya memastikan mereka tahu tempat mereka sekarang."Arga mendekat lebih jauh, satu tangannya menyentuh dagu Naira, mengangkatnya sedikit. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, Naira?Mata Naira bersinar penuh tekad.

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 9

    Beberapa hari kemudian, suasana berbeda terjadi. Bu Maya merayakan ulang tahunnya, dan Reyhan mengajaknya makan malam di restoran mewah, La Violeta, bersama Lila dan Raisa. Namun, ketika mereka tiba di sana, seorang pelayan menghadang mereka di pintu masuk."Maaf, Tuan, tapi restoran ini telah dipesan sepenuhnya oleh seseorang malam ini."Reyhan mengerutkan kening. "Siapa yang memesannya?"Pelayan itu tampak ragu sebelum menjawab, "Nyonya Muda Keluarga Wijaya."Suasana mendadak tegang. Bu Maya menghela napas tajam, ekspresinya berubah drastis. "Nyonya Muda Keluarga Wijaya? Memang siapa orang itu?"Pelayan itu hendak menjelaskan lebih lanjut, tetapi Reyhan lebih dulu menjawab dengan nada datar, “Dia istri Pak Arga, pemilik perusahaan fashion Wijaya tempatku bekerja bu.”"Bukankah bagus kalau yang di dalam itu istri bosmu, Rey?" kata Bu Maya setelah berpikir sejenak. "Kita bisa menyapa sebentar, siapa tahu dia bisa memberikan kita satu meja. Ibu sangat ingin makan di sini malam ini. Re

    Last Updated : 2025-02-21
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 10

    Di dalam mobil yang melaju meninggalkan restoran, suasana tegang. Bu Maya duduk di kursi belakang, wajahnya merah padam. "Aku masih tidak percaya itu Naira! Bagaimana dia bisa menikahi bosmu, Rey?" geramnya.Lila menggigit bibir, shock. "Dia dulu hanya gadis bodoh yang bisa kita mainkan."Reyhan mengemudi dalam diam, rahangnya mengeras. Namun, tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan karena ia sendiri juga masih bingung dengan hal itu.Beberapa hari kemudian di kantor, suasana tegang. Reyhan, Raisa, dan karyawan lain bekerja ekstra keras. Kampanye fashion tinggal dua minggu lagi, tetapi konsep yang mereka susun enam bulan terakhir harus diubah total karena keputusan Naira dalam rapat pekan lalu.Naira, yang kini berpengaruh besar di perusahaan, menilai desain mereka terlalu eksklusif. Ia menginginkan perubahan desain yang tetap mewah, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah.Bagi tim kreatif yang terbiasa melayani selera kelas atas, ini tantangan sulit. Mereka harus

    Last Updated : 2025-02-21
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 1

    “Mas, boleh tolong buang sampah di dapur ke depan? Aku kurang enak badan, lemes dari semalam,” kata Naira yang tampak tidak bertenaga. Ia berusaha bangun dari posisi tidurnya.“Aku buru-buru, Naira. Ada banyak kerjaan di kantor. Lagipula, buang sampah ke depan saja masa kamu gak bisa,” jawab Reyhan yang masih sibuk memasukkan beberapa dokumen ke dalam tas kerjanya.“Tapi Mas, aku bangun saja kesusahan,” keluh Naira dengan suara paraunya.Sejak semalam, badan Naira memang demam cukup tinggi. Ia berusaha membangunkan Reyhan, suaminya, untuk mengajaknya pergi ke dokter, tetapi pria itu tidak menggubrisnya dan tertidur semakin pulas.“Itu kamu cuma kurang banyak gerak aja makanya jadi malas.” Reyhan mengambil jas hitam yang ada di dalam lemari pakaiannya dan segera memakainya. Pandangannya sama sekali tidak pernah jatuh pada istrinya, seolah tidak peduli dengan rintihan sang istri.Naira hanya bisa menghela napas berat, menatap Reyhan dengan nanar.Setelah hampir 3 tahun menikah, belakang

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 2

    Naira menatap punggung Reyhan yang pergi tanpa menoleh. Dulu, ia selalu berpamitan dengan mencium keningnya. Sekarang? Bahkan sekadar ucapan "hati-hati" pun tak ada.Dari balik jendela, ia melihat Reyhan masuk mobil dan melaju pergi seolah tak ada seorang pun yang ia tinggalkan di rumah ini. Naira terduduk di ranjang, tubuhnya panas, kepalanya berdenyut. Tangannya menutupi wajah, menahan air mata yang hendak tumpah.Namun, suara bel rumah berbunyi nyaring, berkali-kali. Naira terpaksa bangkit dan berjalan tertatih ke pintu. Saat membukanya, ibu mertuanya, Bu Maya, dan adik iparnya, Lila, berdiri di ambang pintu.Bukankah mereka baru akan tiba besok? Kenapa sekarang sudah datang?Bu Maya menatapnya dari ujung kepala hingga kaki dengan ekspresi jijik. “Astaga, Naira! Pagi-pagi masih pakai daster lusuh? Kamu ini istri direktur, bukan pembantu!”Naira menunduk, suaranya bergetar. "Aku sedang sakit, Bu…"Maya mendengus keras. "Sakit? Alasan basi! Lihat menantu Bu Rina, baru lahiran aja lan

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 3

    Keesokan paginya, suara langkah kaki tergesa-gesa membangunkan Naira dari tidur singkat di sofa. Tubuhnya masih terasa lemas, matanya berat, tetapi ia tak sempat bereaksi sebelum sesuatu yang dingin menghantam wajahnya.Byur!Air dingin menyiram tubuhnya, membuatnya tersentak dan terbatuk. Ia mengerjapkan mata dengan panik, tubuhnya menggigil lebih hebat. Di depannya, Bu Maya berdiri dengan wajah sinis, memegang ember kosong di tangannya."Astaga, lemah sekali. Baru demam sedikit sudah bertingkah seperti sekarat," cibir Bu Maya. "Aku capek lihat muka loyo kamu. Dasar pemalas, cuma tahu tidur saja."Naira terdiam, napasnya tersengal akibat kaget dan dingin yang menusuk. Air menetes dari rambutnya, membasahi bajunya yang sudah lusuh. Ia ingin marah, ingin menangis, ingin berteriak, tetapi apa gunanya?Reyhan yang hendak berangkat ke kantor hanya melirik sekilas ke arahnya. Alih-alih menunjukkan kepedulian, ia justru mendecakkan lidah dengan ekspresi jengkel. "Urus rumah yang benar, Nair

    Last Updated : 2025-01-18
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 4

    Seminggu setelah insiden perhiasan, luka di pipi Naira telah memudar, tetapi luka di hatinya tetap menganga. Sejak saat itu, Bu Maya dan Lila semakin memperlakukannya seperti pembantu, sementara Reyhan tetap dingin dan acuh. Ia sudah berhenti berharap. Tidak ada yang peduli padanya di rumah ini.Malam ini, rumah begitu sepi. Bu Maya, Lila, dan Reyhan menghadiri acara perusahaan di hotel mewah. Seperti biasa, Naira tidak diajak. Ia ditinggalkan sendirian tanpa sedikit pun perhatian.Awalnya, ia mencoba mengabaikan perasaan pedih itu dan mengisi waktunya dengan scroll sosial media. Namun, saat melihat unggahan foto-foto acara itu di media sosial, dunianya runtuh.Matanya membelalak saat melihat foto Reyhan berdiri berdampingan dengan seorang wanita cantik bergaun merah anggun, yaitu Raisa mantan pacar Reyhan yang sempurna dalam segala hal: kaya, berkelas, dan terpandang.Hatinya semakin hancur ketika membaca keterangan dalam salah satu unggahan bahwa Raisa kini adalah pemilik lini bisni

    Last Updated : 2025-02-04
  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 5

    Naira terbangun di sebuah kamar yang asing, namun terasa nyaman. Aroma lembut lavender menyelimuti ruangan, sementara cahaya matahari pagi menembus tirai tipis berwarna krem, menciptakan bayangan lembut di dinding.Ia berkedip beberapa kali, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ini. Seluruh tubuhnya terasa ringan, tetapi pikirannya dipenuhi pertanyaan.Lalu, sebuah bayangan muncul di benaknya. Hujan. Tubuhnya yang menggigil. Dan Arga. Hanya itu yang bisa diingatnya. Tatapan pria itu di bawah payung, lalu kehangatan jaket yang menyelimuti tubuhnya. Setelah itu, semuanya gelap.Kini, ia berada di tempat ini, di bawah selimut hangat dengan aroma teh chamomile yang samar-samar tercium dari meja di samping tempat tidur. Suara detak jam terdengar pelan, menambah kesan hening dalam ruangan yang elegan namun tidak berlebihan. Bagaimana ia bisa sampai di sini? Apa yang terjadi setelah ia kehilangan kesadaran?Pintu kamar tiba-tiba terbuka, membuat Naira tersentak. Sosok pria tinggi berjas

    Last Updated : 2025-02-18

Latest chapter

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 10

    Di dalam mobil yang melaju meninggalkan restoran, suasana tegang. Bu Maya duduk di kursi belakang, wajahnya merah padam. "Aku masih tidak percaya itu Naira! Bagaimana dia bisa menikahi bosmu, Rey?" geramnya.Lila menggigit bibir, shock. "Dia dulu hanya gadis bodoh yang bisa kita mainkan."Reyhan mengemudi dalam diam, rahangnya mengeras. Namun, tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan karena ia sendiri juga masih bingung dengan hal itu.Beberapa hari kemudian di kantor, suasana tegang. Reyhan, Raisa, dan karyawan lain bekerja ekstra keras. Kampanye fashion tinggal dua minggu lagi, tetapi konsep yang mereka susun enam bulan terakhir harus diubah total karena keputusan Naira dalam rapat pekan lalu.Naira, yang kini berpengaruh besar di perusahaan, menilai desain mereka terlalu eksklusif. Ia menginginkan perubahan desain yang tetap mewah, tetapi juga terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah.Bagi tim kreatif yang terbiasa melayani selera kelas atas, ini tantangan sulit. Mereka harus

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 9

    Beberapa hari kemudian, suasana berbeda terjadi. Bu Maya merayakan ulang tahunnya, dan Reyhan mengajaknya makan malam di restoran mewah, La Violeta, bersama Lila dan Raisa. Namun, ketika mereka tiba di sana, seorang pelayan menghadang mereka di pintu masuk."Maaf, Tuan, tapi restoran ini telah dipesan sepenuhnya oleh seseorang malam ini."Reyhan mengerutkan kening. "Siapa yang memesannya?"Pelayan itu tampak ragu sebelum menjawab, "Nyonya Muda Keluarga Wijaya."Suasana mendadak tegang. Bu Maya menghela napas tajam, ekspresinya berubah drastis. "Nyonya Muda Keluarga Wijaya? Memang siapa orang itu?"Pelayan itu hendak menjelaskan lebih lanjut, tetapi Reyhan lebih dulu menjawab dengan nada datar, “Dia istri Pak Arga, pemilik perusahaan fashion Wijaya tempatku bekerja bu.”"Bukankah bagus kalau yang di dalam itu istri bosmu, Rey?" kata Bu Maya setelah berpikir sejenak. "Kita bisa menyapa sebentar, siapa tahu dia bisa memberikan kita satu meja. Ibu sangat ingin makan di sini malam ini. Re

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 8

    Setelah resepsi pernikahan yang penuh ketegangan itu berakhir, Arga membawa Naira keluar dari aula, menuju kamar pengantin mereka di hotel tempat acara berlangsung. Begitu pintu tertutup, Naira menghela napas panjang, menatap cermin besar di depannya. Wajahnya masih terlukis dengan senyum kemenangan, tapi di balik itu, ada sorot mata penuh rencana.Arga yang sejak tadi memperhatikan Naira mendekat, membuka dasinya perlahan. "Kau menikmati kejadian tadi, bukan?"Naira berbalik, menatap suaminya yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya. "Menikmati apa?"Arga menyeringai kecil, menatapnya dalam. "Melihat Reyhan dan Raisa terbakar amarah. Aku bisa merasakan tatapan mereka menembus punggungmu sepanjang malam."Naira tertawa kecil, lalu melepas antingnya. "Itu bonus. Aku hanya memastikan mereka tahu tempat mereka sekarang."Arga mendekat lebih jauh, satu tangannya menyentuh dagu Naira, mengangkatnya sedikit. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, Naira?Mata Naira bersinar penuh tekad.

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 7

    Naira menatap cincin di tangannya, jemarinya sedikit gemetar. Arga melamarnya bukan sekadar basa-basi atau sekadar janji kosong. Pria itu serius. Tanpa banyak berpikir lagi, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil."Baiklah, Arga. Aku menerimanya."Arga mengangguk, tak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang terlihat lebih lembut dari biasanya. "Baik. Aku akan mengatur semuanya."Beberapa hari kemudian, Naira duduk di dalam mobil Arga, memandangi jalanan yang semakin jauh dari kehidupannya yang dulu. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya yang tak menentu. Ini bukan hanya tentang pernikahan ini tentang memulai kembali sesuatu yang baru.Mobil berhenti di depan sebuah rumah megah dengan arsitektur klasik yang memancarkan kesan elegan. Pilar-pilar tinggi dan taman luas menyambut mereka, menandakan kebangsawanan keluarga ini yang tak bisa disangkal. Naira merasa perutnya sedikit bergejolak. Ia tak pernah membayangkan akan be

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 6

    Tiga minggu semenjak Naira tinggal di rumah Arga, hubungan mereka semakin baik. Naira mulai merasa nyaman di lingkungan baru yang jauh lebih hangat dibandingkan rumah mantan suaminya.Arga, meskipun tetap dingin dan pendiam, perlahan menunjukkan perhatian kecil yang membuat Naira merasa dihargai.Setiap pagi, Arga memastikan Naira sarapan sebelum ia berangkat kerja, meski hanya dengan ucapan singkat seperti, "Jangan lupa makan." Jika ia pulang lebih awal, ia akan menemaninya makan malam, meskipun kebanyakan waktu mereka dihabiskan dalam keheningan.Namun, bagi Naira, keheningan itu lebih berarti daripada ejekan dan hinaan yang dulu ia terima.Suatu sore, ketika Naira sedang membantu Mbak Hanum di dapur, Arga tiba-tiba muncul di ambang pintu. "Kau ada waktu sebentar?" tanyanya singkat, tanpa basa-basi.Naira mengangguk, mengusap tangannya yang sedikit basah sebelum mengikuti Arga ke taman belakang. Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa aroma bunga melati yang sedang mekar.Arga dud

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 5

    Naira terbangun di sebuah kamar yang asing, namun terasa nyaman. Aroma lembut lavender menyelimuti ruangan, sementara cahaya matahari pagi menembus tirai tipis berwarna krem, menciptakan bayangan lembut di dinding.Ia berkedip beberapa kali, mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ini. Seluruh tubuhnya terasa ringan, tetapi pikirannya dipenuhi pertanyaan.Lalu, sebuah bayangan muncul di benaknya. Hujan. Tubuhnya yang menggigil. Dan Arga. Hanya itu yang bisa diingatnya. Tatapan pria itu di bawah payung, lalu kehangatan jaket yang menyelimuti tubuhnya. Setelah itu, semuanya gelap.Kini, ia berada di tempat ini, di bawah selimut hangat dengan aroma teh chamomile yang samar-samar tercium dari meja di samping tempat tidur. Suara detak jam terdengar pelan, menambah kesan hening dalam ruangan yang elegan namun tidak berlebihan. Bagaimana ia bisa sampai di sini? Apa yang terjadi setelah ia kehilangan kesadaran?Pintu kamar tiba-tiba terbuka, membuat Naira tersentak. Sosok pria tinggi berjas

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 4

    Seminggu setelah insiden perhiasan, luka di pipi Naira telah memudar, tetapi luka di hatinya tetap menganga. Sejak saat itu, Bu Maya dan Lila semakin memperlakukannya seperti pembantu, sementara Reyhan tetap dingin dan acuh. Ia sudah berhenti berharap. Tidak ada yang peduli padanya di rumah ini.Malam ini, rumah begitu sepi. Bu Maya, Lila, dan Reyhan menghadiri acara perusahaan di hotel mewah. Seperti biasa, Naira tidak diajak. Ia ditinggalkan sendirian tanpa sedikit pun perhatian.Awalnya, ia mencoba mengabaikan perasaan pedih itu dan mengisi waktunya dengan scroll sosial media. Namun, saat melihat unggahan foto-foto acara itu di media sosial, dunianya runtuh.Matanya membelalak saat melihat foto Reyhan berdiri berdampingan dengan seorang wanita cantik bergaun merah anggun, yaitu Raisa mantan pacar Reyhan yang sempurna dalam segala hal: kaya, berkelas, dan terpandang.Hatinya semakin hancur ketika membaca keterangan dalam salah satu unggahan bahwa Raisa kini adalah pemilik lini bisni

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 3

    Keesokan paginya, suara langkah kaki tergesa-gesa membangunkan Naira dari tidur singkat di sofa. Tubuhnya masih terasa lemas, matanya berat, tetapi ia tak sempat bereaksi sebelum sesuatu yang dingin menghantam wajahnya.Byur!Air dingin menyiram tubuhnya, membuatnya tersentak dan terbatuk. Ia mengerjapkan mata dengan panik, tubuhnya menggigil lebih hebat. Di depannya, Bu Maya berdiri dengan wajah sinis, memegang ember kosong di tangannya."Astaga, lemah sekali. Baru demam sedikit sudah bertingkah seperti sekarat," cibir Bu Maya. "Aku capek lihat muka loyo kamu. Dasar pemalas, cuma tahu tidur saja."Naira terdiam, napasnya tersengal akibat kaget dan dingin yang menusuk. Air menetes dari rambutnya, membasahi bajunya yang sudah lusuh. Ia ingin marah, ingin menangis, ingin berteriak, tetapi apa gunanya?Reyhan yang hendak berangkat ke kantor hanya melirik sekilas ke arahnya. Alih-alih menunjukkan kepedulian, ia justru mendecakkan lidah dengan ekspresi jengkel. "Urus rumah yang benar, Nair

  • Dibuang Suami, Dipinang CEO   Bab 2

    Naira menatap punggung Reyhan yang pergi tanpa menoleh. Dulu, ia selalu berpamitan dengan mencium keningnya. Sekarang? Bahkan sekadar ucapan "hati-hati" pun tak ada.Dari balik jendela, ia melihat Reyhan masuk mobil dan melaju pergi seolah tak ada seorang pun yang ia tinggalkan di rumah ini. Naira terduduk di ranjang, tubuhnya panas, kepalanya berdenyut. Tangannya menutupi wajah, menahan air mata yang hendak tumpah.Namun, suara bel rumah berbunyi nyaring, berkali-kali. Naira terpaksa bangkit dan berjalan tertatih ke pintu. Saat membukanya, ibu mertuanya, Bu Maya, dan adik iparnya, Lila, berdiri di ambang pintu.Bukankah mereka baru akan tiba besok? Kenapa sekarang sudah datang?Bu Maya menatapnya dari ujung kepala hingga kaki dengan ekspresi jijik. “Astaga, Naira! Pagi-pagi masih pakai daster lusuh? Kamu ini istri direktur, bukan pembantu!”Naira menunduk, suaranya bergetar. "Aku sedang sakit, Bu…"Maya mendengus keras. "Sakit? Alasan basi! Lihat menantu Bu Rina, baru lahiran aja lan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status