Waktu menunjukkan pukul 7 malam, dan teman sekamar Diana pun baru tiba dan sampai di tempat kost. Ia datang dengan sebuah mobil yang membawa barang – barang nya, dengan inisiatif nya Diana pun langsung bersalaman dengan sang ibu dari teman sekamar nya tersebut, Ia bahkan membantu nya untuk membawakan barang-barang teman sekamar nya tersebut ke dalam kamar. Sambil mengeluarkan pakaian sang anak di dalam tas, ia pun bertanya kepada Diana dan sekedar mengajak nya berbicara sedikit.
" nama kamu siapa ?".
Mendengar pertanyaan tersebut Diana pun langsung menjawab nya dengan santai
" nama saya Diana bu, saya dari daerah sekitaran perbatasan karawang ". Si ibu pun tersenyum dengan hangat, merasa semua pakaian anak nya sudah rapih dan barang-barang nya sudah tertata di tempat nya maka iya pun akan segera bergegas untuk pulang.
" Diana, ibu titip anak ibu Hani ya, dia gak pernah beres-beres atau ngelakuin tugas rumahan. Kalau kamu liat Hani gak cuci piring nya sehabis makan kamu marahin aja dia "
" iya bu, hati – hati di jalan bu___ "
si ibu pun tersenyum dan mengiyakan perkataan dari Diana, Diana pun menatap ke ara mobil tersebut sampai akhir nya Mobil itu pun kian menjauh dan menhilang, Diana dan Hani masih berdiri di luar dan mereka pun di panggil oleh sang penjaga pos tempat kost dan meminta nya untuk menunggu sang pemilik kost yang akan segera tiba dengan membawa sebuah kertas peraturan yang di lengkapi materai serta menagih biaya awal masuk kost. Selang 15 menit pun pemilik kost datang dan menyerahkan kertas tersebut kepada Diana dan Hani, Diana pun membaca nya dengan sangat teliti. Betapa kaget nya Diana saat melihat keterangan bahwa setiap penghuni kost harus membayar biaya deposit senilai Rp.900.000. karena dirinya satu kamar dengan Hani makan biaya nya terbagi menjadi 2, jadi Diana hanya perlu membayar Rp.450.000 saja, di dalam hati Diana sudah mulai gusar. Sebelum nya Hani tidak pernah mengatakan masalah deposit kepada nya, mungkin jika ia mengatakan nya sejak awal ia akan menyiapkan uang deposit tersebut dan tidak akan menggunakan uang untuk diri nya makan selama satu bulan. Orang tua nya hanya memberikan jatah bulanan Rp.900.000 untuk satu bulan, belum lagi uang tersebut untuk pegangan Diana saat melamar pekerjaan nanti. Selain itu juga sang pemilik menjelaskan jika listrik yang di gunakan perkamar berupa token dimana Diana pasti harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli token di hari pertama nya itu.
" token listrik udah gue periksa dan cuman ada 10.000 aja mungkin cukup ya sampai besok " sahut Diana sambil menutup pintu.
" ya enggaklah kan kita malem nyalain ac, belum lagi nonton tv takut besok mati jadi beli sekarang aja " sahut Hani dengan nada enteng.
" yaudah ayo gue ke kamar mandi dulu ya "
" lu aja deh Diana yang beli token nya, gue masih capek___ hari ini lo yang isi token nya terus nanti pas udah mau habis gantian gue yang isi. "
" tapi gue gak tau cara nya gimana, gue gak pernah pake token listrik "
" yaudah minta bantuan pak Tri aja ( satpam Kost ) "
Dengan wajah yang masih kebingungan Diana pun berjalan keluar kamar dengan seorang diri, ia pun berjalan ke pos satpam dan meminta bantuan kepada pak Tri untuk memberi tahu bagaimana cara mengisi token listrik. Saat pak Tri tengah menjelaskan hal tersebut, Hani pun mengirimi Diana sebuah pesan yang tertulis bahwa pengisian token adalah sebesar 50.000 untuk satu minggu ke depan, Diana pun terdiam, uang nya kembali terpakai dalam satu hari ini.
Setelah mendapat nomor token kamar nya, Diana pun langsung bergegas berjalan ke sebuah mini market yang ada di pinggir jalan besar yang berada tepat di depan gang kompleks tempat kost. Namun untuk bisa sampai ke sana ia harus berjalan melalui gang gang sepi di sekitaran kompleks baru lah ia sampai ke mini market tersebut. Setelah mengisi token listrik Diana pun kembali ke kamar nya, ia pun mengeluarkan beberapa kertas polio dan mulai menulis sebuah surat lamaran di atas kertas tersebut, ia pun segera memasukkan kertas tersebut ke dalam sebuah map berwarna coklat dengan segala persyaratan yang di butuh kan nya. Saat sebelum pergi ke kost, Diana lupa jika ia tidak membawa seprai untuk kasur nya, yang akhirnya kasur nya tidak memiliki alas. Hani memilih tidur di bagian atas, ia membawa sebuah seprai dan bantal karena ia tau jika Kost an tidak menyediakan bantal dan sprai. Diana yang tidak tahu akan hal itu pun menjadikan selimut yang ia bawa menjadi bantal untuk menopang kepala nya, sedang kan kain yang ia bawa ia jadikan sebagai alat untuk menutupi dirinya dari dingin nya Ac.
Diana Nampak sibuk dengan pembicaraan di grup kelas, dimana mereka akan mengadakan pertemuan sebelum masuk ke dalam ruangan orientasi mahasiswa nanti . Diana masih memiliki waktu tiga hari dan ia akan menggunakan tiga hari tersebut dengan menginguti interview di beberapa perusahaan yang sudah ia kirimi surat lamaran. Besok ia akan memulai nya dengan panggilan interview dari salah satu perusahaan yang terletak di kawasan Jakarta utara, ia pun menyiapkan sebuah seragam formal nya serta sepatu untuk ia gunakan besok, ia juga tidak lupa memasang alarm sebelum tidur agar dirinya tidak terlambat.
Pagi pun tiba, alarm berbunyi tepat pukul 5 pagi. Diana pun segera bergegas mandi dan menyiapkan diri nya, ia pun membawa roti yang sebelum nya di berikan oleh ibu nya untuk sekedar cemilan untuk nya di kamar. Harus bagaimana pun ia harus bisa menghemat uang karena diri nya saja belum memasuki waktu kuliah, setidak nya ia harus menghemat takut takut ada biaya tertentu untuk membeli buku dan keperluan yang lain. Diana pun melihat jam di layar handphone nya dan jam menunjukkan pukul 06:15, dengan cepat ia pun keluar dari kamar nya dan pergi ke luar. Dengan ramah ia pun menyapa pak Tri yang tengah berjaga di pos, ia pun berjalan melalui jalan yang ada di belakang kost, tempat nya seperti sebuah perkampungan yang sedikit kumuh dan padat tapi itu adalah satu-satu nya jalan yang cukup dekat untuk menuju ke stasiun kereta Pasar Minggu, walaupun sesekali Diana harus berlari dan mempercepat langkah nya untuk mengejar waktu karena jalan menuju Stasiun memang terbilang sangat jauh jika berjalan kaki. Namun di balik semua yang ia lakukan pada pagi ini tidak lebih dari menghemat dan belajar mandiri, Diana selalu memikirkan jika ia meminta uang sebelum waktu nya bagaimana nanti keluarga nya yang di rumah bisa makan. Ia bahkan tidak memikirkan bagaimana dirinya terlebih dahulu, niat nya sangat besar guna merubah kehidupan nya, karena jika menunggu sang kakak rasa nya akan sangat lama. Di tambah kondisi sang kakak sering sakit jika dirinya terlalu keras berpikir dan bekerja, maka dari itu Diana tidak memiliki pilihan lain selain menjadi kan dirinya lah yang akan berkorban. Bagi Diana rasa nya cukup tidak adil saat harus di paksakan untuk menjadi dewasa di usia yang sangat muda, mencoba bekerja keras saat berada di bangku sekolah dan menerima banyak penolak kan dari lingkungan sekitar. Terkadang tidak di akui oleh ibu dan di asing kan oleh keluarga sendiri membuat Diana kecil begitu sangat tertekan. Terkadang sang ibu selalu saja marah pada nya dan memaki dirinya hanya karena hal kecil dan kesalahan yang tidak ia perbuat, terkadang Diana sangat muak dengan itu semua nya tapi Diana juga tidak bisa berbuat apa-apa selain tetap berbakti dan diam, di tambah keadaan keluarga nya yang selalu di acungkan panah oleh orang-orang sekitar yang membuat nya seperti di paksa harus berdiri di depan semuanya.
Kendaran sangat ramai berlalu lalang di jalan raya, Diana pun menoleh ke kanan dan kiri nya untuk menyebrangi jembatan penyebrangan saat dirinya keluar dari stasiun. Ia pun melihat handphone nya dan melihat jam saat ini, dengan cepat ia pun berlari ke arah persimpangan jalan yang ada di dekat sebuah toko klontong yang ada di dekat lampu merah. Di sana sudah ada Melisa teman nya yang seharus nya ia temui saat akan masuk memulai perkuliahan namun karena ia pernah bercerita akan menjalani interview di salah satu perusahaan yang satu arah dengan tempat Melisa Bekerja, maka dengan senang hati ia pun menawari Diana untuk pergi dengan nya ke tempat tersebut. Dengan di bantu oleh maps yang ada di handphone nya dan arah petujuk yang ia tanyakan kepada orang-orang sekitar Diana dan Melisa pun akhirnya menemukan tempat interview tersebut. Sangat di sayang kan tempat nya terletak cukup jauh dari stasiun kereta dan terminal busway, sehingga pasti nya akan memakan ongkos yang cukup untuk ke
Diana pun keluar dengan ekspresi wajah yang terlihat lelah, ia sudah merasa jika diri nya tidak akan lolos dalam interview kali ini. ia pun keluar dari dalam tempat tersebut dan melihat jika orang yang tadi mengobrol dengan nya di ruang tunggu tengah menunggu diri nya. Ia menawar kan diri untuk mengantarkan Diana sampai ke stasiun dengan motor nya, walaupun ia juga kurang tahu dimana letak stasiun kereta terdekat berada tapi setidak nya jika menaiki motor mereka tidak akan kesulitan dalam mencari tujuan nya.“ nama kakak siapa kak ? aku Diana kak “ Tanya Diana sambil tersenyum ramah.“ Dini … kamu udah dapet rute nya belum? Coba cari stasiun terdekat “Diana pun langsung mencari rute stasiun terdekat dan memang ada beberapa yang muncul di layar dan langsung di klik oleh Diana, karena tidak mau berlama-lama lagi mereka pun akhir nya pergi dan menuju ke arah stasiun terdekat tapi sayang mereka malah berjalan menjauh dari rute.
Malam pun mulai semakin larut dengan keheningan malam yang sepi dan sunyi, hembusan angin yang memasuki kalbu membuat siapa pun dapat terlarut dalam lamuan nya. Sajak sajak puisi di tuliskan dan di untaikan di sebuah kertas diary, yang bersaksikan dinding dinding yang diam di depan wajah. Kertas demi kertas semakin terisi oleh sajak puisi dan diary yang dituliskan oleh Diana untuk seseorang yang masih ia cintai di masa lalu dan masih ada sampai saat ini jauh di lubuk hati nya yang sangat dalam, ya dialah Fahri kakak kelas nya saat SMP sekaligus cinta pertama bagi nya. Ingatan itu masih sangat jelas di dalam ingatan Diana, ketika awal iya bertemu dengan nya dan sekedar mengagumi yang kemudian terjebak dalam rasa suka dan akhir nya terluka sendirian. Tidak semua yang di nama kan cinta pertama akan berjalan dengan indah, mungkin tidak untuk Diana yang mendapat kan hal yang berbeda dan sangat sangat jauh lebih bermakna di dalam hidup nya, yaitu rasa nya di ca
Jam pun menunjuk kan pukul 16:40 sore, Diana pun segera bergegas menuju ke kelas nya. Hari ini ia ada kelas pada jam 5 sore, ya Diana memang mengambil perkuliahan pada sore hari agar waktu pagi dan siang nya bisa ia gunakan untuk mencari pekerjaan atau pun sekedar membereskan kamar nya dan mencuci pakaian nya. Saat sampai I kelas ia pun duduk di dekat jendela tepat di barisan ketiga dari kursi depan, ia rasa ia akan lebih nyaman jika berada cukup jauh dari meja dosen. Semenjak lulus SMA Diana merasa diri nya telah banyak mengalami perubahan. Ia biasa nya sangat aktif dengan club seni baik drama atau pun dance, namun saat lulus dan memasuki dunia perkuliahan ia menjadi tidak tertarik sama sekali dengan hal hal yang biasa nya sangat ia sukai atau bisa di bilang adalah salah satu hobby nya. Mungkin salah satu alasan nya ialah lebih baik mencari pekerjaan dari pada menghabis kan waktu dengan hal yang tidak akan membuat nya terlihat, jika ia lebih memilih mendedikasi kan wakt
Setelah menelepon keluarga nya yang berada di kampung, Diana pun kembali membereskan buku-buku nya. Ketika ia keluar dari kamar nya langit pun terlihat mulai mendung dan angin bertiup cukup kencang di luar pertada akan segera turun nya hujan, melihat hal itu Diana pun segera mengangkat jemuran pakaian nya dan menggantung kan nya di paku yang ada di belakang pintu kamar nya. Akhir-akhir ini di memang sudah mulai sering turun hujan di daerah Jakarta dan sekitar nya, biasa nya di pagi hari atau bahkan seharian hujan yang terkadang turun dengan lebat nya. Diana tidak akan keluar kamar setelah ini Karena ya di waktu hujan lah saat saat yang tepat untuk nya tidur, di saat saat hati nya merasa sangat lelah dan pikiran nya kacau menangis sampai tidur adalah pilihan yang sangat tepat untuk nya agar ketika ia membuka mata nya ia melupakan semua masalah nya. Ia pun merebahkan diri nya dan menutupi mata nya dengan tangan nya, sambil merebahkan diri nya ia pun meneteskan air mata nya sedikit dem
Angin berhembus dengan lembutnya menyapu tiap helai rambut Diana yang tengah berdiri di jembatan penyebrangan yang berada tidak jauh dari stasiun kereta. Hari ini ia sudah menjalani interview di salah satu restoran cepat saji yang berada tidak jauh dari stasiun kereta Pasar Minggu, dirinya akan menunggu selama satu minggu untuk mendapatkan kabar diterima atau tidaknya ia bekerja sebagai pramusaji di restoran tersebut. Diana pun menoleh ke arah sekitar nya, banyak orang-orang yang berlalu lalang di sekitar nya dengan wajah yang berseri-seri. “ sudah sejauh ini aku melangkah, aku tidak bisa kembali ke titik awal lagi “ sahut Diana pelan.Saat hanyut di dalam pikiran ya, Diana pun tiba-tiba mengingat Fahri. Sudah sangat lama ia tidak melihat nya dan hanya melihat melalui postingan yang fahri buat di media social nya. Diana pun membuka handphone nya dan membaca ulang pesan-pesan yang dulu Fahri kirim kan untuk Diana, jauh
Saat tengah bercanda tawa dengan Bella,Dinda, Nadia,dan Sarah tiba-tiba sebuah pesan masuk dari salah satu teman online Diana yang tinggal di salah satu daerah di Jakarta Selatan. Melihat notifikasi tersebut, Diana pun langsung bergegas untuk membuka handphone miliknya. Temannya memberitahukan jika dirinya akan mengunjungi nya dalam waktu dekat, sekedar ingin tahu langsung bagaimana keadan Diana dan dimana lokasi tempatnya menetap. Diana pun hanya membalas nya dengan mengetikkan kat “ iya” tanpa melanjutkan kalimat nya lagi dan langsung mengirimkn pen tersebut pada temannya.“ temen-temen, hari minggu nanti kalian pulang gak ke rumah kalian ? “Mendengarkan pertayaan dari Diana tersebut, mereka pun langsung menjawabnya dengan cepat terlebih Bella yang memang setiap minggu akan pulang dan kembali setelah perkuliahan masuk.“ aku biasa sih pulang ““ Kamu emang gak pulang lagi Diana ?”“ kayak nya
Pagi pun datang dan memberikan harapan baru pada semua orang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, hari ini adalah hari yang baik untuk Diana karena dirinya mendapatkan sebuah Email dari restaurant yang saat itu mewawancarainya dan mengatakan bahwa dirinya lolos dan bisa bekerja di restaurant tersebut mulai hari ini. Raut wajah yang ceria pun muncul di wajah Diana yang tengah berdandan tipis sebelum pergi bekerja di hari pertamanya, ia pun memakai pakaian kemeja dan sepatu spokat dengan kaus kaki putih semata kaki. Ia pun keluar dari kamar nya dan menyapa penjaga kost an ynag tengah mengepel lantai dapur.“ pagi bu, kalau temen-temen aku ke kamar aku terus nanyain kenapa aku gak ada bilang ya bu aku nya masuk kerja ““ Alhamdulillah kalau udah kerja, kamu kerja di dimana Diana ? ““ di dekat sekitaran stasiun kok bu, waktu nya juga gak terlalu mepet sama jam kuliah kok. Aku berangkat ya bu, permisi … “&ldqu