Hujan turun begitu lebatnya di malam hari yang begitu sunyi ini, terlihat Diana tengah merapikan pakaian nya serta barang-barang yang lain yang akan ia bawa esok. Besok ia akan pergi berangkat ke ibu kota untuk melanjutkan pendidikan nya di salah satu universitas swasta di daerah Jakarta selatan. Ia sebelum nya sudah mengikuti ujian tingkat nasional pada universitas negeri di daerah Bandung dan Yogyakarta, namun karena jurusan yang ia ambil merupakan jurusan yang memiliki kapasitas yang sedikit dan terbatas maka ia pun tidak lolos ujian tersebut. Masih tidak habis di pikir jika Diana tetap teguh pada pendirian nya, sejak awal menduduki kelas 2 SMP ia pernah berkata pada sahabat dekatnya Melinda jika suatu saat nanti ia akan pergi ke Bandung atau Jakarta untuk melanjutkan pendidikan bersama dengan nya. Namun setelah waktu nya akan tiba, Melinda memilih tetap melanjutkan pendidikan di kampung, karena tidak jauh dari rumah nya ada sebuah universitas negeri yang hanya menyebrangi perbatasan kabupaten. Sejak dulu Diana sudah berjanji pada diri nya sendiri jika ia harus bisa keluar dari lingkungan ini untuk bisa merubah kehidupan nya menjadi sedikit lebih baik. Siapa sangka tinggal di dalam lingkungan keluarga besar sangat lah enak, entah mungkin ini terjadi pada semua orang atau hanya keluarga Diana saja dimana semua anggota keluarga akan terlihat kompak di luaran sanah namun saling melemparkan sebuah pisau. Keluarga Diana memang tinggal pada tanah keluarga dari ayah Diana, dimana tanah tersebut adalah warisan milik Ibu dari ayah Diana yang di berikan kepada ayah Diana. Pada tanah tersebut sebagian besar adalah milik dari adik-adiknya nenek Diana, jadi dengan begitu mereka memberika jatah tanah di bagian belakang dimana di sanah terdapat tempat pembuangan sampah dan pemakaman keluarga. Ada saat nya dimana dulu keluarga Diana sangat di kucilkan dan tidak di anggap oleh keluarga besar yang lain nya. Bisa di bilang sejak kecil sudah mendapatkan sebuah background yang gelap dari keluarganya.
Diana Nampak sudah membereskan semua barang-barang yang akan ia bawa besok ke tempat kost, ia pun merebahkan badan nya di kasurnya sambil memainkan handphone. Melihat history chatting dan membuka pesan lama dirinya bersama dengan Fahri, mantan kakak kelasnya saat SMP dulu. Cinta pertama nya yang bahkan hanya sebatas suka sebelah pihak. Kenangan di antara Diana dan Fahri mungkin tidak berjalan indah layak nya yang lain, Diana menyukai Fahri dan Fahri mengetahui hal tersebut, namun ia memilih untuk tidak menjawab apapun untuk Diana. Kenangan yang pernah terjalin di antara nya pun terbilang cukup singkat, mereka hanya pernah pergi bersama 1 kali dan itu pun hanya 4 jam.
Kini Fahri sudah memiliki pacar yang sudah cukup lama iya pacari setelah pertengkaran nya dengan Melinda yang tidak bisa menerima jika Fahri tidak bisa menghargai perasaan Diana. Ingin rasanya Diana mengirim pesan pada Fahri walau pun hanya sekedar berpamitan, namun hati nya ragu untuk melakukan nya karena biar bagaimana pun Fahri akan tetap salah paham pada yang di lakukan oleh Diana.
Mobil berwarna merah pudar terlihat parkir di dekat rumah Diana,mobil tersebut adalah mobil sewaan yang di berikan oleh saudara Diana yang akan di gunakan untuk mengantarkanya ke ibu kota. " ibu aku harus pamitan gak sama mereka ?" Tanya Diana pada ibunya. " pamitan aja, nanti kalau gak pamitan dibilang gimana " sahut ibu. Dalam hati Diana rasanya tidak ingin bersalaman pada paman ayah nya serta keluarga yang lain, dirinya masih mengingat apa yang terjadi saat hari raya lebaran dimana mereka tengah asik berfoto-foto tiba-tiba menjauh hanya karena Diana dan keluarga nya datang.
Dengan berat hati ia pun berpamitan kepada keluarga besarnya dan segera pergi berangkat menuju ibu kota, kota metropolitan dimana selalu ada kata slogan " Jakarta keras ".
" aku gak akan kembali sebelum bisa di banggain sama orang tuaku " janji Diana di dalam hatinya. Ia pun menoleh ke arah jendela melihat kendaraan lain berlalu lalang di jalanan, walau sedikit berat pergi meninggalkan kedua orang tuanya tapi Diana yakin itu adalah hal yang terbaik yang harus ia lakukan. Segala sesuatu yang sudah ia persiapkan sejak jauh-jauh hari hanya tinggal ia jalankan dengan baik, termasuk alasan besar dirinya pergi menjauhi kampung halaman nya untuk pergi menjauh dari Fahri dan melupakan semua hal tentang dirinya. Mencoba mengikhlaskan nya menjalin kasih dengan yang lain, yang perlu ia lakukan hanya pergi jauh, melupakan dan menata kehidupan nya dengan baik karena di satu sisi ada dua orang yang sangat menaruh harapan pada dirinya, yaitu Ibu dan ayah.
" nanti kalau di sanah jangan bandel, jangan sampe salah gaul. Harus bener-bener rajin sama serius belajarnya, kita itu orang gak punya, hidup kita aja selalu di pandang sebelah mata sama keluarga ayah kamu jadi buktiin kalau kamu bisa sukses. Jaga diri nanti kalau cari kerjaan, apapun kerjaan nya jalanin aja yang penting halal. Kasihan ayah kamu harus biaya kakak kamu juga. " sahut ibu. Diana pun terdiam, ia mengerti apa yang di katakan ibu nya. Ayah sudah bekerja keras saat usia nya muda dan menjadi tulang punggung keluarga bahkan di usia nya yang sudah akan pensiun, penghasilan warung yang ibu kelola pun hanya cukup untuk makan sehari –hari saja. Terkadang ayah juga sering bertengkar dengan ibu hanya Karena masalah ekonomi dan hal-hal yang kecil. Memikirkan nya saja Diana serasa ingin menangis, mengingat bagaimana masa kecil nya yang jauh dari mainan anak-anak yang bagus dan terbuat dari bahan-bahan tertentu. Ayah selalu membuatkan mainan dari kayu untuk Diana dan kakak nya bermain, bahkan jika membeli mainan bagus pun harus berbagi dengan sang kakak yang saat itu memang tidak jauh jarak umur antara Diana dan kakak nya.
Tidak berapa mereka pun sampai di sebuah kost an yang berada di salah satu kompleks yang terletak tidak jauh dari jalan besar, namun jarak antara kost dan universitas cukup jauh. Diana menemukan kost tersebut karena ajakan dari salah satu teman nya yang ia temui saat tes universitas, kost tersebut memang terlihat cukup bagus dan memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Jika saja ia bisa menemukan kost an yang harga nya terjangkau dengan cepat ia tidak akan mau tinggal di dalam kost yang bagus seperti ini, apalagi harus tinggal dengan orang yang bahkan berbeda kharakter dengan diri nya. Barang – barang pun di rapikan dan Diana pun segera memasukkan pakaian nya kedalam lemari, saat itu teman sekamar nya belum tiba di sanah, ia akan datang ke kost nanti malam agar suasana jalanan tidak terlalu macet. Di dalam kamar terlihat fasilitas yang cukup lengkap seperti TV, Ac, dan kamar mandi di dalam ruangan. Tempat tidur nya pun jenis tempat tidur dua susun dimana cocok untuk ia tempat dengan teman sekamar nya tersebut.
" udah ya_ jaga diri baik-baik, jangan bandel " sahut Ibu sambil membereskan sisa sisa tempat makan yang sudah kosong. Rasanya tidak ingin berpisah dengan mereka dengan cepat, Diana hanya bisa melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah mobil yang membawa nya ke Jakarta tadi. Setelah mobil tersebut tidak terlihat lagi, Diana pun masuk ke dalam kamar nya dan membereskan pakaian nya dan barang-barang nya yang lain. Dengan sangat baik ia menjalankan apa yang di pesan kan oleh ibu nya untuk tetap memperkuat iman nya, terasa sangat sunyi setelah semua nya pergi meninggalkan dirinya disini. Kini tinggal Diana sendiri yang berada di ibu kota, menjalankan semua yang sudah ia susun dan bertahan hidup di dalam kerasnya kota metropolitan tersebut demi orang-orang yang sangat mengharapkan dirinya, mengharumkan nama keluarga dan dengan begitu orang-orang tidak akan mengucilkan keluarga nya lagi.
Waktu menunjukkan pukul 7 malam, dan teman sekamar Diana pun baru tiba dan sampai di tempat kost. Ia datang dengan sebuah mobil yang membawa barang – barang nya, dengan inisiatif nya Diana pun langsung bersalaman dengan sang ibu dari teman sekamar nya tersebut, Ia bahkan membantu nya untuk membawakan barang-barang teman sekamar nya tersebut ke dalam kamar. Sambil mengeluarkan pakaian sang anak di dalam tas, ia pun bertanya kepada Diana dan sekedar mengajak nya berbicara sedikit." nama kamu siapa ?".Mendengar pertanyaan tersebut Diana pun langsung menjawab nya dengan santai" nama saya Diana bu, saya dari daerah sekitaran perbatasan karawang ". Si ibu pun tersenyum dengan hangat, merasa semua pakaian anak nya sudah rapih dan barang-barang nya sudah tertata di tempat nya maka iya pun akan segera bergegas untuk pulang." Diana, ibu titip anak ibu Hani ya, dia gak pernah beres-beres atau ngelakuin tugas rumahan. Kalau kamu liat Hani gak cu
Kendaran sangat ramai berlalu lalang di jalan raya, Diana pun menoleh ke kanan dan kiri nya untuk menyebrangi jembatan penyebrangan saat dirinya keluar dari stasiun. Ia pun melihat handphone nya dan melihat jam saat ini, dengan cepat ia pun berlari ke arah persimpangan jalan yang ada di dekat sebuah toko klontong yang ada di dekat lampu merah. Di sana sudah ada Melisa teman nya yang seharus nya ia temui saat akan masuk memulai perkuliahan namun karena ia pernah bercerita akan menjalani interview di salah satu perusahaan yang satu arah dengan tempat Melisa Bekerja, maka dengan senang hati ia pun menawari Diana untuk pergi dengan nya ke tempat tersebut. Dengan di bantu oleh maps yang ada di handphone nya dan arah petujuk yang ia tanyakan kepada orang-orang sekitar Diana dan Melisa pun akhirnya menemukan tempat interview tersebut. Sangat di sayang kan tempat nya terletak cukup jauh dari stasiun kereta dan terminal busway, sehingga pasti nya akan memakan ongkos yang cukup untuk ke
Diana pun keluar dengan ekspresi wajah yang terlihat lelah, ia sudah merasa jika diri nya tidak akan lolos dalam interview kali ini. ia pun keluar dari dalam tempat tersebut dan melihat jika orang yang tadi mengobrol dengan nya di ruang tunggu tengah menunggu diri nya. Ia menawar kan diri untuk mengantarkan Diana sampai ke stasiun dengan motor nya, walaupun ia juga kurang tahu dimana letak stasiun kereta terdekat berada tapi setidak nya jika menaiki motor mereka tidak akan kesulitan dalam mencari tujuan nya.“ nama kakak siapa kak ? aku Diana kak “ Tanya Diana sambil tersenyum ramah.“ Dini … kamu udah dapet rute nya belum? Coba cari stasiun terdekat “Diana pun langsung mencari rute stasiun terdekat dan memang ada beberapa yang muncul di layar dan langsung di klik oleh Diana, karena tidak mau berlama-lama lagi mereka pun akhir nya pergi dan menuju ke arah stasiun terdekat tapi sayang mereka malah berjalan menjauh dari rute.
Malam pun mulai semakin larut dengan keheningan malam yang sepi dan sunyi, hembusan angin yang memasuki kalbu membuat siapa pun dapat terlarut dalam lamuan nya. Sajak sajak puisi di tuliskan dan di untaikan di sebuah kertas diary, yang bersaksikan dinding dinding yang diam di depan wajah. Kertas demi kertas semakin terisi oleh sajak puisi dan diary yang dituliskan oleh Diana untuk seseorang yang masih ia cintai di masa lalu dan masih ada sampai saat ini jauh di lubuk hati nya yang sangat dalam, ya dialah Fahri kakak kelas nya saat SMP sekaligus cinta pertama bagi nya. Ingatan itu masih sangat jelas di dalam ingatan Diana, ketika awal iya bertemu dengan nya dan sekedar mengagumi yang kemudian terjebak dalam rasa suka dan akhir nya terluka sendirian. Tidak semua yang di nama kan cinta pertama akan berjalan dengan indah, mungkin tidak untuk Diana yang mendapat kan hal yang berbeda dan sangat sangat jauh lebih bermakna di dalam hidup nya, yaitu rasa nya di ca
Jam pun menunjuk kan pukul 16:40 sore, Diana pun segera bergegas menuju ke kelas nya. Hari ini ia ada kelas pada jam 5 sore, ya Diana memang mengambil perkuliahan pada sore hari agar waktu pagi dan siang nya bisa ia gunakan untuk mencari pekerjaan atau pun sekedar membereskan kamar nya dan mencuci pakaian nya. Saat sampai I kelas ia pun duduk di dekat jendela tepat di barisan ketiga dari kursi depan, ia rasa ia akan lebih nyaman jika berada cukup jauh dari meja dosen. Semenjak lulus SMA Diana merasa diri nya telah banyak mengalami perubahan. Ia biasa nya sangat aktif dengan club seni baik drama atau pun dance, namun saat lulus dan memasuki dunia perkuliahan ia menjadi tidak tertarik sama sekali dengan hal hal yang biasa nya sangat ia sukai atau bisa di bilang adalah salah satu hobby nya. Mungkin salah satu alasan nya ialah lebih baik mencari pekerjaan dari pada menghabis kan waktu dengan hal yang tidak akan membuat nya terlihat, jika ia lebih memilih mendedikasi kan wakt
Setelah menelepon keluarga nya yang berada di kampung, Diana pun kembali membereskan buku-buku nya. Ketika ia keluar dari kamar nya langit pun terlihat mulai mendung dan angin bertiup cukup kencang di luar pertada akan segera turun nya hujan, melihat hal itu Diana pun segera mengangkat jemuran pakaian nya dan menggantung kan nya di paku yang ada di belakang pintu kamar nya. Akhir-akhir ini di memang sudah mulai sering turun hujan di daerah Jakarta dan sekitar nya, biasa nya di pagi hari atau bahkan seharian hujan yang terkadang turun dengan lebat nya. Diana tidak akan keluar kamar setelah ini Karena ya di waktu hujan lah saat saat yang tepat untuk nya tidur, di saat saat hati nya merasa sangat lelah dan pikiran nya kacau menangis sampai tidur adalah pilihan yang sangat tepat untuk nya agar ketika ia membuka mata nya ia melupakan semua masalah nya. Ia pun merebahkan diri nya dan menutupi mata nya dengan tangan nya, sambil merebahkan diri nya ia pun meneteskan air mata nya sedikit dem
Angin berhembus dengan lembutnya menyapu tiap helai rambut Diana yang tengah berdiri di jembatan penyebrangan yang berada tidak jauh dari stasiun kereta. Hari ini ia sudah menjalani interview di salah satu restoran cepat saji yang berada tidak jauh dari stasiun kereta Pasar Minggu, dirinya akan menunggu selama satu minggu untuk mendapatkan kabar diterima atau tidaknya ia bekerja sebagai pramusaji di restoran tersebut. Diana pun menoleh ke arah sekitar nya, banyak orang-orang yang berlalu lalang di sekitar nya dengan wajah yang berseri-seri. “ sudah sejauh ini aku melangkah, aku tidak bisa kembali ke titik awal lagi “ sahut Diana pelan.Saat hanyut di dalam pikiran ya, Diana pun tiba-tiba mengingat Fahri. Sudah sangat lama ia tidak melihat nya dan hanya melihat melalui postingan yang fahri buat di media social nya. Diana pun membuka handphone nya dan membaca ulang pesan-pesan yang dulu Fahri kirim kan untuk Diana, jauh
Saat tengah bercanda tawa dengan Bella,Dinda, Nadia,dan Sarah tiba-tiba sebuah pesan masuk dari salah satu teman online Diana yang tinggal di salah satu daerah di Jakarta Selatan. Melihat notifikasi tersebut, Diana pun langsung bergegas untuk membuka handphone miliknya. Temannya memberitahukan jika dirinya akan mengunjungi nya dalam waktu dekat, sekedar ingin tahu langsung bagaimana keadan Diana dan dimana lokasi tempatnya menetap. Diana pun hanya membalas nya dengan mengetikkan kat “ iya” tanpa melanjutkan kalimat nya lagi dan langsung mengirimkn pen tersebut pada temannya.“ temen-temen, hari minggu nanti kalian pulang gak ke rumah kalian ? “Mendengarkan pertayaan dari Diana tersebut, mereka pun langsung menjawabnya dengan cepat terlebih Bella yang memang setiap minggu akan pulang dan kembali setelah perkuliahan masuk.“ aku biasa sih pulang ““ Kamu emang gak pulang lagi Diana ?”“ kayak nya
Dengan mata yang masih memperhati kan mereka, aku melihat bagaimana rasa takut mereka terlihat di depan mata ku sendiri. Aku berdiri tepat di samping Radit sambil berbincang dengan nya tentang apa yang sebenar nya terjadi di antara aku dan mereka teman-teman ku, Radit hanya tersenyum dan mendukung apa yang membuat diri ku bisa tersenyum, tapi sangat di sayang kan Radit tidak mengerti apa maksud ku dan ia masih belum bisa melihat seperti apa diri ku yang sebenar nya ini. Seseorang akan menunjuk kan siapa diri nya di kala mereka tengah marah, dan emosi yang sudah lama aku pendam selama ini akhir nya aku lepas kan juga.Di saat aku memainkan emosi ku terhadap mereka, aku pun tidak melupakan bagaimana tugas ku di sana. setiap kali pelanggan sudah selesai makan aku akan langsung membereskan meja tesebut dan kembali berdiri di dekat kasir untuk melihat bagaimana teman-teman ku, apakah mereka bisa memakan makanan mereka dengan tenang tanpa ada nya rasa bersalah dengan ap
Dengan semangat baru ku, aku merasa jika semua yang aku kerjakan sangat lah ringan dan terasa sangat mudah. Aku seperti telah kembali menemukan siapa diri ku sendiri di dalam masa yang sudah sangat berbeda ini, saat semua nya seudah selesai mbak Arni pun membuka Restaurant dan kembali ke tempat nya, sedang kan aku pun berdiri sebentar di depan pintu dapur untuk menunggu para pelanggan yang akan datang nanti nya. kini aku perlahan bisa mengatasi semua rasa yang selalu saja mengganggu ku setiap hari nya, perasan down yang hanya akan muncul kembali di saat diri ini merasa tidak lagi berguna dan terabai kan, tapi hari ini aku malah bersikap masa bodo akan semua hal itu, seperti apa yang aku rasakan kemarin di saat aku melihat teman ku mengabaikan diri ku, seharus nya aku saat ini tengah down dan itu yang mereka semua ingin kan bukan? tapi sekarang aku adalah Ratu di dalam hidup ku sendiri, aku lah peran utama di dalam hidup ku, dan tidak akan aku biarkan seseorang mengendali kan diri ku
Untung saja Aku dan Radit pulang pada pukul sembilan malam atau pun pukul sepuluh malam, karena saat ini saja Aku dan Radit sampai pada Kost tepat pukul sebelas malam. Suasana di sekitaran kost pasti nya sudah sangat sunyi, tidak sengaja Aku dan Radit berpapasan dengan beberapa penghuni kost yang lain nya di depan gerbang dengan pakaian yang sangat minim,mereka baru saja keluar dari kost dan akan pergi ke club malam. Suasana seperti ini seperti hal yang sudah biasa kami lihat dan seperti menjadi sebuah hal yang biasa bagi yang lain nya." Radit, terima kasih ya udah anterin aku sampai di kost an."" Iya sama-sama. Yaudah langsung masuk aja, langsung istirahat besok harus pergi kerja kan."" emm..Iya"Radit pun memutar kan motor nya dan perlahan pergi dari pandangan ku, dengan perlahan aku membuka pintu gerbang dan masuk ke dalam kost, Aku berjalan mengambil langkah yang kecil, saat aku akan berbelok menuju kamar ku tiba-tiba aku mendengar sua
" Din, kamu baik-baik aja? "" Aku baik-baik aja, lebih baik gak usah bahas masalah aku ya."" emmm..ok "Aku pun tersenyum di depan Radit, menyembunyikan rasa tidak nyaman akan pertanyaan yang tadi di lontar kan oleh diri nya tadi, tapi aku tidak mau terbawa suasana karena Radit tidak tahu apa-apa tentang masalah ku di masa lalu. Aku dan Radit pun akhir nya melanjutkan langkah kami berdua dan kembali menikmati angin malam, di saat seperti ini entah kenapa aku merasa mulai lapar,seharus nya sebelum pergi aku makan terlebih dahulu kalau pun aku makan bakso sekarang pasti nya tetap akan merasa kan lapar lagi beberapa menit kemudian.Jika seperti ini rasa nya aku ingin selalu berjalan-jalan di malam hari untuk menyegar kan pikiran ku, tapi apa daya aku ada perkuliahan pada malam hari dan itu juga mungkin bisa di katakan sebagai jalan-jalan walaupun hanya melihat pemandangan berbagai macam kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. semua usaha pasti nya aka
Radit mengajak ku untuk berjalan-jalan di sekitaran taman yang ada di Monumen nasional atau yang lebih di kenal sebagai Monas, mungkin adalah ini pertama kali nya aku pergi di saat matahari sudah tenggelam oleh malam yang kini di penuhi bintang-bintang yang menghiasi langi yang gelap. Aku sangat dengan hanya menikmati angin malam di luar, entah kenapa membuat pikiran ku sedikit lebih rileks dari sebelum nya, walau pun aku sempat mengingat hal ynag terjadi sore tadi tapi sekarang aku tidak mau mengambil pusing." Suasana nya Ramai ya--" bisik ku pada Radit." Ya nama nya juga tempat wisata, kalau mau sepi ya di hutan."" hutan rame juga sih.."" Jangan ngomong hal yang gak berbobot deh Din."" Ya kan nama nya juga nanya, kalau gak mau jawab juga kan bisa tinggal bilang aja."Radit yang berjalan di depan ku itu pun langsung menghenti kan langkah nya, yang membuat diriku menabrak diri nya." kamu itu orang nya emang suka ngaj
Hari demi hari terus berjalan, tugas kuliah ku pun semakin menumpuk dan membuat aku kembali sulit untuk tidur cepat. Sikap Radit pada ku pun perlahan berubah menjadi lebih baik, entah ini berkaitan dengan gaya rambut yang aku pilih waktu itu atau bukan tapi aku rasa itu lebih baik dari pada saling sindir saat berbicara di dalam satu ruang lingkup. Ia sering membelikan ku sebuah buku satra dan novel dan sesekali mengirimkan makanan untuk ku saat malam, membuat aku sedikit merasa lega karena ada yang masih perhatian terhadap diri ku.Sejak aku bekerja, aku menjadi tidak memiliki waktu untuk berkumpul dengan teman-teman kost ku lagi, bahkan di saat waktu libur ku pun aku malah di sibuk kan dengan tugas kuliah, mencuci pakaian, dan menyetrika pakaian. Mungkin itu adalah alasan mengapa teman-teman ku perlahan terasa jauh dari ku, yang bisa aku lakukan saat ini adalah menyibuk kan diri ku sendiri agar aku tidak merasa kan kesepian di dalam hati ku lagi. Aku bisa menjadi diri ku yan
Hari ini benar-benar adalah hari yang terasa sangat melelah kan untuk ku, saat jam istirahat tadi aku mendapati sebuah pesan dari kak Fahri yang langsung membuat suasana hati ku mulai terasa berbeda. Aku merasa kan jika aku tengah kembali sampai pada titik terendah ku, dan satu-satu nya kelemahan ku adalah masa lalu dan semua kenangan yang pernah terjadi sana. saat sampai ke kost seharus nya aku sudah tertidur dengan nyeyak di tempat tidur ku, dan bermimpi dengan indah nya, tapi yang terjadi saat ini adalah terdiam nya diri ku di ruangan ini. MUngkin kah masa lalu yang aku jalani adalah sebuah kesalahan diri ku, seharus nya jika saat itu aku tahu jika kak Fahri tidak membalas perasaan ku, harus nya aku mundur dan menjauh dari nya bukan nya malah mendekat di saat ia hanya ingin bermain-main.Aku memang tidak bisa membaca atau pun menebak bagaimana isi hati dari seorang Fahri yang yang menjadi peran utama dalam masa lalu ku yang kurang baik ini, sifat yang s
Hari ini aku dan Radit pergi bersama ke restaurant, kami berdua pergi dari apartemen pada pagi-pagi buta karena aku harus kembali ke kost an ku terlebih dahulu untuk mengganti pakaian ku. Radit menunggu ku di depan gerbang kost dan aku pun masuk dengan perlahan ke dalam kost an karena takut membuat yang lain bangun, dengan cepat aku berlari kecil menuju kamar ku dan seperti biasa nya para kucing lah yang akan menyambut ku dengan ramah. Sejenak aku membaringkan tubuh ku di tempat tidur dan memejam kan mata ku sebentar, dengan menghela nafas berat, aku pun mencoba untuk kembali bangkit dari tempat ku dan membuka lemari untuk berganti pakaian, aku melihat ke arah keranjang pakaian kotor ku yang sudah mulai terisi penuh tengah menyapa ku untuk segera di eksekusi.Karena tidak ada baju yang formal lagi, akhir nya aku pun mengambil sebuah kemeja berwarna hitam dengan celana jeans yang berwarna hitam juga, kembali aku merapikan riasan wajah ku yang tipis agar terlihat natural,
Aku pun perlahan membuka mata ku, yang aku rasa kan pertama kali adalah rasa sakit pada kepala ku yang sangat amat kuat. Aku mulai melihat ke arah sekeliling ku dan seperti nya diriku sangat asing pada tempat ini, aku pun menduduk kan badan ku dan mencoba berbaur dengan sekitar, sampai akhir nya pandangan ku pun terhenti pada seseorang. " Astaga!" aku pun terkejut dengan apa yang aku lihat di depan ku, mengapa Radit hanya memakai handuk dan menutupi bagian bawah nya saja." Tenang aja, aku gak apa-apain kamu kok " sahut radit yang tengah mengering kan rambut nya dengan handuk kecil.Dengan sangat cepat aku pun meraba-raba tubuh ku dan memeriksa nya apakah semua nya masih aman atau Radit sudah berbuat kotor pada ku, " syukurlah .... " semua nya masih aman, tapi kenapa Radit begitu konyol nya malah berjalan menghampiri diriku dengan keadaan seperti itu." tadi kamu pas nangis kayak nya kelelahan dan langsung ketiduran, aku mau nanya alamat kost an kamu