Pakkkk
Tamparan cukup keras berhasil mendarat di pipi mulus seorang gadis cantik berusia 23 tahun bernama lengkap Qierra Luciana Arrovencia, atau kerap dipanggil dengan nama Lucia. Tamparan tersebut dilayangkan oleh sang ayah kepada Lucia bukan tanpa sebab. Problem nya karena Lucia terus terusan dirumah, usia 23 yang sudah seharusnya berusia matang untuk bekerja, Lucia malah berdiam diri di rumah. "Anak tidak tahu diri, bisanya hanya rebahan saja di rumah, keluar sana cari kerja!!!" Terdiam dan hanya bisa terpaku ditempat dengan tatapan kosong. Telinga Lucia rasanya sudah begitu panas mendengar suara dari ayahnya yang hampir setiap hari terus saja memarahi dia tanpa henti layaknya seorang anak kecil. Bukan tanpa alasan Lucia tidak ingin bekerja, ia sudah kesana kemari berjuang mencari pekerjaan namun tidak ada PT manapun yang mau menerimanya. "Jika ayah sedang menuturimu seperti ini, jawab dan dengarkan ayah Lucia. bukan malah berdiam seperti ini bagaikan patung, sebenarnya kamu mendengarkan ayah atau tidak hah!" Ayah Lucia. "Dia mungkin tidak punya telinga ayah" Ibu Lucia mendadak menyela ditengah pertikaian anak dan ayah itu. Dia berjalan dari arah dapur kemudian mendekati mereka berdua. "Apakah sudah cukup kalian berucap? jika sudah aku akan pergi" Malas rasanya Lucia memberikan jawaban. Tetapi dia lanjut berucap. "Kalian berdua selama ini hanya bisa menyuruh ku untuk bekerja dan bekerja, tanpa kalian sadari aku sendiri selama ini sudah mencari pekerjaan kesana kemari tapi tidak ada yang mau menerima ku dengan satu alasan karena pendidikan ku rendah, apa kalian berdua tahu hah, kalian cuma melihat ku ketika aku sedang merebahkan diri karena aku sudah lelah. kalian hanya bisa membentak ku dan menyuruh ku tanpa henti, kalian tidak pernah berfikir apalagi memperhatikan ku sedikit pun" Lucia melanjutkan ucapannya dengan nada sedikit tinggi. "Membantah dan membantah, hanya itu yang kamu bisa lakukan Lucia, benar benar anak yang sama sekali tidak berguna, sia sia kami berdua membesarkan mu jika pada akhirnya sikapmu seperti ini kepada kami" Ucap ibu tiri Lucia menjawab. Yups, benar sekali. Lucia saat ini tinggal dengan ayah kandung dan sosok ibu tiri. Ibu kandung Lucia sudah meninggal sejak lama karena kecelakaan. Ayahnya menikah lagi dengan janda mandul tidak memiliki seorang anak. "Sekarang kalian berdua menyalahkan sikapku, sikapku seperti ini karena kalian berdua. apa kalian mengerti?" Balas Lucia terhadap sang ibu. "Cukup Lucia cukup, pergi dari hadapan ayah sebelum aku bertindak kasar kepadamu, pergi!!!" Kini ayah Lucia yang balik membentak. Tanpa sepatah kata lagi Lucia langsung pergi dari hadapan kedua orang tuanya begitu saja. Lucia merupakan anak yang malang, selama ini dia tidak pernah mendapat kan kasih sayang dari kedua kedua orang tuanya. Setiap hari Lucia hanya mendapat kan perlakuan yang tidak seharusnya dia dapatkan dari kedua orang tuanya itu. Disaat Lucia menginjak usia remaja lalu, sikap orang tua Lucia benar benar berubah sembilan puluh derajat kepadanya semenjak bisnis ayahnya hancur yang disebabkan oleh tangan Lucia secara tidak sengaja. Awal mulanya dari masalah pekerjaan. Lucia memang berpendidikan rendah, ekonomi keluarga yang pas pasan membuat dia harus putus sekolah dipertengahan SMA. Ayah Lucia saat masih tinggal bersama ibu kandung, sama sekali tidak ingin bekerja, keseharian nya hanyalah bermain judi. Ibu kandung Lucia yang banting tulang sendirian demi menghidupi anak dan suaminya tersebut. Hidup yang serba berkecukupan membuat ayah Lucia merasa bosan. Dia ingin kaya, tanpa harus bekerja. Terasa tidak mungkin, tetapi ayah Lucia berhasil. Secara tidak sengaja ayah Lucia bertemu dengan janda kaya raya sewaktu di ruang karaoke. Janda itu terlihat kesepian, sendirian. Tau jika janda tersebut kaya raya, terlihat dari penampilannya. Ayah Lucia mendekati dan pada akhirnya mereka menjalin hubungan terlarang. Dua bulan, hubungan keduanya terkuak oleh ibu kandung Lucia. Ibu Lucia mendapat laporan dari tetangga bahwa ayah Lucia itu terlihat sedang bermesraan dengan perempuan lain di sebuah hotel. Tidak yakin diawal, dengan pikiran tidak karuan benar tidaknya laporan yang diberikan. Ibu kandung Lucia datang langsung ke hotel, dan setibanya disana dia memergoki suaminya itu sedang berhubungan in*im dengan janda tersebut di kamar hotel VVIV. Hancur sudah rasanya dikhianati, setelah berhasil memergoki, terjadilah pertengkaran hebat dirumah. Usia Lucia masih begitu kecil saat itu. Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa orang tuanya sedang beradu mulut hingga mengakibatkan berujung perceraian. Ayah Lucia lebih memilih janda. "Baiklah kalau kamu mau kita bercerai, sekarang juga kamu pergi dari rumah ini, hak asuh Lucia harus ada ditangan aku" Dengan tega tak merasa bersalah, ayah Lucia mengusir ibu kandung Lucia begitu saja. "Baiklah! Aku akan pergi dari rumah ini, silahkan kamu hidup dengan perempuan selingkuh kamu itu!" Ibu kandung Lucia mengambil barang barangnya kemudian pergi begitu saja. Lucia yang melihat kepergian sang ibu mengejar. Akan tetapi dicegat oleh sang ayah. Ia mengatakan kepada Lucia agar dia ikut dengannya. "Ibu jangan tinggalkan Lucia, jangan pergi!'' Lucia ingin mengejar, namun tangannya dipegangi oleh sang ayah. "Lucia, mulai sekarang kamu tinggal bersama ayah saja ya, biarkan ibumu pergi, setelah ini kita akan hidup lebih baik" Lucia menggaguk dengan polos. Sementara ibu kandung Lucia, usai pergi dari rumah dengan perasaan kalang kabut, tak memperhatikan jalan dia tertabrak mobil. Ketika dilarikan ke rumah sakit, nyawanya sudah tidak bisa terselamatkan. Dan perceraian antar keduanya ditiadakan. Lucia diajak oleh ayahnya, lalu ayah Lucia menikah lagi dengan janda yang dia sukai. Selepas menikah, kehidupan ayah Lucia berserta Lucia sendiri serba berkecukupan. Mereka bisa membeli apa yang mereka mau dan mereka inginkan. Menginjak usia dewasa, Lucia ditawari oleh ibu tirinya untuk memegang jabatan di perusahaan karena Lucia masih belum memiliki pekerjaan. Lucia menyetujui nya, ia menghadle segala urusan kantor, namun karena suatu kesalahan. Keuangan kantor menjadi turun drastis dan beberapa bulan kemudian setelah itu kantor ibu tirinya bangkrut. Ibu tiri Lucia marah besar kepadanya, terutama ayah kandung nya sendiri. Lucia benar benar tidak sengaja. Genap dua bulan kemudian, kantor telah dinyatakan bangkrut, sudah tidak bisa berjalan lagi, sementara gaji karyawan belum dibayarkan. Alhasil mau tidak mau, jalan satu satunya adalah menjual rumah untuk membayar mereka semua dan kehidupan mereka kembali ke bawah lagi sampai sekarang. Rasa bersalah masih menyelimuti Lucia. Disamping hal itu, ada juga rasa benci dibenak Lucia sendiri karena orang tuanya itu ingin dia mengganti kerugian perusahaan. Dia di bunuh tidak mati, oleh ayah dan ibu tirinya untuk bisa tidak bisa mencari pekerjaan agar dapat mengembalikan perusahaan seperti dulu. Pagi hari tiba, Lucia kembali keliling mencari pekerjaan. Dia masih berusaha sampai ada yang mau menerima nya. Ia pergi dari rumah pagi pagi buta, supaya tidak mendapat cacian lagi dari ayah dan ibu tirinya. Tujuan nya mencari pekerjaan hanya satu, ia tidak ingin dicap beban oleh kedua orang tuanya itu. Dan juga untuk menebus kesalahan yang dia perbuat pada perusahaan. Semakin siang semakin terik, Lucia masih berjalan dan mencari pekerjaan. Seperti biasa di sudah berkeliling namun tidak ada yang mau menerima nya karena alasan yang sama yaitu karena dia hanya lulusan rendah. "Kemana lagi aku harus mencari pekerjaan Tuhan, aku benar benar sudah lelah. kenapa nasibku benar benar seperti ini" gerutu Lucia. Akhirnya dengan terpaksa Lucia kembali pulang lagi ke rumah dengan tangan kosong, ia sudah dapat memastikan jika sudah pasti dia akan mendapatkan Omelan, ocehan atau bahkan tamparan dari kedua orang tua nya itu. Tapi jika tidak pulang ke rumah kemana lagi dia akan pergi. Sesampainya di halaman depan rumah, Lucia melihat sebuah mobil berwarna hitam dengan label yang lumayan cukup berkelas. Ia penasaran, siapa yang datang ke rumahnya? Perlahan Lucia mendekat ke ambang pintu rumah, belum sempat masuk, langkahnya menjadi terhenti karena dia mendengar percakapan dari kedua orang tuanya beserta seseorang di ruang tamu. "Saya serahkan putri saya kepada anda tuan, namun dengan satu syarat. anda harus membayar lebih" Terdengar suara ayah Lucia berucap. ''Itu hal gampang, tapi apakah anda yakin ingin menyerahkan putri satu satunya anda ke saya?" Terdengar juga suara laki laki muda, ditelinga Lucia. "Kami yakin tuan, lagipula dia disini juga hanya beban. lebih baik anda bawa saja dia lalu berikan sejumlah uang kepada kami berdua" Ibu Lucia menimpali. "Baiklah kalau begitu, hari ini saya akan membawa anak kalian pergi bersamaku dan aku akan memberikan sejumlah uang kepada kalian" Balas laki laki tersebut. Terlihat oleh mata Lucia jika laki laki itu mengeluarkan semacam cek dari jaket yang dia kenakan, lalu ditulisnya sejumlah nominasi. "Apa ini cukup?" Setelah menulis, dia bertanya pada ayah Lucia. "Tentu saja tuan, ini sangat sangatlah cukup untuk kami" Ucap ayah Lucia, dengan raut wajah bak kegirangan. "Baiklah jika nominalnya cukup, saya akan bawa anak kalian bersama saya, hari ini juga" Bak tersambar petir, tubuh Lucia mendadak kaku ditempat. Mulutnya terbungkam sempurna. Tanpa ba bi bu, Lucia menyomot masuk ke dalam ruang tamu, menghampiri mereka semua. "Apa yang aku dengar tadi tidak salah? Apa yang kalian bicarakan hah?!" Kedatangan Lucia membuat mereka semua kaget. "Lucia, kamu sudah pulang?" Ibu tiri Lucia mendekat seraya bertanya pada anaknya. "Apa aku tidak salah dengar tadi? Apa kalian berdua ingin menjualku?! Jawab!" Mata Lucia menyorot, menatap ayah dan ibunya secara bergantian dengan wajah penuh amarah.Ayah Lucia bangkit dan berdiri, dia mendekati Lucia yang emosinya sudah memuncak. Tangan ayah Lucia memengangi pundak anak nya itu, mungkin berniat ingin berusaha menenangkan dia lebih dulu. "Lucia, dengarkan ayah dulu" Ayah Lucia berucap dengan nada sangat halus. "Apa ini ayah? Apa yang aku dengar tadi? Ayah ingin menjual aku? Ayah ingin menjual anak kandung ayah sendiri? Apakah ayah waras??!?!" Lucia sudah tidak bisa membendung amarahnya lagi. Laki laki yang ingin membeli Lucia, hanya terduduk santai, dengan kaki diangkat satu. Menyaksikan pertikaian yang terjadi di depan matanya. Dia memperhatikan dengan tatapan datar. "Yang kamu dengar memang tidaklah salah Lucia, mulai hari ini kamu akan ikut dengan tuan Mahardika Darmawangsa, orang yang sudah membeli kamu. Setelah ini kamu akan tinggal bersama nya di rumah tuan Mahardika, kamu tenang saja, setelah ini juga kehidupan akan enak" Ucap Ayah Lucia yang memberikan penjelasan terhadap sang anak. Lucia menggeleng kuat. Dia tidak men
"Rumah tuan?" Seakan tidak percaya, Lucia memastikannya lagi."Sudahlah jangan banyak bertanya, ayo masuk. aku akan menyuruh maid agar mengambil kopermu dalam bagasi mobil" Mahardika menggandeng tangan Lucia lagi. Mengajak gadis polos tersebut masuk ke dalam rumah Mension miliknya.Lucia mengikuti Mahardika dari belakang, ia membuntuti laki laki itu. Mahardika mengajak Lucia masuk. Kedatangan mereka berdua ternyata sudah disambut oleh dua orang penjaga pintu."Silahkan masuk tuan muda" Salah satu dari penjaga membukakan pintu, mempersilahkan keduanya untuk masuk ke dalam. "Ambil koper dalam bagasi mobil dan bawa ke dalam kamar khusus yang berada di antai dua" Mahardika menyuruh salah satu dari kedua penjaga yang langsung di patuhi.Lucia tidak tau mereka siapa? Kenapa mereka berdua patuh terhadap Mahardika? Tetapi terlihat dari pakaian keduanya, pakaian seperti bodyguard yang ada difilm film. Masuklah Mahardika dan Lucia ke dalam rumah. Tepatnya ruang awal adalah ruang tamu.Tepat d
Lucia benar benar dibuat pusing karena memikirkan. Sisi lain dia yakin bahwa nantinya dia pasti juga akan mengetahui mengenai apa yang ia alami sekarang. Sejenak Lucia akhirnya dapat merebahkan diri di kasur dan tidur, Dia terbangun saat hari menjelang sore hari. "Jam berapa ini?'' Dengan mata sayu, Lucia melirik kearah jam dinding. "Udah sore, lebih baik aku mandi dulu aja deh" Lucia bergumam lalu merangkak bangun dari ranjang tempat tidur. Sebelum mandi, ia mengeluarkan semua pakaian yang berada di dalam koper lalu menaruh dan menatanya di dalam almari pakaian yang sudah tersedia. Setelah selesai, Lucia mengambil handuk dan dia mandi. Ia melihat kamar mandi yang ia masuki juga tak kalah luas rupanya dengan kamar. Di kamar mandi itu juga banyak barang barang yang sangat lengkap, mulai dari bathtub kamar mandi dan juga shower bahkan closet sekalipun. "Keluarga tuan Mahardika Darmawangsa sepertinya memang sangat kaya" Lucia terkagum kagum. Langsung saja Lucia bersiap mandi berenda
"Sudahlah Lucia, tidak perlu berfikir keras. Lebih baik kamu ambil pakaian yang berada dalam laci, dalam laci ada beberapa pakaian tidur. Sementara waktu pakailah. Besok selesai akad saya akan mengajak kamu membeli beberapa pakaian yang bisa kamu kenakan" Ucap Mahardika lagi.Lucia menarik nafas panjang, kemudian berjalan ke arah laci untuk melihat apakah benar ada pakaian atau tidak, ternyata saat ia membukanya memang benar ada beberapa pakaian tidur yang lebih bagus dari pakaian nya yang ia bawa dari rumah, meskipun hanya pakaian tidur. Mahardika keluar kamar, dan Lucia berganti pakaian, tak lupa juga ia menutup pintu kamar dengan menguncinya, agar tidak ada orang yang masuk lagi. Selesai berganti, anak buah Mahardika mengetuk pintu kamar. Dia kembali untuk mengurus pakaian yang dia bawa. "Nona, apakah nona sudah selesai berganti? jika sudah saya izin masuk untuk mengambil pakaian nona" Ucap anak buah Mahardika itu dibarengi dengan mengetuk pintu kamar. Lucia yang mendengar nya pu
Makanan yang dimakan Lucia kini sudah habis tanpa sisa. Gadis tersebut benar-benar menikmati makanan yang telah disediakan. Dia berfikir untuk keluar kamar, membawa piring bekas makannya ke dapur. "Lebih baik aku bawa dulu deh piringnya ke dapur" Lucia berucap sembari bangkit dari duduknya lalu dia pergi keluar kamar. Langkah Lucia terhenti, kala dia ingin menuruni tangga. Baru saja teringat olehnya bahwa dia belum mengetahui dimana letak dapurnya? Rumah sebesar itu sudah pasti banyak ruangan. "Duh, aku kan nggak tau dimana letak dapurnya, apa sebaiknya aku tanya saja ya sama maid disini?" Lucia baru tersadar, kemudian mengambil keputusan lebih baik bertanya saja pada maid di bawah tangga. Ada maid yang sedang membersihkan lantai dibawah tangga sana.Baru saja akan melangkah, maid yang berada dibawah tangga tersebut, menghampiri Lucia."Eh, nona ingin kemana? Membawa piring segala?" Maid tersebut menanyai Lucia."Em, ini bi. Saya tadi habis makan dan saya ingin menaruh piring bekas
Lucia terbangun dengan mata yang masih amat sayu kala dia dibangunkan oleh maid tersebut."Iya bi sebentar saya bangun" balas Lucia pada maid kemudian ia membukakan pintu kamar. Dari luar ambang pintu kamar ternyata sudah ada maid berdiri di sana."Non Lucia, maaf saya sudah membangunkan nona. Saya hanya ingin mengingatkan non Lucia jika bahwa hari ini adalah hari H acara resepsi pernikahan nona Lucia dengan tuan Mahardika, alangkah baiknya non Lucia segera bersiap diri. untuk gaun pengantin sudah disiapkan di ruang dandan oleh para owner" Maid itu memberitahu Lucia. Lucia mengangguk pertanda ia mengerti. Sebenarnya sebelum ia benar benar menjadi istri sah dari Mahardika, ia ingin bertanya lebih dulu kepadanya. Apa benar, dia akan dijadikan sebagai istri kedua? Jika iya dia juga belum mengenal istri pertama dari Mahardika sendiri. Sekarang hanya dalam hitungan beberapa jam saja, dan Lucia harus sudah bersiap menjadi pengantin. Harus apa dia saat ini? "Apa aku sebaiknya bertemu den
Lucia tersenyum tipis lalu dia mengganguk menanggapinya."baiklah kalau begitu, istirahat lah karena besok adalah hari yang sangat penting untuk kita berdua" ucap Mahardika kemudian ia pergi meninggalkan LuciaKarena dirasa masalah sudah selesai dan tidak ada yang perlu dicemaskan lagi, Lucia memilih untuk tertidur. Saat hari sudah menjelang pagi, Lucia terbangun dan terdengar dari balik pintu kamarnya seperti ada yang mengetuk dan memanggil nya. Dengan setengah mata yang masih sayu khas orang bangun tidur, Lucia berjalan menuju pintu lalu ia membukanya.Ternyata yang mengetuk pintu dan memanggil nya adalah maid."nona Lucia baru bangun tidur ya? maaf saya mengganggu nona, tetapi hari ini adalah hari yang sangat penting untuk nona Lucia, jadi nona harus segera bersiap" ucap maid itu kepada nya, Lucia hanya mengganguk mengiyakan. Ia rasanya masih mengantuk"iya saya akan bersiap" balas Lucia"biar owner saja yang menyiapkan nona Lucia, karena mereka sudah datang, nona Lucia hanya perl
"Apa yang kamu lihat Lucia?" Celetuk Mahardika yang tiba tiba sudah berdiri disamping Lucia. Lucia menoleh ke arahnya."Konsep pernikahan nya tuan" jawab Lucia"Ada apa dengan konsep pernikahan nya? kamu menyukainya?" Tanya Mahardika"Sangat tuan, terlihat sangat indah dan sempurna. aku tidak pernah membayangkan sebelum nya jika pernikahan ku akan seperti ini" Lucia benar benar begitu kagum"Setengah jam lagi, acara pernikahan nya akan dimulai, sebelum itu aku akan memperkenalkan mu kepada para tamu Lucia, ayo" Mahardika mengulurkan tangannya kepada Lucia untuk mengandeng nyaDengan ragu Lucia menerima uluran tangan dari Mahardika tersebut, dan menemui para tamu. Mahardika memperkenalkan dirinya kepada salah satu tamu yang merupakan kerabat dekat calon suami nya itu."Tuan yohanes, perkenalkan. dia adalah calon istri kedua saya, bagaimana menurut anda" ucap Mahardika memperkenalkan Lucia"Sepertinya anda tidak salah pilih tuan Mahardika, calon istrimu sangat lah cantik layaknya seper