Share

Bab 5

Makanan yang dimakan Lucia kini sudah habis tanpa sisa. Gadis tersebut benar-benar menikmati makanan yang telah disediakan. Dia berfikir untuk keluar kamar, membawa piring bekas makannya ke dapur. 

"Lebih baik aku bawa dulu deh piringnya ke dapur" Lucia berucap sembari bangkit dari duduknya lalu dia pergi keluar kamar. 

Langkah Lucia terhenti, kala dia ingin menuruni tangga. Baru saja teringat olehnya bahwa dia belum mengetahui dimana letak dapurnya? Rumah sebesar itu sudah pasti banyak ruangan. 

"Duh, aku kan nggak tau dimana letak dapurnya, apa sebaiknya aku tanya saja ya sama maid disini?" Lucia baru tersadar, kemudian mengambil keputusan lebih baik bertanya saja pada maid di bawah tangga. Ada maid yang sedang membersihkan lantai dibawah tangga sana.

Baru saja akan melangkah, maid yang berada dibawah tangga tersebut, menghampiri Lucia.

"Eh, nona ingin kemana? Membawa piring segala?" Maid tersebut menanyai Lucia.

"Em, ini bi. Saya tadi habis makan dan saya ingin menaruh piring bekasnya ke dapur untuk dicuci, tetapi saya tidak tau letak dapurnya dimana, mungkin bibi bisa memberitahu saya?" Lucia menjawab seraya bertanya.

"Nona tidak perlu repot-repot, sini biar saya bawa saja piringnya ke dapur, nona kembali saja ke kamar untuk beristirahat" Maid tersebut langsung menyahut piring yang ada ditangan Lucia. Lucia hanya menurut, dia mengucapkan terimakasih setelah itu kembali lagi ke kamar.

Andai dia tau dari dulu kehidupan sehari-hari orang kaya seperti itu, yang selalu dilayani para pembantu, kenapa tidak dari dulu saja Mahardika membelinya? Dia pernah kaya tapi salah waktu singkat. Habis itu hidupnya kembali miskin.

Lucia kembali ke dalam kamarnya, merebahkan diri lagi ke atas kasur yang begitu empuk. Selang beberapa saat ada yang mengetuk pintu kamar. 

"Siapa?" Tanya Lucia pada orang yang mengetuk pintu itu namun tidak ada jawaban. Alhasil Lucia berjalan untuk membukakan pintu.

Yang dia lihat kala pintu terbuka, ada perempuan berdiri didepan pintu itu dengan pakaian teramat seksi. Siapakah dia? 

"Siapa ya?" Tanya Lucia sekali lagi dengan memicingkan kedua matanya.

"Oh jadi ini toh, calon istri keduanya Dika" Bukanya menjawab perempuan itu memandang Lucia dari atas bawah, sambil mengucapkan kalimat yang tidak Lucia mengerti.

"Maksud kamu apa ya? Dan kamu ini siapa?" Lucia tidak mengerti.

"Aku Zavia, istri pertama Dika. Orang akan menikahi kamu, aku pikir perempuan yang akan Dika nikah cantik, tapi masih cantikan aku dan masih sangat muda" Balas perempuan tersebut lalu melenggang pergi begitu saja dari hadapannya.

Apa maksudnya tadi? Istri pertama? Dia istri kedua? Mata Lucia lagi lagi dibuat terbelalak dan mulutnya menganga lebar. Apa ini? Mahardika sudah menikah sebelumnya? Sepertinya dia membutuhkan penjelasan lebih dalam lagi.

"Jadi aku akan dinikahi untuk dijadikan istri kedua tuan Mahardika?" Lucia menggeleng gelengkan kepalanya. 

"Aku harus mencari tuan Mahardika sekarang" Lucia langsung berjalan entah ke mana untuk mencari keberadaan Mahardika. Sekarang dia benar benar butuh penjelasan, tidak mau menunggu lama lagi. 

Mata Lucia terus menerus berkeliling, berharap dia bertemu dengan Mahardika, dia menyusuri rumah, turun tangga lagi ke lantai satu.

Akibat tidak fokus berjalan, Lucia tak sengaja menabrak Arra yang tengah ingin menuju ruang makan.

"Araa, maaf. Aku tidak sengaja" Ucap Lucia meminta maaf kepada Arra.

"Calon kakak ipar, hati hati saat berjalan. Kakak keluar kamar ingin kemana? Jalan kakak juga seperti terburu buru?" 

"Aku ingin mencari tuan Mahardika Arra, apa kamu melihatnya?"

"Maksud kakak, kak Dika? Aku tadi melihatnha berada di taman. Kalau kakak ingin bertemu dengan kak Dika lurus saja, nanti di depan ada ruangan khusus tulisan privasi, nah kak Dika berada di dalam kak" Balas Arra memberikan arahan pada Lucia. Lucia langsung bergegas mengikuti arahan dari Arra barusan itu. 

"Eh, kakak!" Arra heran, ada apa dengan calon kakak iparnya itu? Langkahnya teramat capat saat berjalan. 

Disisi lain tempat, orang tua Lucia saat ini sedang asik berpesta dirumah mereka, menikmati uang hasil menjual anak mereka sendiri. Keduanya minum seraya toss ria. 

Tak memperdulikan bagaimana nasib anaknya setelah dijual, mereka seakan malah merayakan kepergian nya. 

"Hah, akhirnya kita dapat banyak uang juga ya mas. Lumayan dapat 100M hanya dengan menjual Lucia kepada laki laki kaya" Ibu tiri Lucia begitu senang, di tangan kirinya memegang banyak sekali lembaran merah.

"Iya kamu benar, kalau tau seperti ini kenapa tidak dari dulu saja kita menjual Lucia? Lagipula dirumah dia juga tidak menghasilkan uang untuk kita, mencari pekerjaan kesana kemari, tidak ada yang mau menerimanya" Balas Ayah Lucia seraya mengangkat gelas minum. Tidak punya akal sehat, kedua orang tua itu menikmati hasil mereka berdua.

Sekarang Lucia sudah berada tepat diseberang pintu ruangan bertuliskan ruangan private, kenapa diseberang? Karena untuk bisa kesana, dia harus melewati tangga lagi.

Sesuai yang dikatakan oleh Arra tadi, ruangan privat. Lucia ingin masuk akan tetapi yang menjadi masalah, ruangan itu dikawal oleh lima bodyguard di depan pintunya. 

"Kayaknya ruangannya benar benar privat, dan pribadi. Sampai sampai dijaga ketat oleh bodyguard" Gumam Lucia. Saat ini apa yang dia bisa lakukan? Tidak mungkin dia nekat datang ke dalam ruangan privat tersebut. 

Sebaiknya, nanti saja dia bertemu dengan Mahardika, setelah Mahardika keluar dari sana. Mau tidak mau ya harus kembali lagi ke dalam kamar. 

Meskipun kamar yang ditempati oleh Lucia besar dan luas, dia juga merasa bosan. Tetapi dia juga sadar dia orang baru disini, tidak mungkin dia berkeliaran keluar.

"Lebih baik aku tidur aja deh" Binggung ingin melakukan apalagi, Lucia ingin tidur saja. Masih terlintas dipikiran gadis tersebut, mengenai Zavia, istri pertama dari Mahardika. Kenapa diwaktu Mahardika ingin menikahinya dia tidak berkata apapun mengenai dia sudah punya istri?

Harus bagaimana lagi sekarang? Lucia sudah dibeli, kalau dia menolak menikah dengan Mahardika, dia punya apa memangnya? 

Mahardika sudah memberikan sejumlah uang yang nominalnya 100M kepada orang tua Lucia, dan itu lumayan banyak.

"Dengan berat hati aku harus mau dijadikan istri kedua oleh orang yang udah beli aku" Keluh Lucia. Diumur nya yang masih terkesan muda, seharusnya dia menikmati kehidupannya tetapi justru hendak dijadikan istri, sebagai istri kedua lagi.

Dilihat oleh pandangan mata, Mahardika lebih tua dari Lucia. Hanya saja Lucia belum tau berapa umur Mahardika saat ini.

Sembari berfikir, Lucia Akhirnya terlelap tidur lagi, sampai hari esok. Kala terbangun dipagi hari, Lucia dibangunkan oleh satu orang maid melalui ketukan pintu kamar.

"Nona, bangun non sudah pagi" Maid tersebut memanggil Lucia dibarengi ketukan pintu berkali-kali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status