Share

100. Surat Dari Lastri

Ada yang patah, tapi bukan ranting. Ada yang pecah, tapi bukan gelas dan ada yang remuk, tapi bukan guci.

Tak cukup beribu kata untuk mendeskripsikan betapa kini hati Bram hancur berserakan. Genangan air di pelupuk matanya perlahan luruh. Saat bertemu pandang dengan kedua mata Inamah.

Hanya sekejap.

Tak sampai semenit. Karena Inamah merunduk lalu duduk di depan penghulu. Meraih bolpoin yang tergeletak di atas meja lalu membawanya dalam genggaman. Inamah lantas menandatangani surat-surat penting. Bukti pernikahan.

Bram mengatur napas. Menetralkan irama jantungnya yang seakan patah-patah. Sampai ia tersadar saat sentuhan lembut menggoyangkan kelingking jemarinya. Hasan memanggil.

"Kenapa, Nak?"

Hasan menggeleng. Ia melihat ada sisa air di sudut mata Bram. Barangkali teringat dengan almarhum ibunya.

Usai menandatangani buku nikah. Inamah kembali masuk ke dalam rumah. Meninggalkan tempat ijab qobul untuk selanjutnya ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status