Ayah Lucia bangkit dan berdiri, dia mendekati Lucia yang emosinya sudah memuncak. Tangan ayah Lucia memengangi pundak anak nya itu, mungkin berniat ingin berusaha menenangkan dia lebih dulu.
"Lucia, dengarkan ayah dulu" Ayah Lucia berucap dengan nada sangat halus. "Apa ini ayah? Apa yang aku dengar tadi? Ayah ingin menjual aku? Ayah ingin menjual anak kandung ayah sendiri? Apakah ayah waras??!?!" Lucia sudah tidak bisa membendung amarahnya lagi. Laki laki yang ingin membeli Lucia, hanya terduduk santai, dengan kaki diangkat satu. Menyaksikan pertikaian yang terjadi di depan matanya. Dia memperhatikan dengan tatapan datar. "Yang kamu dengar memang tidaklah salah Lucia, mulai hari ini kamu akan ikut dengan tuan Mahardika Darmawangsa, orang yang sudah membeli kamu. Setelah ini kamu akan tinggal bersama nya di rumah tuan Mahardika, kamu tenang saja, setelah ini juga kehidupan akan enak" Ucap Ayah Lucia yang memberikan penjelasan terhadap sang anak. Lucia menggeleng kuat. Dia tidak menyangka akal sang ayah seperti tidak mempunyai kewarasan sama sekali. Bagaimana bisa, seorang ayah dengan tega menjual anak kandung nya sendiri kepada orang yang sama sekali tidak dia kenali. "Apa maksud ayah? Dimana akal sehat ayah?!?! gampang ya ayah, ayah bilang secara enteng seperti itu? Aku ini anak ayah! anak kandung ayah sendiri dari rahim istri sah ayah yang pertama!!!" Nada bicara Lucia meledak ledak, dia tidak perduli dia bicara dengan siapa saat ini. "Ayah dan ibu kamu sudah menjual kamu kepada saya, jadi mulai hari ini saya akan membawa kamu dan kamu akan tinggal bersama dengan saya, Lucia" Laki laki yang sedari tadi berdiam, menyela ikut bicara. "Sudahlah Lucia, kamu tidak perlu khawatir. Kamu akan hidup enak setelah ini. Lagipula uang dari hasil penjualan kamu kepada tuan Mahardika ini juga untuk menebus uang perusahaan, ya anggap saja dengan uang ini kamu sudah tidak perlu lagi mengganti uang perusahaan" Timpal Ibu tiri Lucia begitu enteng nya. Lucia membulatkan kedua matanya dengan sempurna lagi, jalan pemikiran orang tuanya ini kemana? Apalagi ucapan ibu tirinya begitu teramat ringan seperti kapas. "Aku ini anak kalian sendiri! Aku ini manusia bukan barang yang bisa diperjualbelikan dengan gampangnya!" Tak henti hentinya Lucia menggunakan nada tinggi untuk bicara. Laki laki bername tag Mahardika yang hendak membawa Lucia pergi itu berdiri dari tempat duduknya. Melihat ke arah jam tangan yang ia kenakan, lalu merogoh kacamata hitam dari saku celananya. Dipakainya kacamata tersebut, setelahnya dia berucap. "Saya tidak punya banyak waktu, segera kemasi semua barang Lucia, dan masukkan ke dalam bagasi mobil, Ayo Lucia" Mahardika mengandeng tangan Lucia agar segera ikut, Lucia tentu saja memberontak! "Enggak! saya nggak mau ikut! lepaskan! saya tidak kenal dengan anda! lepaskan saya tidak ingin ikut!" Meskipun Lucia sudah memberontak, Mahardika tak menghiraukan. Dia menyeret Lucia agar mau ikut dengannya, kemudian secara kasar memasukkan Lucia ke dalam mobil dan mengunci pintu mobil dari luar. Terus terusan Lucia berteriak di dalam mobil, akan tetapi tidak didengar oleh siapapun. Mahardika menunggu di teras rumah Lucia, menunggu semua barang Lucia diangkut ke bagasi mobil. Ibu tiri Lucia mengambil serta mengemasi barang barang Lucia sesuai perintah Mahardika tadi. Ayah Lucia sendiri terduduk di kursi, menikmati cek yang barusan di dapat. Dikala selesai membereskan semua barang milik Lucia, dia memasukkannya ke dalam bagasi, setelah itu laporan pada Mahardika lagi. "Semua pakaiannya sudah ada di dalam bagasi mobil tuan Mahardika, anda bisa membawa Lucia pergi sekarang" Lapor Ibu tiri Lucia. Mahardika menggaguk. Tanpa berlama lama, Dia masuk ke dalam mobil. Ayah Lucia keluar rumah, melihat dari teras bersama dengan istri nya kala anak nya tersebut sudah di beli oleh seseorang. Orang yang dikenal kaya akan harta. Yang telah memberikan nya sejumlah uang. Dari kaca pintu mobil, Lucia berteriak ke arah luar. Pintu mobil dibuka oleh Mahardika. "Orang tua seperti apa kalian ini? selama ini aku sudah menuruti kalian semenjak perusahaan bangkrut, aku sudah melakukan semua yang kalian berdua suruh, kalian sudah menjadikan ku pembantu di rumah aku menurut, kalian memperlakukan ku semau kalian aku tidak pernah membalas, kalian memcaci makiku dan mengatakan aku adalah beban dalam hidup kalian aku terima tapi sekarang apa yang kalian lakukan? kalian ingin menjual ku, menjual anak kalian sendiri? orang tua seperti apa kalian ini?" Lucia berteriak-teriak dari balik pintu mobil, menghadap kedua orang tuanya. "Dasar kalian orang tua tidak punya otak! tidak mempunyai hati nurani sama sekali!" Lanjut Lucia memaki dengan lantang. Suara Lucia bisa didengar oleh kedua orang tuanya itu yang berdiri di ambang pintu rumah. Mereka tidak memperdulikan ucapan Lucia, yang penting mereka berdua mendapatkan uang, bahkan mereka berdua melambaikan tangan ke arah Lucia. Duduk di dalam mobil sebelah Mahardika yang sedang menyetir, Lucia menangis sesenggukan. Seakan mimpi, takdir apa yang dia terima saat ini? "Tolong lepaskan saya, biarkan saya pergi" Menangis seraya memohon kepada Mahardika, hanya itu yang bisa dilakukannya. "Melepaskanmu setelah saya memberikan sejumlah uang kepada orang tua kamu? apakah kamu pikir saya sudah tidak waras?" Tanpa menoleh ke arah Lucia, Mahardika menjawab sambil fokus menyetir. "Tolong lepaskan saya, saya mohon. Saya akan mengembalikan semua uang anda tapi tolong lepaskan saya" Lucia semakin terisak, ia meminta agar dia dilepaskan. "Nominal nya sekitar 999M, apakah kamu yakin bisa menggantinya?" Tanya Mahardika. "Saya akan berusaha, saya akan berusaha untuk menggantikan tetapi tolong lepaskan saya" Lucia terus saja memohon. Meski dia tak yakin bisa menggantikan sejumlah uang yang diucapkan oleh Mahardika. "Tenanglah Lucia, kamu tidak perlu takut seperti itu. Setelah ini saya bisa jamin kehidupan kamu akan jauh lebih baik daripada sebelumnya bersama saya" jawab Mahardika Darmawangsa dengan senyuman smirk. Lucia mendengar, ia menatap ke arah Mahardika. Kali ini Lucia hanya bisa diam tidak menjawab, dia pasrah. Beberapa menit, kini Mahardika bersama dengan Lucia sudah sampai di tempat. Tepatnya kediaman Mahardika sendiri, Ya. Mahardika membawa Lucia ke rumahnya ke sebuah mension bernuansa Eropa dengan empat tingkatan dan berlapis emas. Dapat dibayangkan seberapa kaya laki laki tersebut. "Turunlah Lucia, kita sudah sampai" Lucia turun sesuai perintah, ia mengedarkan pandangannya saat menuruni mobil. Lucia menuruni mobil, dan ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling mension tersebut, setelah Lucia turun, Mahardika juga ikut turun dari mobil. "I-ni, tempat siapa tuan?" Tanya Lucia seperti orang kebinggungan. "Ini adalah rumah saya, mulai sekarang kamu akan tinggal di mension yang berdiri kokoh tepat di depan mata kamu ini" Balas Mahardika singkat."Rumah tuan?" Seakan tidak percaya, Lucia memastikannya lagi."Sudahlah jangan banyak bertanya, ayo masuk. aku akan menyuruh maid agar mengambil kopermu dalam bagasi mobil" Mahardika menggandeng tangan Lucia lagi. Mengajak gadis polos tersebut masuk ke dalam rumah Mension miliknya.Lucia mengikuti Mahardika dari belakang, ia membuntuti laki laki itu. Mahardika mengajak Lucia masuk. Kedatangan mereka berdua ternyata sudah disambut oleh dua orang penjaga pintu."Silahkan masuk tuan muda" Salah satu dari penjaga membukakan pintu, mempersilahkan keduanya untuk masuk ke dalam. "Ambil koper dalam bagasi mobil dan bawa ke dalam kamar khusus yang berada di antai dua" Mahardika menyuruh salah satu dari kedua penjaga yang langsung di patuhi.Lucia tidak tau mereka siapa? Kenapa mereka berdua patuh terhadap Mahardika? Tetapi terlihat dari pakaian keduanya, pakaian seperti bodyguard yang ada difilm film. Masuklah Mahardika dan Lucia ke dalam rumah. Tepatnya ruang awal adalah ruang tamu.Tepat d
Lucia benar benar dibuat pusing karena memikirkan. Sisi lain dia yakin bahwa nantinya dia pasti juga akan mengetahui mengenai apa yang ia alami sekarang. Sejenak Lucia akhirnya dapat merebahkan diri di kasur dan tidur, Dia terbangun saat hari menjelang sore hari. "Jam berapa ini?'' Dengan mata sayu, Lucia melirik kearah jam dinding. "Udah sore, lebih baik aku mandi dulu aja deh" Lucia bergumam lalu merangkak bangun dari ranjang tempat tidur. Sebelum mandi, ia mengeluarkan semua pakaian yang berada di dalam koper lalu menaruh dan menatanya di dalam almari pakaian yang sudah tersedia. Setelah selesai, Lucia mengambil handuk dan dia mandi. Ia melihat kamar mandi yang ia masuki juga tak kalah luas rupanya dengan kamar. Di kamar mandi itu juga banyak barang barang yang sangat lengkap, mulai dari bathtub kamar mandi dan juga shower bahkan closet sekalipun. "Keluarga tuan Mahardika Darmawangsa sepertinya memang sangat kaya" Lucia terkagum kagum. Langsung saja Lucia bersiap mandi berenda
"Sudahlah Lucia, tidak perlu berfikir keras. Lebih baik kamu ambil pakaian yang berada dalam laci, dalam laci ada beberapa pakaian tidur. Sementara waktu pakailah. Besok selesai akad saya akan mengajak kamu membeli beberapa pakaian yang bisa kamu kenakan" Ucap Mahardika lagi.Lucia menarik nafas panjang, kemudian berjalan ke arah laci untuk melihat apakah benar ada pakaian atau tidak, ternyata saat ia membukanya memang benar ada beberapa pakaian tidur yang lebih bagus dari pakaian nya yang ia bawa dari rumah, meskipun hanya pakaian tidur. Mahardika keluar kamar, dan Lucia berganti pakaian, tak lupa juga ia menutup pintu kamar dengan menguncinya, agar tidak ada orang yang masuk lagi. Selesai berganti, anak buah Mahardika mengetuk pintu kamar. Dia kembali untuk mengurus pakaian yang dia bawa. "Nona, apakah nona sudah selesai berganti? jika sudah saya izin masuk untuk mengambil pakaian nona" Ucap anak buah Mahardika itu dibarengi dengan mengetuk pintu kamar. Lucia yang mendengar nya pu
Makanan yang dimakan Lucia kini sudah habis tanpa sisa. Gadis tersebut benar-benar menikmati makanan yang telah disediakan. Dia berfikir untuk keluar kamar, membawa piring bekas makannya ke dapur. "Lebih baik aku bawa dulu deh piringnya ke dapur" Lucia berucap sembari bangkit dari duduknya lalu dia pergi keluar kamar. Langkah Lucia terhenti, kala dia ingin menuruni tangga. Baru saja teringat olehnya bahwa dia belum mengetahui dimana letak dapurnya? Rumah sebesar itu sudah pasti banyak ruangan. "Duh, aku kan nggak tau dimana letak dapurnya, apa sebaiknya aku tanya saja ya sama maid disini?" Lucia baru tersadar, kemudian mengambil keputusan lebih baik bertanya saja pada maid di bawah tangga. Ada maid yang sedang membersihkan lantai dibawah tangga sana.Baru saja akan melangkah, maid yang berada dibawah tangga tersebut, menghampiri Lucia."Eh, nona ingin kemana? Membawa piring segala?" Maid tersebut menanyai Lucia."Em, ini bi. Saya tadi habis makan dan saya ingin menaruh piring bekas
Lucia terbangun dengan mata yang masih amat sayu kala dia dibangunkan oleh maid tersebut."Iya bi sebentar saya bangun" balas Lucia pada maid kemudian ia membukakan pintu kamar. Dari luar ambang pintu kamar ternyata sudah ada maid berdiri di sana."Non Lucia, maaf saya sudah membangunkan nona. Saya hanya ingin mengingatkan non Lucia jika bahwa hari ini adalah hari H acara resepsi pernikahan nona Lucia dengan tuan Mahardika, alangkah baiknya non Lucia segera bersiap diri. untuk gaun pengantin sudah disiapkan di ruang dandan oleh para owner" Maid itu memberitahu Lucia. Lucia mengangguk pertanda ia mengerti. Sebenarnya sebelum ia benar benar menjadi istri sah dari Mahardika, ia ingin bertanya lebih dulu kepadanya. Apa benar, dia akan dijadikan sebagai istri kedua? Jika iya dia juga belum mengenal istri pertama dari Mahardika sendiri. Sekarang hanya dalam hitungan beberapa jam saja, dan Lucia harus sudah bersiap menjadi pengantin. Harus apa dia saat ini? "Apa aku sebaiknya bertemu den
Lucia tersenyum tipis lalu dia mengganguk menanggapinya."baiklah kalau begitu, istirahat lah karena besok adalah hari yang sangat penting untuk kita berdua" ucap Mahardika kemudian ia pergi meninggalkan LuciaKarena dirasa masalah sudah selesai dan tidak ada yang perlu dicemaskan lagi, Lucia memilih untuk tertidur. Saat hari sudah menjelang pagi, Lucia terbangun dan terdengar dari balik pintu kamarnya seperti ada yang mengetuk dan memanggil nya. Dengan setengah mata yang masih sayu khas orang bangun tidur, Lucia berjalan menuju pintu lalu ia membukanya.Ternyata yang mengetuk pintu dan memanggil nya adalah maid."nona Lucia baru bangun tidur ya? maaf saya mengganggu nona, tetapi hari ini adalah hari yang sangat penting untuk nona Lucia, jadi nona harus segera bersiap" ucap maid itu kepada nya, Lucia hanya mengganguk mengiyakan. Ia rasanya masih mengantuk"iya saya akan bersiap" balas Lucia"biar owner saja yang menyiapkan nona Lucia, karena mereka sudah datang, nona Lucia hanya perl
"Apa yang kamu lihat Lucia?" Celetuk Mahardika yang tiba tiba sudah berdiri disamping Lucia. Lucia menoleh ke arahnya."Konsep pernikahan nya tuan" jawab Lucia"Ada apa dengan konsep pernikahan nya? kamu menyukainya?" Tanya Mahardika"Sangat tuan, terlihat sangat indah dan sempurna. aku tidak pernah membayangkan sebelum nya jika pernikahan ku akan seperti ini" Lucia benar benar begitu kagum"Setengah jam lagi, acara pernikahan nya akan dimulai, sebelum itu aku akan memperkenalkan mu kepada para tamu Lucia, ayo" Mahardika mengulurkan tangannya kepada Lucia untuk mengandeng nyaDengan ragu Lucia menerima uluran tangan dari Mahardika tersebut, dan menemui para tamu. Mahardika memperkenalkan dirinya kepada salah satu tamu yang merupakan kerabat dekat calon suami nya itu."Tuan yohanes, perkenalkan. dia adalah calon istri kedua saya, bagaimana menurut anda" ucap Mahardika memperkenalkan Lucia"Sepertinya anda tidak salah pilih tuan Mahardika, calon istrimu sangat lah cantik layaknya seper
"Arra" sentak Zavia"Cukup Zavia, kembali lah ke dalam kamarmu. jangan membuat ku malu di hadapan banyak tamu" ucap Mahardika kepada istri pertama nya itu"Tapi Dika, adikmu dulu yang mulai" bantah Zavia"Aku bilang kembali ke kamar mu Zavia" perintah Mahardika. Mau tidak mau akhirnya Zavia terpaksa menurut dan ia langsung masuk ke dalam kamar nya dengan perasaan kesal. Adik nya yang memancing tetapi bisa bisanya dia beralibi jika dia yang salah.Memang, selama ini Arra tidak menyukai Zavia. Karena dulu pernikahan kakak dan kakak ipar pertama nya itu hanyalah kontroversi belaka yang di latar belakangi oleh keorganisasian mafia. Keluarga Mahardika merupakan keluarga yang sebenarnya menyimpan banyak sekali cerita.Flash back onMahardika Darmawangsa, atau sering kali di panggil dengan nama Dika di kalangan tertentu, yaitu salah satunya dikalangan organisasi mafia. Mahardika merupakan anak pertama dari pimpinan mafia yang dikenal kejam oleh dunia. Nama ayah Mahardika sudah menggelegar di