*** POV author
"Selamat siang, Tuan. Semua sudah siap." Seorang lelaki menunduk sopan ke arah Raffa.
Mereka masuk lebih dalam ke sebuah ruangan yang terlihat disana orangtua Lisa sudah duduk melihat ke arah gadis itu dengan senyum merekah. Pak Dani--ayah Lisa sudah duduk berdampingan dengan yang Lisa tahu dia adalah seorang penghulu. Raffa sudah duduk dibangku yang disediakan, terdapat dua bangku kosong untuknya dan untuk gadis itu. Sedangkan Lisa masih berdiri tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. Bu Mia--mamah Lisa duduk di kursi belakangnya masih tersenyum gurat bahagia di wajah yang sudah tidak muda lagi.
"Mah, apa-apaan ini?" Lisa mendekat ke arah Mia dan berbisik.
"Kamu yang apa-apaan, sayang. Berita bahagia sebesar ini kenapa kamu tidak beritahu?"
what?
"Kalau kamu ngebet ingin nikah sekarang kenapa tidak bilang sama mamah? Kalau tahu, mamah pasti akan menyiapkan semuanya. Kamu lihat? Mamah tidak bawa apa-apa, lihat tangan mamah masih bau bumbu ketoprak." Mia nyerocos lupa jika mereka sedang ditunggu penghulu.
Lisa masih tidak mengerti apa maksud dari semua ini. Lelaki tadi yang menyuruh Raffa dan Lisa masuk masih setia berdiri di dekatnya. Melihat sekilas lalu menunduk.
"Silahkan, Nona. Akad akan segera dilaksanakan." Berbicara sopan lalu menunduk lagi.
akad apa sih ini? Apa benar aku akan menikah dengannya? Lihat! Wajah tuan muda itu dan lelaki ini mereka tidak berekspresi apa-apa. Hanya orangtua ku yang berekspresi bahagia tiada batas.
"Sayang, cintamu sudah menunggu. Cepatlah kesini!" Ayah Dani berbicara dengan tersenyum.
"Tunggu sebentar, aku ingin bicara dengan mamah."
"Tapi, Nona. Tuan--" ucapannya terpotong saat Raffa memberi instruksi untuk membiarkan Lisa mengobrol dengan ibu nya. Lelaki itu kembali menundukkan kepala.
nona nona. Siapa nona? Dan kenapa lelaki itu selalu nurut pada Raffa?
Tanpa menunggu lama, Lisa kembali ke mamah Mia untuk meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka duduk di sudut ruangan, Lisa masih dapat melihat raut wajah dari sang mamah yang begitu bahagia.
"Lisa sayang, kenapa kamu tidak memberitahu mamah kalau kamu sudah punya kekasih?"
Lisa semakin bingung.
"Tunggu, mamah kenapa bisa ada disini? Apakah mamah diculik?"
"Ngaco kamu. Mamah sama ayah dijemput oleh lelaki itu. Katanya kamu akan melakukan akadnya sekarang. Ya udah mamah langsung buru-buru kesini."
Mamah Mia mencium seluruh wajah anaknya dengan bangga.
"Sebelumnya kemarin pangeran kamu yang datang ke rumah mamah. Dia bilang, kalau kamu sama dia pernah satu sekolahan dan sejak saat itu kamu sudah pacaran sama dia."
Mamah Mia memeluk Lisa senang. Gadis itu masih setia mendengarkan sandiwara apa yang Raffa buat.
Raffa turun dari mobil mewah diikuti Juna--orang kepercayaan Raffa.
"Apakah benar ini rumahnya?"
"Iya, Tuan."
Mia yang sedang melayani pembeli di warung kecilnya antusias melihat ada orang yang turun tepat di depan rumahnya dan mendekatinya.
"Mau pesan ketoprak, Pak?" Mia berkata sopan saat pembeli terakhir sudah dia layani.
"Apakah benar ini rumah orangtua Lisa?" tanpa menjawab, lelaki itu malah balik bertanya.
"Iya, Lisa Ayudia? Kenapa dengan anakku? Apa dia berbuat salah?" wajah mamah Mia langsung berubah pucat.
Juna kembali ke Raffa dan setelah mendapat anggukan dari Raffa, lelaki itu diam di depan mobil. Kali ini Raffa yang mendatangi mamah Mia dan memperkenalkan diri.
"Maaf atas kedatanganku yang tiba-tiba." Raffa tersenyum ramah. "Kenalkan, saya Raffa kekasih anak ibu--Lisa Ayudia."
Sebelum Raffa melanjutkan kalimatnya, mamah Mia sudah berteriak lebih dulu.
"Ayaaah! Kemari, anak kita tidak jomblo. Lisa sudah laku." Mia masih berteriak menunggu Ayah Dani keluar. "Lisa sudah punya pacar."
Dani keluar hanya memaki kaos oblong dan sarung, mendengar teriakan sang istri yang menurutnya adalah suara paling merdu sekampung. Langkah Dani terhenti saat tatapan matanya melihat sosok lelaki yang berada di samping Mia. Memakai setelan jas orang kaya, melirik mobilnya yang super mahal. Mia yang sadar lalu menghampiri Dani.
"Dia nak Raffa, pacar Lisa." Raffa mendekat lalu bersalaman.
"Maaf kedatanganku mendadak. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang diinginkan anak kalian."
"Apa?" suara Mia dan Dani bersamaan.
"Anak kalian ingin saya cepat menikahinya." Mereka langsung terkejut, tahu apa yang dipikirkan dua orangtua didepannya ini. Raffa melanjutkan kalimatnya.
"Kami sudah pacaran dari SMA, kami pernah satu sekolah dulu. Alasan Lisa ingin menikah cepat denganku bukan karena apa yang kalian pikirkan. Kami tidak pernah pacaran diluar batas. Setelah lulus sekolah, aku bahkan melanjutkan kuliah di luar negeri. Lisa setia menunggu saya sampai saya kembali ke Indonesia."
Raffa menjelaskan agar mereka tidak salah paham.
"Jadi, bolehkah saya menikahi anak ibu secepatnya?"
"Boleh," jawab keduanya bersamaan.
Raffa tersenyum, dia lantas melirik Juna untuk membawakan sesuatu. Lelaki itu mengerti, lalu mengeluarkan beberapa parcel makanan dan buah-buahan. Memberikannya kepada Mia yang langsung diterima baik.
"Apakah Lisa sudah tahu?" Dani bahagia akhirnya Lisa menikah.
Keinginan orangtuanya yang ingin buru-buru Lisa menikah karena mereka ingin punya cucu. Mereka hanya mempunyai Lisa seorang, gadis itu adalah anak semata wayang Mia dan Dani. Walaupun usia Lisa masih duapuluh empat tahun, tapi itu usia yang cukup kan untuk menikah dan memiliki anak. Akhirnya keinginan mereka terkabul. Dan lebih bahagia nya lagi, Lisa mendapatkan lelaki tampan dan kaya. Orangtua Lisa dapat melihat bahwa lelaki itu pria baik dan jujur juga sangat sopan.
Tapi anehnya kenapa Lisa menyembunyikan ini? Apa mungkin malu mempunyai kekasih yang tampan tiada tara.
"Lisa belum tahu, aku akan memberinya sebuah kejutan. Jadi kalian siap-siap saja jika sekretaris saya membawa kalian secara mendadak untuk melakukan akad pernikahan."
"Kenapa mendadak?" Mia penasaran.
"Karena Tuan muda kami sangat sibuk dan banyak bisnis lainnya yang harus di kerjakan." ini Juna yang mengatakannya.
Raffa sudah lebih dulu meninggalkan dan menunggunya di mobil, setelah sebelumnya sempat menunduk sopan dan berpamitan kepada orangtua Lisa.
"Tu-tuan muda?"
"Soal resepsi jangan pikirkan. Saya akan mengurusnya."
Tanpa berkata-kata lagi, Juna langsung pergi meninggalkan orangtua Lisa yang masih kaget namun terlihat bahagia.
"Kenapa tidak bilang, sayangku? Pantesan kamu selalu jomblo dan tidak mau mamah jodohkan. Jadi kamu sudah punya calon ya."
benarkah dia bilang begitu? Aku pacarnya? Saat masih sekolah?
Lisa melirik Raffa yang tengah asyik bermain ponsel.
"Satu lagi, duh mamah gemes sama kamu. Pangeran kamu bilang, kamu sudah tidak kuat untuk menikah dengannya. Makanya sekarang dia melakukan akad disini karena kamu. Soal resepsi nanti menyusul katanya."
kau benar-benar ingin menikahiku tuan muda?
"Nona?" Juna melirik tajam ke arah Lisa yang masih duduk dengan Mia.
Lisa semakin pusing dengan keadaan ini. Ia dengan cepat melangkah dan duduk di samping Raffa. Lelaki itu tersenyum simpul melihat Lisa yang gugup dan gelisah. Raffa tahu apa yang dipikirkan Lisa tapi dia tidak mau memperdulikannya.
"Silahkan dimulai." Juna menginterupsi. Asistennya ini memiliki aura dingin membuat Lisa sedikit merinding jika ada di depannya.
Lisa sudah pasrah, dia akan segera berganti status menjadi seorang istri.
Istri? Istri Raffa. Yang dulu pernah ia kagumi dan pernah menjadi penguntitnya. Sekarang, gadis itu sedang duduk disampingnya mendengarkan Raffa menyebutkan kata-kata sakral pernikahan. Kata-kata suci yang harusnya diucapkan oleh seseorang yang mencintainya. Kini, mulai saat ini hidupnya akan berubah. Lisa akan menghadapi babak baru dalam sebuah pernikahan yang ia pun tidak percaya akan secepat ini dan seaneh ini.
Dinikahi oleh lelaki yang dulu ia ikuti kemana-mana. Melihat orangtua nya yang begitu bahagia. Tidak pernah Lisa melihat mamah dan ayahnya se bahagia ini. Melihat itu, Lisa jadi ikut bahagia, biarlah sekarang dia menjalani nya dulu. Jika pernikahan ini tidak berjalan mulus, bisa saja dia bercerai kan?
Untuk sekarang, biarlah ini terjadi asal orangtuanya bahagia. Dan Lisa akan menerima pernikahan ini kalau memang ini takdirnya. Lisa masih belum tahu apa tujuan Raffa menikahinya seperti ini, yang Lisa harap semoga lelaki itu tidak mempermainkan sebuah pernikahan.
Kata sah sudah terucap di kedua belah pihak. Lisa sekarang sudah sah menjadi istri Raffa. Semua berucap syukur, Raffa membisikkan sesuatu ke telinga gadis itu pelan.
"Sekarang kau sudah jadi istriku." Raffa tersenyum miring. "Bersiaplah!"
Membuat bulu kuduk Lisa merinding.
bersiap apa? Apa maksudnya?
"Akhirnya sayangku menikah juga. Ingat, selalu turuti apa kata suami mu. Jangan pernah membantah dan bahagiakan suami mu."
Itu wejangan dari Ayah Lisa, memberikan sedikit petuah agar pernikahan mereka tidak goyah walaupun ada masalah yang datang. Ingat, pernikahan adalah awal dimulainya kehidupan yang baru. Inilah kehidupan yang sesungguhnya.
Entah kenapa anak semata wayangnya ini terharu mendengar nasihat orangtua. Lisa memeluk erat Dani dan Mia, ia janji akan menjaga amanah dari orangtuanya.
Raffa mengeluarkan kalung berlian duapuluh empat karat sebagai mas kawin tadi, mengalungkan dileher Lisa.
"Cantik." Raffa memebelai lembut leher gadis itu. "Jangan pernah dilepas."
Wajah Lisa langsung memerah mendengar pujian itu. Dani dan Mia tidak kuat menahan haru, semoga anaknya ini bisa mendapatkan kebahagiaan dari menantu kaya dan tampan dan juga mencintainya. Mereka lantas diantar pulang oleh Juna, tidak lupa lelaki itu memberikan banyak sekali buah tangan untu orangtua Lisa. Sekali lagi, mereka tidak berhenti berucap syukur.
Surat-surat pun akan diurus semua oleh Juna. Kini, Lisa dibawa pulang oleh suami baru dengan mobil yang lain. Lisa merasa gugup, dia akan dibawa ke rumah Raffa.
Sementara Raffa yang tengah mengemudi kan mobilnya menyeringai penuh teka-teki.
"Aku akan mengikatmu."
Selama perjalanan Lisa masih diam merasa ini hanyalah mimpi. Namun seketika sadar, tangan lelaki disampingnya menggenggam tangan gadis itu sebentar lalu melepaskannya lagi. Ya, ini bukan mimpi."Kau senang, akhirnya bisa menikah denganku? Itu impianmu kan?" Raffa melirik sekilas lalu kembali menatap jalanan.Menunggu Lisa yang tak kunjung menjawab, Raffa mulai berbicara lagi."Kau ingat, dibuku Diary yang kau tulis? Kau memimpikan berharap lelaki itu adalah a--""Iya, aku senang." Lisa menjawab cepat namun pandangannya masih menunduk menahan gugup.Kenapa ia bisa segugup ini? Raffa menarik sudut bibirnya."Baguslah."Mobil sampai, penjaga rumah memberi hormat padanya, memasuki sebuah gerbang besar dengan halaman yang luas. Ditengahnya terdapat air mancur mini yang cantik, taman bunga, juga pohon-pohon yang berjejer rapi.'apakah ada orangtuanya diru
Seperti kata orang-orang, disaat mereka sudah menikah disaat itu pula sifat dan sikap pasangan yang tidak mereka tunjukkan saat masih berstatus pacaran, akan keluar sifat aslinya setelah menikah. Entah itu prilaku atau kebiasaan kecil lainnya yang saat ini Lisa tunjukkan. Tidak ada yang tahu seperti apa dirinya saat sedang tidur. Gaya tidurnya bahkan jauh dari kata elegan. Rambut sudah mekar seperti singa dengan mulut sedikit terbuka namun untungnya tidak ada air liur yang keluar. Ditambah saat ini dia sedang tidur di tempat tidur termahal dan terbaik membuat kesadarannya semakin jauh jatuh ke alam mimpi. Nikmat sekali tidurnya tuan putri ini.Namun kenikmatannya tidak bertahan lama saat mendengar seorang pelayan mengetuk pintu."Nona, maaf kami membangunkan mu." pelayan itu masuk setelah mendengar jawaban dari Lisa.Gadis itu terduduk masih dengan setengah sadar. Mengucek mata dan melihat dengan jelas ada empat pelayan yang masuk m
Lisa kini sudah berada di meja makan bersama Raffa. Gadis itu masih melamunkan peristiwa tadi pagi saat dirinya bangun tidur karena mendengar gemericik air di dalam kamar mandi di kamarnya. Tak berapa lama dirinya melihat Raffa keluar dengan keadaan tubuh dan wajah yang segar.'sepertinya dia sudah mandi, jam berapa semalam dia pulang ya?'"Kau sudah bangun?" Raffa berjalan melewatinya kearah lemari pakaian seraya mengusap-usap rambut basah dengan handuk kecil. "Aku baru tahu kalau tidurmu seperti kebo."Lisa yang mendengar itu terlonjak kaget dan malu, dia akui memang tidurnya seperti itu. Tapi, sekarang dia sudah menikah dengan laki-laki didepannya itu. Sebisa mungkin harus jaga sikap dan terlihat untuk tidak memalukan. Raffa belum membuka lemari, lelaki itu berbalik menatap Lisa.'astaga, tubuhnya atletis sekali. Bolehkah aku memeluknya? Hihihi'"Tapi aku suka." lagi-lagi senyuman miring ya
Mempunyai rumah impian seperti istana adalah keinginan semua orang. Ya, termasuk Lisa, bahkan gadis itu sudah memimpikannya sejak masih di bangku sekolah. Rumah besar, punya banyak mobil, punya suami tampan dan kaya. Bahkan sekarang itu semua sudah dia dapatkan. Benar-benar beruntung hidup gadis itu. Tapi masalahnya satu pertanyaan yang masih mengganjal dipikiran Lisa. Tentang pernikahan mendadak nya, jika alasan Raffa menikahinya hanya karena ingin mewujudkan ke-haluannya itu bisa di toleransi dan Lisa akan berterima kasih karena itu. Karena Raffa benar-benar mewujudkannya. Jika karena alasan lain yang selama ini Lisa takutkan? Balas dendam karena pernah menjadi penguntit?Masuk ke dalam rumah sudah disambut oleh delapan pelayan wanita, Lisa benar-benar merasa dilayani seperti tuan puteri dirumah yang seperti istana ini."Mari, Nona.""Apa yang kalian lakukan?""Kami akan memandikan Nona."
Pagi-pagi, Lisa kembali mendengar gemericik air yang ia tahu pasti didalam kamar mandi siapa lagi kalau bukan Raffa. Kapan suaminya pulang, gadis itu tidak tahu. Ingin menanyakan namun selalu urung dilakukan. Lisa tidak berani untuk menanyakan hal-hal seperti yang biasa suami istri lakukan. Kenapa? Padahal mereka sudah menikah walaupun baru dua hari pernikahan. Tapi itu terbilang takut terlalu buru-buru. Biarkan saja, toh suaminya itu selalu pulang ke rumah mereka. 'Oh my God, terima kasih Tuhan. Pagi-pagi aku sudah mendapatkan nikmatmu yang begitu indah sedang berdiri dihadapanku.' Lisa langsung terpesona melihat Raffa keluar dari kamar mandi memakai handuk sepinggang dengan beberapa tetesan air segar yang mengucur dari rambutnya. Otot perut yang terlihat seperti batu bata semakin membuat wanita itu ingin menyentuhnya. Walaupun yang Lisa tahu suaminya selalu sibuk bekerja tapi lelaki itu
Mall terbesar di kota itu menjadi tempat yang akan didatangi Raffa dan Lisa. Mall termewah dan terlengkap adalah milik lelaki yang menggandeng tangan Lisa disampingnya. Setelah lulus kuliah tahun lalu, selain memegang perusahaan dengan jabatan tertinggi, Raffa juga memegang bisnis lainnya. Beberapa mall di sudut kota, kafe, restoran, hotel dan apartemen, semua hampir lelaki itu pegang. Bisa dihitung, setengah pertokoan dari kota itu adalah miliknya. Lelaki itu benar-benar sukses dimasa muda nya, walaupun sebagian adalah pemberian dari sang Ayah yang dikelola balik oleh sang anak.'hanya dalam mimpi aku bisa kesini dan sekarang aku benar-benar disini.'"Kau belum pernah kesini, istriku?"Lisa menggeleng cepat masih memperhatikan area mall yang luas dengan interior mewah."Kasihan sekali hidupmu."'Hei, kau suka sekali menghina orang sepertinya.'Raffa melirik Juna yang langsung
Sudah seminggu lebih berlalu dan Lisa merasa sedikit di acuhkan. Sejak obrolan mereka terakhir, saat Lisa menanyakan reepsi. Sejak saat itu Raffa tidak pernah mengajaknya berbicara dahulu. Setiap Lisa bertanya, sang suami hanya menjawab seperlunya. Setelah itu tidak ada obrolan lain, walaupun akhir-akhir ini Raffa selalu tidur bersama dengannya. Dalam artian tidur biasa dan tidak melakukan apa-apa.Sungguh, gadis itu merasa seperti istri yang tidak dianggap sekarang. Padahal saat dirumah dirinya selalu memakai gaun dan merias diri. Belajar di beberapa sosial media tentang make up, dan Lisa berhasil. Minimal dia tahu nama-nama alat make up dan cara memakainya untuk berdandan simpel dan natural. Lisa melakukannya demi Raffa, dirinya ingin melihat sang suami senang atas kerja kerasnya. Namun bukannya diberi pujian atau kata-kata romantis, Raffa hanya menjawab dengan senyum. Ah gadis itu sudah benar-benar seperti seorang istri yang ingin membahagiakan suami. Statu
Benar ya kata orang, untuk apa semua harta yang dia punya. Untuk apa tinggal dirumah mewah bak istana jika didalamnya tidak ada perasaan cinta yang tumbuh satu sama lain, khusunya tumbuh dalam hati suaminya. Ternyata semua itu tidak menjamin kebahagiaan, harta yang sekarang dirinya miliki yang jelas itu dari sang suami, jelas tidak bisa membuatnya bahagia. Hanya sebuah perasaan cinta yang tulus dan merasa dirinya dihargai sebagai seorang istrinya lah dia mungkin akan bahagia. Istilahnya, walaupun hanya tinggal di gubuk kecil tapi kedua insan saling mencintai, itu akan merasa sangat indah. Lisa pasti akan menemukan kebahagiaan disana.Lebih baik tinggal di gubuk kecil, asal bahagia. Daripada dirumah bak istana tapi seperti orang asing, dingin dan sepi. Ungkapan semua yang ada dalam buku Diary nya dulu, ternyata salah. Gadis itu teringat pernah menuliskan beberapa kalimat dalam Diary nya yang berisi bahwa impian terbesarnya adalah menikah dengan pria kaya dan tampan.