Share

97. Undangan Untuk Mantan

"Kenapa mata Ummi berair? Ummi sedih?"

"Enggak, Sayang."

"Tapi, kenapa mata Ummi berair begini?"

Kia mengusap sudut mataku. Kubalas perlakuan Kia dengan mendekap erat tubuhnya.

"Ummi bahagia, Sayang," ujarku pelan.

"Kia juga bahagia. Kata Nenek, Kia mau punya Abah baru hehe."

Kia terkekeh. Sementara aku, mendadak jadi malu sendiri. Teringat hari pernikahanku yang tinggal seminggu lagi.

Surat undangan telah dicetak. Mas Fatih yang mengantarnya sendiri padaku. Tentu saja di kedai, bukan di rumah. Karena tak ingin timbul fitnah di antara aku dan dia. Meski Bude Ningsih selalu menemani, tapi, aku tak nyaman saja jika berinteraksi di rumah.

Bu Nyai sering menghubungiku via telepon. Menanyai perkembanganku tentang persiapan menuju pernikahan. Padahal, aku tak banyak mempersiapkan apa-apa. Hanya rajin merawat diri saja. Meski tak lagi muda ditambah statusku yang janda. Aku harus tetap menjaga bentuk dan aroma tubuh. Karena ingin memberi yang terbaik untuk suamiku nanti.

Bu Nyai juga berp
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rafael Rafif Rabbani
jgn2 bram udah ditinggalin lastri ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status