Hujan turun begitu lebatnya di malam hari yang begitu sunyi ini, terlihat Diana tengah merapikan pakaian nya serta barang-barang yang lain yang akan ia bawa esok. Besok ia akan pergi berangkat ke ibu kota untuk melanjutkan pendidikan nya di salah satu universitas swasta di daerah Jakarta selatan. Ia sebelum nya sudah mengikuti ujian tingkat nasional pada universitas negeri di daerah Bandung dan Yogyakarta, namun karena jurusan yang ia ambil merupakan jurusan yang memiliki kapasitas yang sedikit dan terbatas maka ia pun tidak lolos ujian tersebut. Masih tidak habis di pikir jika Diana tetap teguh pada pendirian nya, sejak awal menduduki kelas 2 SMP ia pernah berkata pada sahabat dekatnya Melinda jika suatu saat nanti ia akan pergi ke Bandung atau Jakarta untuk melanjutkan pendidikan bersama dengan nya. Namun setelah waktu nya akan tiba, Melinda memilih tetap melanjutkan pendidikan di kampung, karena tidak jauh dari rumah nya ada sebuah universitas negeri yang hanya menyebrangi perbatasan kabupaten. Sejak dulu Diana sudah berjanji pada diri nya sendiri jika ia harus bisa keluar dari lingkungan ini untuk bisa merubah kehidupan nya menjadi sedikit lebih baik. Siapa sangka tinggal di dalam lingkungan keluarga besar sangat lah enak, entah mungkin ini terjadi pada semua orang atau hanya keluarga Diana saja dimana semua anggota keluarga akan terlihat kompak di luaran sanah namun saling melemparkan sebuah pisau. Keluarga Diana memang tinggal pada tanah keluarga dari ayah Diana, dimana tanah tersebut adalah warisan milik Ibu dari ayah Diana yang di berikan kepada ayah Diana. Pada tanah tersebut sebagian besar adalah milik dari adik-adiknya nenek Diana, jadi dengan begitu mereka memberika jatah tanah di bagian belakang dimana di sanah terdapat tempat pembuangan sampah dan pemakaman keluarga. Ada saat nya dimana dulu keluarga Diana sangat di kucilkan dan tidak di anggap oleh keluarga besar yang lain nya. Bisa di bilang sejak kecil sudah mendapatkan sebuah background yang gelap dari keluarganya.
Diana Nampak sudah membereskan semua barang-barang yang akan ia bawa besok ke tempat kost, ia pun merebahkan badan nya di kasurnya sambil memainkan handphone. Melihat history chatting dan membuka pesan lama dirinya bersama dengan Fahri, mantan kakak kelasnya saat SMP dulu. Cinta pertama nya yang bahkan hanya sebatas suka sebelah pihak. Kenangan di antara Diana dan Fahri mungkin tidak berjalan indah layak nya yang lain, Diana menyukai Fahri dan Fahri mengetahui hal tersebut, namun ia memilih untuk tidak menjawab apapun untuk Diana. Kenangan yang pernah terjalin di antara nya pun terbilang cukup singkat, mereka hanya pernah pergi bersama 1 kali dan itu pun hanya 4 jam.
Kini Fahri sudah memiliki pacar yang sudah cukup lama iya pacari setelah pertengkaran nya dengan Melinda yang tidak bisa menerima jika Fahri tidak bisa menghargai perasaan Diana. Ingin rasanya Diana mengirim pesan pada Fahri walau pun hanya sekedar berpamitan, namun hati nya ragu untuk melakukan nya karena biar bagaimana pun Fahri akan tetap salah paham pada yang di lakukan oleh Diana.
Mobil berwarna merah pudar terlihat parkir di dekat rumah Diana,mobil tersebut adalah mobil sewaan yang di berikan oleh saudara Diana yang akan di gunakan untuk mengantarkanya ke ibu kota. " ibu aku harus pamitan gak sama mereka ?" Tanya Diana pada ibunya. " pamitan aja, nanti kalau gak pamitan dibilang gimana " sahut ibu. Dalam hati Diana rasanya tidak ingin bersalaman pada paman ayah nya serta keluarga yang lain, dirinya masih mengingat apa yang terjadi saat hari raya lebaran dimana mereka tengah asik berfoto-foto tiba-tiba menjauh hanya karena Diana dan keluarga nya datang.
Dengan berat hati ia pun berpamitan kepada keluarga besarnya dan segera pergi berangkat menuju ibu kota, kota metropolitan dimana selalu ada kata slogan " Jakarta keras ".
" aku gak akan kembali sebelum bisa di banggain sama orang tuaku " janji Diana di dalam hatinya. Ia pun menoleh ke arah jendela melihat kendaraan lain berlalu lalang di jalanan, walau sedikit berat pergi meninggalkan kedua orang tuanya tapi Diana yakin itu adalah hal yang terbaik yang harus ia lakukan. Segala sesuatu yang sudah ia persiapkan sejak jauh-jauh hari hanya tinggal ia jalankan dengan baik, termasuk alasan besar dirinya pergi menjauhi kampung halaman nya untuk pergi menjauh dari Fahri dan melupakan semua hal tentang dirinya. Mencoba mengikhlaskan nya menjalin kasih dengan yang lain, yang perlu ia lakukan hanya pergi jauh, melupakan dan menata kehidupan nya dengan baik karena di satu sisi ada dua orang yang sangat menaruh harapan pada dirinya, yaitu Ibu dan ayah.
" nanti kalau di sanah jangan bandel, jangan sampe salah gaul. Harus bener-bener rajin sama serius belajarnya, kita itu orang gak punya, hidup kita aja selalu di pandang sebelah mata sama keluarga ayah kamu jadi buktiin kalau kamu bisa sukses. Jaga diri nanti kalau cari kerjaan, apapun kerjaan nya jalanin aja yang penting halal. Kasihan ayah kamu harus biaya kakak kamu juga. " sahut ibu. Diana pun terdiam, ia mengerti apa yang di katakan ibu nya. Ayah sudah bekerja keras saat usia nya muda dan menjadi tulang punggung keluarga bahkan di usia nya yang sudah akan pensiun, penghasilan warung yang ibu kelola pun hanya cukup untuk makan sehari –hari saja. Terkadang ayah juga sering bertengkar dengan ibu hanya Karena masalah ekonomi dan hal-hal yang kecil. Memikirkan nya saja Diana serasa ingin menangis, mengingat bagaimana masa kecil nya yang jauh dari mainan anak-anak yang bagus dan terbuat dari bahan-bahan tertentu. Ayah selalu membuatkan mainan dari kayu untuk Diana dan kakak nya bermain, bahkan jika membeli mainan bagus pun harus berbagi dengan sang kakak yang saat itu memang tidak jauh jarak umur antara Diana dan kakak nya.
Tidak berapa mereka pun sampai di sebuah kost an yang berada di salah satu kompleks yang terletak tidak jauh dari jalan besar, namun jarak antara kost dan universitas cukup jauh. Diana menemukan kost tersebut karena ajakan dari salah satu teman nya yang ia temui saat tes universitas, kost tersebut memang terlihat cukup bagus dan memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Jika saja ia bisa menemukan kost an yang harga nya terjangkau dengan cepat ia tidak akan mau tinggal di dalam kost yang bagus seperti ini, apalagi harus tinggal dengan orang yang bahkan berbeda kharakter dengan diri nya. Barang – barang pun di rapikan dan Diana pun segera memasukkan pakaian nya kedalam lemari, saat itu teman sekamar nya belum tiba di sanah, ia akan datang ke kost nanti malam agar suasana jalanan tidak terlalu macet. Di dalam kamar terlihat fasilitas yang cukup lengkap seperti TV, Ac, dan kamar mandi di dalam ruangan. Tempat tidur nya pun jenis tempat tidur dua susun dimana cocok untuk ia tempat dengan teman sekamar nya tersebut.
" udah ya_ jaga diri baik-baik, jangan bandel " sahut Ibu sambil membereskan sisa sisa tempat makan yang sudah kosong. Rasanya tidak ingin berpisah dengan mereka dengan cepat, Diana hanya bisa melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah mobil yang membawa nya ke Jakarta tadi. Setelah mobil tersebut tidak terlihat lagi, Diana pun masuk ke dalam kamar nya dan membereskan pakaian nya dan barang-barang nya yang lain. Dengan sangat baik ia menjalankan apa yang di pesan kan oleh ibu nya untuk tetap memperkuat iman nya, terasa sangat sunyi setelah semua nya pergi meninggalkan dirinya disini. Kini tinggal Diana sendiri yang berada di ibu kota, menjalankan semua yang sudah ia susun dan bertahan hidup di dalam kerasnya kota metropolitan tersebut demi orang-orang yang sangat mengharapkan dirinya, mengharumkan nama keluarga dan dengan begitu orang-orang tidak akan mengucilkan keluarga nya lagi.
Waktu menunjukkan pukul 7 malam, dan teman sekamar Diana pun baru tiba dan sampai di tempat kost. Ia datang dengan sebuah mobil yang membawa barang – barang nya, dengan inisiatif nya Diana pun langsung bersalaman dengan sang ibu dari teman sekamar nya tersebut, Ia bahkan membantu nya untuk membawakan barang-barang teman sekamar nya tersebut ke dalam kamar. Sambil mengeluarkan pakaian sang anak di dalam tas, ia pun bertanya kepada Diana dan sekedar mengajak nya berbicara sedikit." nama kamu siapa ?".Mendengar pertanyaan tersebut Diana pun langsung menjawab nya dengan santai" nama saya Diana bu, saya dari daerah sekitaran perbatasan karawang ". Si ibu pun tersenyum dengan hangat, merasa semua pakaian anak nya sudah rapih dan barang-barang nya sudah tertata di tempat nya maka iya pun akan segera bergegas untuk pulang." Diana, ibu titip anak ibu Hani ya, dia gak pernah beres-beres atau ngelakuin tugas rumahan. Kalau kamu liat Hani gak cu
Kendaran sangat ramai berlalu lalang di jalan raya, Diana pun menoleh ke kanan dan kiri nya untuk menyebrangi jembatan penyebrangan saat dirinya keluar dari stasiun. Ia pun melihat handphone nya dan melihat jam saat ini, dengan cepat ia pun berlari ke arah persimpangan jalan yang ada di dekat sebuah toko klontong yang ada di dekat lampu merah. Di sana sudah ada Melisa teman nya yang seharus nya ia temui saat akan masuk memulai perkuliahan namun karena ia pernah bercerita akan menjalani interview di salah satu perusahaan yang satu arah dengan tempat Melisa Bekerja, maka dengan senang hati ia pun menawari Diana untuk pergi dengan nya ke tempat tersebut. Dengan di bantu oleh maps yang ada di handphone nya dan arah petujuk yang ia tanyakan kepada orang-orang sekitar Diana dan Melisa pun akhirnya menemukan tempat interview tersebut. Sangat di sayang kan tempat nya terletak cukup jauh dari stasiun kereta dan terminal busway, sehingga pasti nya akan memakan ongkos yang cukup untuk ke
Diana pun keluar dengan ekspresi wajah yang terlihat lelah, ia sudah merasa jika diri nya tidak akan lolos dalam interview kali ini. ia pun keluar dari dalam tempat tersebut dan melihat jika orang yang tadi mengobrol dengan nya di ruang tunggu tengah menunggu diri nya. Ia menawar kan diri untuk mengantarkan Diana sampai ke stasiun dengan motor nya, walaupun ia juga kurang tahu dimana letak stasiun kereta terdekat berada tapi setidak nya jika menaiki motor mereka tidak akan kesulitan dalam mencari tujuan nya.“ nama kakak siapa kak ? aku Diana kak “ Tanya Diana sambil tersenyum ramah.“ Dini … kamu udah dapet rute nya belum? Coba cari stasiun terdekat “Diana pun langsung mencari rute stasiun terdekat dan memang ada beberapa yang muncul di layar dan langsung di klik oleh Diana, karena tidak mau berlama-lama lagi mereka pun akhir nya pergi dan menuju ke arah stasiun terdekat tapi sayang mereka malah berjalan menjauh dari rute.
Malam pun mulai semakin larut dengan keheningan malam yang sepi dan sunyi, hembusan angin yang memasuki kalbu membuat siapa pun dapat terlarut dalam lamuan nya. Sajak sajak puisi di tuliskan dan di untaikan di sebuah kertas diary, yang bersaksikan dinding dinding yang diam di depan wajah. Kertas demi kertas semakin terisi oleh sajak puisi dan diary yang dituliskan oleh Diana untuk seseorang yang masih ia cintai di masa lalu dan masih ada sampai saat ini jauh di lubuk hati nya yang sangat dalam, ya dialah Fahri kakak kelas nya saat SMP sekaligus cinta pertama bagi nya. Ingatan itu masih sangat jelas di dalam ingatan Diana, ketika awal iya bertemu dengan nya dan sekedar mengagumi yang kemudian terjebak dalam rasa suka dan akhir nya terluka sendirian. Tidak semua yang di nama kan cinta pertama akan berjalan dengan indah, mungkin tidak untuk Diana yang mendapat kan hal yang berbeda dan sangat sangat jauh lebih bermakna di dalam hidup nya, yaitu rasa nya di ca
Jam pun menunjuk kan pukul 16:40 sore, Diana pun segera bergegas menuju ke kelas nya. Hari ini ia ada kelas pada jam 5 sore, ya Diana memang mengambil perkuliahan pada sore hari agar waktu pagi dan siang nya bisa ia gunakan untuk mencari pekerjaan atau pun sekedar membereskan kamar nya dan mencuci pakaian nya. Saat sampai I kelas ia pun duduk di dekat jendela tepat di barisan ketiga dari kursi depan, ia rasa ia akan lebih nyaman jika berada cukup jauh dari meja dosen. Semenjak lulus SMA Diana merasa diri nya telah banyak mengalami perubahan. Ia biasa nya sangat aktif dengan club seni baik drama atau pun dance, namun saat lulus dan memasuki dunia perkuliahan ia menjadi tidak tertarik sama sekali dengan hal hal yang biasa nya sangat ia sukai atau bisa di bilang adalah salah satu hobby nya. Mungkin salah satu alasan nya ialah lebih baik mencari pekerjaan dari pada menghabis kan waktu dengan hal yang tidak akan membuat nya terlihat, jika ia lebih memilih mendedikasi kan wakt
Setelah menelepon keluarga nya yang berada di kampung, Diana pun kembali membereskan buku-buku nya. Ketika ia keluar dari kamar nya langit pun terlihat mulai mendung dan angin bertiup cukup kencang di luar pertada akan segera turun nya hujan, melihat hal itu Diana pun segera mengangkat jemuran pakaian nya dan menggantung kan nya di paku yang ada di belakang pintu kamar nya. Akhir-akhir ini di memang sudah mulai sering turun hujan di daerah Jakarta dan sekitar nya, biasa nya di pagi hari atau bahkan seharian hujan yang terkadang turun dengan lebat nya. Diana tidak akan keluar kamar setelah ini Karena ya di waktu hujan lah saat saat yang tepat untuk nya tidur, di saat saat hati nya merasa sangat lelah dan pikiran nya kacau menangis sampai tidur adalah pilihan yang sangat tepat untuk nya agar ketika ia membuka mata nya ia melupakan semua masalah nya. Ia pun merebahkan diri nya dan menutupi mata nya dengan tangan nya, sambil merebahkan diri nya ia pun meneteskan air mata nya sedikit dem
Angin berhembus dengan lembutnya menyapu tiap helai rambut Diana yang tengah berdiri di jembatan penyebrangan yang berada tidak jauh dari stasiun kereta. Hari ini ia sudah menjalani interview di salah satu restoran cepat saji yang berada tidak jauh dari stasiun kereta Pasar Minggu, dirinya akan menunggu selama satu minggu untuk mendapatkan kabar diterima atau tidaknya ia bekerja sebagai pramusaji di restoran tersebut. Diana pun menoleh ke arah sekitar nya, banyak orang-orang yang berlalu lalang di sekitar nya dengan wajah yang berseri-seri. “ sudah sejauh ini aku melangkah, aku tidak bisa kembali ke titik awal lagi “ sahut Diana pelan.Saat hanyut di dalam pikiran ya, Diana pun tiba-tiba mengingat Fahri. Sudah sangat lama ia tidak melihat nya dan hanya melihat melalui postingan yang fahri buat di media social nya. Diana pun membuka handphone nya dan membaca ulang pesan-pesan yang dulu Fahri kirim kan untuk Diana, jauh
Saat tengah bercanda tawa dengan Bella,Dinda, Nadia,dan Sarah tiba-tiba sebuah pesan masuk dari salah satu teman online Diana yang tinggal di salah satu daerah di Jakarta Selatan. Melihat notifikasi tersebut, Diana pun langsung bergegas untuk membuka handphone miliknya. Temannya memberitahukan jika dirinya akan mengunjungi nya dalam waktu dekat, sekedar ingin tahu langsung bagaimana keadan Diana dan dimana lokasi tempatnya menetap. Diana pun hanya membalas nya dengan mengetikkan kat “ iya” tanpa melanjutkan kalimat nya lagi dan langsung mengirimkn pen tersebut pada temannya.“ temen-temen, hari minggu nanti kalian pulang gak ke rumah kalian ? “Mendengarkan pertayaan dari Diana tersebut, mereka pun langsung menjawabnya dengan cepat terlebih Bella yang memang setiap minggu akan pulang dan kembali setelah perkuliahan masuk.“ aku biasa sih pulang ““ Kamu emang gak pulang lagi Diana ?”“ kayak nya