Share

Bab 1

Ayah Lucia bangkit dan berdiri, dia mendekati Lucia yang emosinya sudah memuncak. Tangan ayah Lucia memengangi pundak anak nya itu, mungkin berniat ingin berusaha menenangkan dia lebih dulu.

"Lucia, dengarkan ayah dulu" Ayah Lucia berucap dengan nada sangat halus.

"Apa ini ayah? Apa yang aku dengar tadi? Ayah ingin menjual aku? Ayah ingin menjual anak kandung ayah sendiri? Apakah ayah waras??!?!" Lucia sudah tidak bisa membendung amarahnya lagi.

Laki laki yang ingin membeli Lucia, hanya terduduk santai, dengan kaki diangkat satu. Menyaksikan pertikaian yang terjadi di depan matanya. Dia memperhatikan dengan tatapan datar.

"Yang kamu dengar memang tidaklah salah Lucia, mulai hari ini kamu akan ikut dengan tuan Mahardika Darmawangsa, orang yang sudah membeli kamu. Setelah ini kamu akan tinggal bersama nya di rumah tuan Mahardika, kamu tenang saja, setelah ini juga kehidupan akan enak" Ucap Ayah Lucia yang memberikan penjelasan terhadap sang anak. Lucia menggeleng kuat. Dia tidak menyangka akal sang ayah seperti tidak mempunyai kewarasan sama sekali.

Bagaimana bisa, seorang ayah dengan tega menjual anak kandung nya sendiri kepada orang yang sama sekali tidak dia kenali.

"Apa maksud ayah? Dimana akal sehat ayah?!?! gampang ya ayah, ayah bilang secara enteng seperti itu? Aku ini anak ayah! anak kandung ayah sendiri dari rahim istri sah ayah yang pertama!!!" Nada bicara Lucia meledak ledak, dia tidak perduli dia bicara dengan siapa saat ini.

"Ayah dan ibu kamu sudah menjual kamu kepada saya, jadi mulai hari ini saya akan membawa kamu dan kamu akan tinggal bersama dengan saya, Lucia" Laki laki yang sedari tadi berdiam, menyela ikut bicara.

"Sudahlah Lucia, kamu tidak perlu khawatir. Kamu akan hidup enak setelah ini. Lagipula uang dari hasil penjualan kamu kepada tuan Mahardika ini juga untuk menebus uang perusahaan, ya anggap saja dengan uang ini kamu sudah tidak perlu lagi mengganti uang perusahaan" Timpal Ibu tiri Lucia begitu enteng nya.

Lucia membulatkan kedua matanya dengan sempurna lagi, jalan pemikiran orang tuanya ini kemana? Apalagi ucapan ibu tirinya begitu teramat ringan seperti kapas.

"Aku ini anak kalian sendiri! Aku ini manusia bukan barang yang bisa diperjualbelikan dengan gampangnya!" Tak henti hentinya Lucia menggunakan nada tinggi untuk bicara.

Laki laki bername tag Mahardika yang hendak membawa Lucia pergi itu berdiri dari tempat duduknya. Melihat ke arah jam tangan yang ia kenakan, lalu merogoh kacamata hitam dari saku celananya. Dipakainya kacamata tersebut, setelahnya dia berucap.

"Saya tidak punya banyak waktu, segera kemasi semua barang Lucia, dan masukkan ke dalam bagasi mobil, Ayo Lucia" Mahardika mengandeng tangan Lucia agar segera ikut, Lucia tentu saja memberontak!

"Enggak! saya nggak mau ikut! lepaskan! saya tidak kenal dengan anda! lepaskan saya tidak ingin ikut!" Meskipun Lucia sudah memberontak, Mahardika tak menghiraukan. Dia menyeret Lucia agar mau ikut dengannya, kemudian secara kasar memasukkan Lucia ke dalam mobil dan mengunci pintu mobil dari luar.

Terus terusan Lucia berteriak di dalam mobil, akan tetapi tidak didengar oleh siapapun. Mahardika menunggu di teras rumah Lucia, menunggu semua barang Lucia diangkut ke bagasi mobil.

Ibu tiri Lucia mengambil serta mengemasi barang barang Lucia sesuai perintah Mahardika tadi. Ayah Lucia sendiri terduduk di kursi, menikmati cek yang barusan di dapat. Dikala selesai membereskan semua barang milik Lucia, dia memasukkannya ke dalam bagasi, setelah itu laporan pada Mahardika lagi.

"Semua pakaiannya sudah ada di dalam bagasi mobil tuan Mahardika, anda bisa membawa Lucia pergi sekarang" Lapor Ibu tiri Lucia. Mahardika menggaguk. Tanpa berlama lama, Dia masuk ke dalam mobil.

Ayah Lucia keluar rumah, melihat dari teras bersama dengan istri nya kala anak nya tersebut sudah di beli oleh seseorang. Orang yang dikenal kaya akan harta. Yang telah memberikan nya sejumlah uang. Dari kaca pintu mobil, Lucia berteriak ke arah luar. Pintu mobil dibuka oleh Mahardika.

"Orang tua seperti apa kalian ini? selama ini aku sudah menuruti kalian semenjak perusahaan bangkrut, aku sudah melakukan semua yang kalian berdua suruh, kalian sudah menjadikan ku pembantu di rumah aku menurut, kalian memperlakukan ku semau kalian aku tidak pernah membalas, kalian memcaci makiku dan mengatakan aku adalah beban dalam hidup kalian aku terima tapi sekarang apa yang kalian lakukan? kalian ingin menjual ku, menjual anak kalian sendiri? orang tua seperti apa kalian ini?" Lucia berteriak-teriak dari balik pintu mobil, menghadap kedua orang tuanya.

"Dasar kalian orang tua tidak punya otak! tidak mempunyai hati nurani sama sekali!" Lanjut Lucia memaki dengan lantang. Suara Lucia bisa didengar oleh kedua orang tuanya itu yang berdiri di ambang pintu rumah. Mereka tidak memperdulikan ucapan Lucia, yang penting mereka berdua mendapatkan uang, bahkan mereka berdua melambaikan tangan ke arah Lucia.

Duduk di dalam mobil sebelah Mahardika yang sedang menyetir, Lucia menangis sesenggukan. Seakan mimpi, takdir apa yang dia terima saat ini?

"Tolong lepaskan saya, biarkan saya pergi" Menangis seraya memohon kepada Mahardika, hanya itu yang bisa dilakukannya.

"Melepaskanmu setelah saya memberikan sejumlah uang kepada orang tua kamu? apakah kamu pikir saya sudah tidak waras?" Tanpa menoleh ke arah Lucia, Mahardika menjawab sambil fokus menyetir.

"Tolong lepaskan saya, saya mohon. Saya akan mengembalikan semua uang anda tapi tolong lepaskan saya" Lucia semakin terisak, ia meminta agar dia dilepaskan.

"Nominal nya sekitar 999M, apakah kamu yakin bisa menggantinya?" Tanya Mahardika.

"Saya akan berusaha, saya akan berusaha untuk menggantikan tetapi tolong lepaskan saya" Lucia terus saja memohon. Meski dia tak yakin bisa menggantikan sejumlah uang yang diucapkan oleh Mahardika.

"Tenanglah Lucia, kamu tidak perlu takut seperti itu. Setelah ini saya bisa jamin kehidupan kamu akan jauh lebih baik daripada sebelumnya bersama saya" jawab Mahardika Darmawangsa dengan senyuman smirk. Lucia mendengar, ia menatap ke arah Mahardika. Kali ini Lucia hanya bisa diam tidak menjawab, dia pasrah.

Beberapa menit, kini Mahardika bersama dengan Lucia sudah sampai di tempat. Tepatnya kediaman Mahardika sendiri, Ya. Mahardika membawa Lucia ke rumahnya ke sebuah mension bernuansa Eropa dengan empat tingkatan dan berlapis emas. Dapat dibayangkan seberapa kaya laki laki tersebut.

"Turunlah Lucia, kita sudah sampai" Lucia turun sesuai perintah, ia mengedarkan pandangannya saat menuruni mobil.

Lucia menuruni mobil, dan ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling mension tersebut, setelah Lucia turun, Mahardika juga ikut turun dari mobil.

"I-ni, tempat siapa tuan?" Tanya Lucia seperti orang kebinggungan.

"Ini adalah rumah saya, mulai sekarang kamu akan tinggal di mension yang berdiri kokoh tepat di depan mata kamu ini" Balas Mahardika singkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status