Share

Diary 4

*** POV author

"Selamat siang, Tuan. Semua sudah siap." Seorang lelaki menunduk sopan ke arah Raffa.

Mereka masuk lebih dalam ke sebuah ruangan yang terlihat disana orangtua Lisa sudah duduk melihat ke arah gadis itu dengan senyum merekah. Pak Dani--ayah Lisa sudah duduk berdampingan dengan yang Lisa tahu dia adalah seorang penghulu. Raffa sudah duduk dibangku yang disediakan, terdapat dua bangku kosong untuknya dan untuk gadis itu. Sedangkan Lisa masih berdiri tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. Bu Mia--mamah Lisa duduk di kursi belakangnya masih tersenyum gurat bahagia di wajah yang sudah tidak muda lagi.

"Mah, apa-apaan ini?" Lisa mendekat ke arah Mia dan berbisik.

"Kamu yang apa-apaan, sayang. Berita bahagia sebesar ini kenapa kamu tidak beritahu?"

what?

"Kalau kamu ngebet ingin nikah sekarang kenapa tidak bilang sama mamah? Kalau tahu, mamah pasti akan menyiapkan semuanya. Kamu lihat? Mamah tidak bawa apa-apa, lihat tangan mamah masih bau bumbu ketoprak." Mia nyerocos lupa jika mereka sedang ditunggu penghulu.

Lisa masih tidak mengerti apa maksud dari semua ini. Lelaki tadi yang menyuruh Raffa dan Lisa masuk masih setia berdiri di dekatnya. Melihat sekilas lalu menunduk.

"Silahkan, Nona. Akad akan segera dilaksanakan." Berbicara sopan lalu menunduk lagi.

akad apa sih ini? Apa benar aku akan menikah dengannya? Lihat! Wajah tuan muda itu dan lelaki ini mereka tidak berekspresi apa-apa. Hanya orangtua ku yang berekspresi bahagia tiada batas.

"Sayang, cintamu sudah menunggu. Cepatlah kesini!" Ayah Dani berbicara dengan tersenyum.

"Tunggu sebentar, aku ingin bicara dengan mamah."

"Tapi, Nona. Tuan--" ucapannya terpotong saat Raffa memberi instruksi untuk membiarkan Lisa mengobrol dengan ibu nya. Lelaki itu kembali menundukkan kepala.

nona nona. Siapa nona? Dan kenapa lelaki itu selalu nurut pada Raffa?

Tanpa menunggu lama, Lisa kembali ke mamah Mia untuk meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka duduk di sudut ruangan, Lisa masih dapat melihat raut wajah dari sang mamah yang begitu bahagia.

"Lisa sayang, kenapa kamu tidak memberitahu mamah kalau kamu sudah punya kekasih?"

Lisa semakin bingung.

"Tunggu, mamah kenapa bisa ada disini? Apakah mamah diculik?"

"Ngaco kamu. Mamah sama ayah dijemput oleh lelaki itu. Katanya kamu akan melakukan akadnya sekarang. Ya udah mamah langsung buru-buru kesini."

Mamah Mia mencium seluruh wajah anaknya dengan bangga.

"Sebelumnya kemarin pangeran kamu yang datang ke rumah mamah. Dia bilang, kalau kamu sama dia pernah satu sekolahan dan sejak saat itu kamu sudah pacaran sama dia." 

Mamah Mia memeluk Lisa senang. Gadis itu masih setia mendengarkan sandiwara apa yang Raffa buat.

Raffa turun dari mobil mewah diikuti Juna--orang kepercayaan Raffa. 

"Apakah benar ini rumahnya?"

"Iya, Tuan."

Mia yang sedang melayani pembeli di warung kecilnya antusias melihat ada orang yang turun tepat di depan rumahnya dan mendekatinya.

"Mau pesan ketoprak, Pak?" Mia berkata sopan saat pembeli terakhir sudah dia layani.

"Apakah benar ini rumah orangtua Lisa?" tanpa menjawab, lelaki itu malah balik bertanya.

"Iya, Lisa Ayudia? Kenapa dengan anakku? Apa dia berbuat salah?" wajah mamah Mia langsung berubah pucat.

Juna kembali ke Raffa dan setelah mendapat anggukan dari Raffa, lelaki itu diam di depan mobil. Kali ini Raffa yang mendatangi mamah Mia dan memperkenalkan diri.

"Maaf atas kedatanganku yang tiba-tiba." Raffa tersenyum ramah. "Kenalkan, saya Raffa kekasih anak ibu--Lisa Ayudia."

Sebelum Raffa melanjutkan kalimatnya, mamah Mia sudah berteriak lebih dulu.

"Ayaaah! Kemari, anak kita tidak jomblo. Lisa sudah laku." Mia masih berteriak menunggu Ayah Dani keluar. "Lisa sudah punya pacar."

Dani keluar hanya memaki kaos oblong dan sarung, mendengar teriakan sang istri yang menurutnya adalah suara paling merdu sekampung. Langkah Dani terhenti saat tatapan matanya melihat sosok lelaki yang berada di samping Mia. Memakai setelan jas orang kaya, melirik mobilnya yang super mahal. Mia yang sadar lalu menghampiri Dani.

"Dia nak Raffa, pacar Lisa." Raffa mendekat lalu bersalaman.

"Maaf kedatanganku mendadak. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang diinginkan anak kalian."

"Apa?" suara Mia dan Dani bersamaan.

"Anak kalian ingin saya cepat menikahinya." Mereka langsung terkejut, tahu apa yang dipikirkan dua orangtua didepannya ini. Raffa melanjutkan kalimatnya.

"Kami sudah pacaran dari SMA, kami pernah satu sekolah dulu. Alasan Lisa ingin menikah cepat denganku bukan karena apa yang kalian pikirkan. Kami tidak pernah pacaran diluar batas. Setelah lulus sekolah, aku bahkan melanjutkan kuliah di luar negeri. Lisa setia menunggu saya sampai saya kembali ke Indonesia."

Raffa menjelaskan agar mereka tidak salah paham.

"Jadi, bolehkah saya menikahi anak ibu secepatnya?"

"Boleh," jawab keduanya bersamaan.

Raffa tersenyum, dia lantas melirik Juna untuk membawakan sesuatu. Lelaki itu mengerti, lalu mengeluarkan beberapa parcel makanan dan buah-buahan. Memberikannya kepada Mia yang langsung diterima baik.

"Apakah Lisa sudah tahu?" Dani bahagia akhirnya Lisa menikah.

Keinginan orangtuanya yang ingin buru-buru Lisa menikah karena mereka ingin punya cucu. Mereka hanya mempunyai Lisa seorang, gadis itu adalah anak semata wayang Mia dan Dani. Walaupun usia Lisa masih duapuluh empat tahun, tapi itu usia yang cukup kan untuk menikah dan memiliki anak. Akhirnya keinginan mereka terkabul. Dan lebih bahagia nya lagi, Lisa mendapatkan lelaki tampan dan kaya. Orangtua Lisa dapat melihat bahwa lelaki itu pria baik dan jujur juga sangat sopan.

Tapi anehnya kenapa Lisa menyembunyikan ini? Apa mungkin malu mempunyai kekasih yang tampan tiada tara.

"Lisa belum tahu, aku akan memberinya sebuah kejutan. Jadi kalian siap-siap saja jika sekretaris saya membawa kalian secara mendadak untuk melakukan akad pernikahan."

"Kenapa mendadak?" Mia penasaran.

"Karena Tuan muda kami sangat sibuk dan banyak bisnis lainnya yang harus di kerjakan." ini Juna yang mengatakannya. 

Raffa sudah lebih dulu meninggalkan dan menunggunya di mobil, setelah sebelumnya sempat menunduk sopan dan berpamitan kepada orangtua Lisa.

"Tu-tuan muda?"

"Soal resepsi jangan pikirkan. Saya akan mengurusnya."

Tanpa berkata-kata lagi, Juna langsung pergi meninggalkan orangtua Lisa yang masih kaget namun terlihat bahagia.

"Kenapa tidak bilang, sayangku? Pantesan kamu selalu jomblo dan tidak mau mamah jodohkan. Jadi kamu sudah punya calon ya."

benarkah dia bilang begitu? Aku pacarnya? Saat masih sekolah?

Lisa melirik Raffa yang tengah asyik bermain ponsel.

"Satu lagi, duh mamah gemes sama kamu. Pangeran kamu bilang, kamu sudah tidak kuat untuk menikah dengannya. Makanya sekarang dia melakukan akad disini karena kamu. Soal resepsi nanti menyusul katanya."

kau benar-benar ingin menikahiku tuan muda?

"Nona?" Juna melirik tajam ke arah Lisa yang masih duduk dengan Mia.

Lisa semakin pusing dengan keadaan ini. Ia dengan cepat melangkah dan duduk di samping Raffa. Lelaki itu tersenyum simpul melihat Lisa yang gugup dan gelisah. Raffa tahu apa yang dipikirkan Lisa tapi dia tidak mau memperdulikannya.

"Silahkan dimulai." Juna menginterupsi. Asistennya ini memiliki aura dingin membuat Lisa sedikit merinding jika ada di depannya.

Lisa sudah pasrah, dia akan segera berganti status menjadi seorang istri.

Istri? Istri Raffa. Yang dulu pernah ia kagumi dan pernah menjadi penguntitnya. Sekarang, gadis itu sedang duduk disampingnya mendengarkan Raffa menyebutkan kata-kata sakral pernikahan. Kata-kata suci yang harusnya diucapkan oleh seseorang yang mencintainya. Kini, mulai saat ini hidupnya akan berubah. Lisa akan menghadapi babak baru dalam sebuah pernikahan yang ia pun tidak percaya akan secepat ini dan seaneh ini.

Dinikahi oleh lelaki yang dulu ia ikuti kemana-mana. Melihat orangtua nya yang begitu bahagia. Tidak pernah Lisa melihat mamah dan ayahnya se bahagia ini. Melihat itu, Lisa jadi ikut bahagia, biarlah sekarang dia menjalani nya dulu. Jika pernikahan ini tidak berjalan mulus, bisa saja dia bercerai kan? 

Untuk sekarang, biarlah ini terjadi asal orangtuanya bahagia. Dan Lisa akan menerima pernikahan ini kalau memang ini takdirnya. Lisa masih belum tahu apa tujuan Raffa menikahinya seperti ini, yang Lisa harap semoga lelaki itu tidak mempermainkan sebuah pernikahan.

Kata sah sudah terucap di kedua belah pihak. Lisa sekarang sudah sah menjadi istri Raffa. Semua berucap syukur, Raffa membisikkan sesuatu ke telinga gadis itu pelan.

"Sekarang kau sudah jadi istriku." Raffa tersenyum miring. "Bersiaplah!"

Membuat bulu kuduk Lisa merinding.

bersiap apa? Apa maksudnya?

"Akhirnya sayangku menikah juga. Ingat, selalu turuti apa kata suami mu. Jangan pernah membantah dan bahagiakan suami mu."

Itu wejangan dari Ayah Lisa, memberikan sedikit petuah agar pernikahan mereka tidak goyah walaupun ada masalah yang datang. Ingat, pernikahan adalah awal dimulainya kehidupan yang baru. Inilah kehidupan yang sesungguhnya.

Entah kenapa anak semata wayangnya ini terharu mendengar nasihat orangtua. Lisa memeluk erat Dani dan Mia, ia janji akan menjaga amanah dari orangtuanya. 

Raffa mengeluarkan kalung berlian duapuluh empat karat sebagai mas kawin tadi, mengalungkan dileher Lisa.

"Cantik." Raffa memebelai lembut leher gadis itu. "Jangan pernah dilepas."

Wajah Lisa langsung memerah mendengar pujian itu. Dani dan Mia tidak kuat menahan haru, semoga anaknya ini bisa mendapatkan kebahagiaan dari menantu kaya dan tampan dan juga mencintainya. Mereka lantas diantar pulang oleh Juna, tidak lupa lelaki itu memberikan banyak sekali buah tangan untu orangtua Lisa. Sekali lagi, mereka tidak berhenti berucap syukur.

Surat-surat pun akan diurus semua oleh Juna. Kini, Lisa dibawa pulang oleh suami baru dengan mobil yang lain. Lisa merasa gugup, dia akan dibawa ke rumah Raffa.

Sementara Raffa yang tengah mengemudi kan mobilnya menyeringai penuh teka-teki.

"Aku akan mengikatmu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status