Beranda / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 13 Pertahanan diri

Share

Bab 13 Pertahanan diri

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 22:43:17
Luna semakin kepikiran, wajah Jacob yang ia lihat tadi benar-benar marah. Berbeda ketika pria itu marah saat mengajarinya, kali ini kemarahan itu membuat Luna takut. Ia terdiam lama di dalam kamarnya, sampai hari semakin larut dan ia tak bisa tidur.

"Aku harus bicara padanya," ia bangun, dengan perlahan menuju ke kamar Jacob berada. Luna tau ini terlalu beresiko membangunkan seseorang di tengah malam seperti ini, tapi disisi lain ia juga tidak mau di usir dari tempat itu.

Tangannya terangkat dengan ragu lalu mengetuk perlahan pintu kamar Jacob beberapa kali, tidak ada sahutan, ia pun berinisiatif mengetuknya kembali sampai suara Jacob terdengar di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan tengah malam seperti ini di depan kamarku?"

Tubuh Luna tersentak kaget, gadis itu berbalik dengan cepat dan melihat Jacob berdiri di depannya. Tubuh besar pria itu seolah mendominasi Luna yang tampak mungil, ia menelan ludah dengan susah payah.

"A-aku... bisakah kita bicara sebentar?" tanyanya, suara sedikit
SILAN

Just info, ini Jacob anaknya Dustin. Tau sendiri kan Dustin kayak apa sama Elsa dulu, nah jadi jangan heran kalau Jacob nanti kayak bapaknya wkwk

| 14
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
SILAN
Yuk baca, (Penghangat ranjang pangeran buangan) nah itu kisahnya Elsa sama Dustin
goodnovel comment avatar
Rosy
emang gimana Dustin ke Elsa dulu kak ?
goodnovel comment avatar
Puji Chelsky
up lagi kqk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 14 Gairah tertahan

    Sejak semalam Jacob tidak bisa tidur, ia masih belum yakin dengan perasaannya sendiri. Terlebih, tiga tahun lalu kekasihnya meninggal tepat di hari pernikahan yang membuat Jacob meragukan dirinya sendiri bahwa dia bisa kembali jatuh hati pada wanita lain.Pagi ini, ditemani secangkir teh hangat ia bersantai di balkon kamarnya yang menghadap kolam renang. Tak jauh dari kolam renang tersebut, tampak Luna sedang berlarian seperti saat Jacob melihat gadis itu untuk pertama kalinya.Namun, kali ini berbeda. Luna sudah tumbuh lebih dewasa dari tiga tahun lalu, lebih tinggi dan juga terlihat ... menggoda.Jacob mengangkat cangkir tehnya, menyesap sedikit tanpa melepaskan pandangan ke arah Luna."Aku harap, aku bisa menahan diriku." batin Jacob, sampai akhirnya Luna yang berada di taman itu menoleh ke arahnya, senyumnya tampak cerah dan dia bahkan melambaikan tangan ke arah Jacob penuh semangat.Alih-alih membalas, Jacob justru memalingkan wajah seraya menikmati pemandangan ke arah lain.Sete

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 15 Panik

    Suara tawa Luna terdengar setiap kali gadis itu berhasil menangkap udang, tidak terasa hasil tangkapan mereka sudah mulai memenuhi wadah yang Luna bawa. Setiap kali Luna tertawa, Jacob hanya memperhatikan dengan senyum tipis nyaris tidak kentara di bibirnya."Kau senang?" tanya Jacob akhirnya, suaranya rendah namun cukup terdengar.Luna menoleh, wajahnya basah oleh percikan air, tetapi senyum lebar tak pernah hilang dari bibirnya. "Tentu saja! Lihat ini, kita punya cukup banyak udang. Aku akan memasak makanan yang lezat untukmu malam ini." ia mengangkat wadah penuh hasil tangkapan mereka dengan bangga.Sekilas Jacob berdecih lirih, tapi ia juga menepi dan meraih bajunya. Semoga saja ia bisa menjadi sosok pria yang lebih kuat menahan nafsunya, karena jika tidak maka santapan utama yang Jacob incar di pulau ini sudah pasti adalah Luna.Membiarkan Luna berjalan lebih dulu di depannya, sesekali gadis itu tampak puas melihat hasil tangkapan udang yang mereka dapat. Kalau saja Jacob tak mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 16 Sisi liar

    "Tuan, berhenti!" seru Luna, suaranya terdengar putus asa. Jacob terhenti, namun sorot matanya yang tajam masih terpatri pada Luna, seperti angin badai yang tidak kunjung reda.Luna memalingkan wajah, tidak sanggup menatap pria itu lebih lama. Wajahnya memerah, bukan hanya karena rasa malu, tapi juga karena jantungnya yang berdebar tak terkendali.Ia menelan ludah tanpa sadar, mengambil satu langkah mundur. Tapi itu tidak cukup untuk menjauh dari aura Jacob yang begitu mendominasi. Dengan gemetar, Luna berbalik dan mulai berlari. Kakinya melangkah cepat, namun perasaannya tetap tertinggal di belakang, bersama tatapan membara Jacob yang tak kunjung memudar dari ingatannya.Jacob tidak mengejarnya. Pria itu hanya berdiri di tempatnya, menatap punggung Luna yang semakin menjauh. Bibirnya terangkat membentuk seringai samar, jemarinya menyentuh bibirnya sendiri, mengingat kelembutan yang baru saja ia rasakan."Astaga," gumam Jacob sambil tersenyum miring. "Bibirnya... manis sekali."Ia meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 17 Menjaga jarak aman

    Suara percikan air terdengar dari arah kolam, Jacob tampak berenang dengan baik menikmati musim panas yang sedang terik hari ini. Sekaligus juga mendinginkan kepalanya, yang terus berpikiran mesum tentang Luna."Tuan, Nona Hazel berkata dia akan datang hari ini." ucap Maci dari ambang pintu.Jacob berhenti, rambut basahnya meneteskan air saat ia naik ke permukaan. Dengan gerakan tenang, ia meraih handuk dan melilitkannya di pinggangnya yang basah."Kapan dia akan datang?" tanyanya, suaranya dalam dan tenang."Sore nanti, kemungkinan pukul lima," jawab Maci.Jacob hanya mengangguk singkat sebelum Maci berlalu pergi. Tidak ada tanda-tanda antusiasme atau ketertarikan di wajahnya mendengar kabar kedatangan Hazel, karena sudah pasti Hazel datang karena gadis itu punya niat sesuatu.Alih-alih langsung masuk ke rumah, Jacob memilih duduk di tepi kolam. Handuk melingkar di bahunya, sementara ia meraih segelas jus jeruk yang telah disiapkan. Pandangannya melayang jauh ke depan, menatap hampara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 18 Rencana Hazel

    Hazel melangkah perlahan, mendekati Luna yang duduk di rerumputan bersama beberapa ekor anak kelinci yang baru lahir. Gadis itu terlihat begitu fokus, membelai lembut bulu halus salah satu kelinci hingga tidak menyadari kehadiran Hazel di belakangnya."Sepertinya kau sangat menyayangi mereka," ujar Hazel tiba-tiba, membuat Luna tersentak dan langsung berdiri tergesa-gesa."Maaf, saya tidak tahu ada yang di sini..." ucap Luna dengan nada terbata-bata, wajahnya sedikit memerah saat menyadari siapa yang berdiri di hadapannya."Aku Hazel," sela Hazel sambil mengulurkan tangan dengan senyum ramah. "Dan Jacob adalah saudaraku."Luna menatap tangan Hazel sejenak sebelum menjabatnya dengan canggung. "Namaku Luna. Senang bisa bertemu denganmu, Nona Hazel."Hazel terkekeh kecil. "Panggil saja aku Hazel. Kita hanya beda beberapa tahun, tidak usah terlalu formal. Jadi..." Hazel memiringkan kepalanya sambil menatap Luna penuh rasa ingin tahu. "Sudah berapa lama kau mengenal Jacob?"Luna menunduk s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 19 Gara-gara Hazel

    Pagi itu, Jacob dibuat bingung oleh sikap Luna yang semakin aneh. Setiap kali mereka berpapasan, gadis itu langsung menunduk dengan wajah panik, seolah sedang melarikan diri dari seorang pemburu yang haus darah. Tatapan penuh ketakutan Luna bahkan sampai membuat Jacob berpikir ulang apakah dirinya melakukan sesuatu yang salah.Ketika akhirnya Jacob duduk di meja makan, ia menemukan Hazel yang dengan santainya menikmati sarapan, tanpa sedikit pun rasa bersalah atas apa yang sudah dia lakukan semalam."Hazel," serunya dengan nada serius. "Apa yang kau lakukan pada Luna? Dia terlihat semakin takut padaku."Hazel tidak langsung menjawab. Ia malah dengan santai mengangkat bahu sambil memotong roti di piringnya. "Aku? Tidak melakukan apa-apa." jawabnya.Jacob menatapnya tajam. "Jangan kira aku tidak tahu ulahmu, Hazel."Hazel akhirnya mendongak, menatap kakaknya dengan senyum penuh arti. "Aku hanya memberitahu dia sesuatu. Dia terlalu lama terisolasi di pulau ini, jadi aku pikir dia perlu se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 20 Hanya mimpi

    Suasana malam kali ini tampak mencekam, perasaan Luna pun menjadi tidak karuan. Di depannya, Jacob mendekatkan diri menghapus jarak diantara mereka. Tapi, begitu jarak sudah sangat dekat, Luna tersentak dalam tidurnya. Matanya terbuka lebar, debaran dada yang bergemuruh tak dapat ia sembunyikan."Mimpi?" gumamnya, mengusap wajahnya dengan frustasi. Kepalanya menoleh ke jendela, memastikan dunia di luar masih berada dalam kegelapan. "Astaga, kenapa aku memimpikannya? Itu terasa sangat nyata. Jangan-jangan dia benar-benar masuk ke kamarku?"Dengan helaan nafas panjang, Luna mencoba menenangkan pikirannya. Tapi kegelisahan itu tak kunjung hilang, membuatnya bangkit dari tempat tidur. Ia memutuskan untuk mengambil segelas air di dapur, berharap bisa meredakan ketegangan di dadanya.Luna membuka pintu kamar, ia memastikan pintunya masih terkunci dari dalam. "Jadi... itu hanya mimpi," batinnya, sedikit lega. Saat ia melangkah keluar, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok Jacob d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 21 Menggoda Luna

    Di penghujung musim panas, halaman belakang rumah dipenuhi aroma manis buah yang matang sempurna. Pohon ceri di sudut taman tampak berat oleh beban buah-buahnya yang berwarna merah menyala, menggoda siapa pun untuk segera memetiknya. Jika tak dipanen tepat waktu, buah-buah itu akan membusuk, dan Luna tak akan membiarkan itu terjadi.Dengan lincah, gadis itu memanjat pohon ceri yang cukup tinggi, tas kanvas tergantung di lehernya untuk menampung hasil panen. Jemarinya yang cekatan memetik satu demi satu buah ceri, sesekali mengunyah yang terlihat paling segar langsung dari pohonnya."Dia sudah benar-benar menyatu dengan alam," gumam Jacob sambil menggeleng gelengkan kepala melihat Luna yang lincah memetik ceri.Ketika tas kanvasnya sudah penuh, Luna turun untuk menuangkan ceri ke dalam keranjang besar di bawah pohon. Rencananya, buah-buah ini akan diolah menjadi selai manis untuk persediaan musim dingin. Tapi begitu keranjang penuh, dia kembali memanjat pohon."Luna, ini sudah banyak."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27

Bab terbaru

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 82 Pikiran tajam Jacob

    Setengah jam berlalu, akhirnya Luna menikmati sepiring spageti buatan Jacob. Aroma tomat segar dan taburan keju menciptakan suasana hangat di antara mereka, meski ketegangan beberapa saat lalu hampir saja membuat masakan itu batal tersaji.Mereka makan dalam keheningan, hanya suara garpu yang beradu dengan piring terdengar di ruangan. Namun, mata Luna sesekali melirik Jacob, tampak ada sesuatu yang ingin ia tanyakan.“Kapan kita akan kembali ke pulau?” tanya Luna akhirnya, memecah keheningan.Jacob berhenti mengunyah, menatapnya sambil menyesap air minum. “Aku belum tahu,” jawabnya tenang. “Kau ingin kembali ke sana?”Luna mengangguk kecil. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Jacob melanjutkan, “Sayangnya, untuk seka

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 81 Kehangatan

    Mobil hitam Jacob berhenti di pinggir jalan, tapi bukan di depan apartemen seperti yang Luna kira. Supir membuka pintu, membiarkan Jacob dan Luna turun, sebelum melajukan mobil kembali ke tengah keramaian kota. Luna mengernyitkan dahi, kebingungan.“Ada apa? Kita belum sampai rumah,” tanya Luna, menatap Jacob dengan pandangan ingin tahu.Jacob hanya tersenyum tipis, menggenggam tangan Luna dengan lembut. “Aku memang tidak berniat langsung pulang. Aku ingin kita menikmati malam ini lebih lama. Kau tidak keberatan, kan?”Luna menatapnya sebentar, lalu bibirnya melengkung dalam senyuman kecil. “Tentu saja tidak. Tapi, apa yang kau rencanakan?”“Rahasia,” balas Jacob dengan nada menggoda, matanya berbinar penuh rahasia.Mereka berjalan menyusuri trotoar kota New York yang diterangi oleh lampu jalan dan kilauan neon gedung-gedung tinggi. Setelah beberapa menit, mereka sampai di salah satu gedung pencakar langit yang terkenal. Jacob membawa Luna naik ke puncak gedung, ke sebuah dek observas

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 80 Ada apa sebenarnya?

    Hazel menarik Luna ke sudut ruangan pesta, menjauhi keramaian para pria yang sedang sibuk bercakap-cakap dengan orang-orang penting. Dengan elegan, Hazel meraih segelas sampanye dari pelayan terdekat dan menyerahkannya kepada Luna."Pesta ini cukup ramai. Kau tidak merasa terganggu dengan keramaian seperti ini?" tanya Hazel sambil melirik sekilas ke arah kerumunan yang semakin ramai.Luna menggeleng pelan, lalu menyesap sampanye miliknya sedikit. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan nada ringan.Namun, Hazel tampaknya belum puas. Dia menoleh, menatap Luna dengan penasaran. "Aku masih penasaran, apa yang membuatmu takut dengan keramaian seperti ini sebelumnya? Apakah itu karena ibumu? Atau mungkin sesuatu yang lain?" tanyanya lagi, nada suaranya terdengar lembut namun penuh perhatian.Luna menghela nafas pelan, ragu sejenak sebelum menjawab. "Aku... aku tidak tahu harus memulainya dari mana, tapi dulu aku pernah mengalami kejadian yang sangat tidak menyenangkan saat tampil di atas pan

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 79 Takut ketahuan

    Jacob masih berada di ruang acara saat Luna berpamitan ke toilet, satu menit pertama saat Luna pergi sendirian mendadak saja membuatnya cemas. Ia tak bisa meninggalkan gadis itu sendirian, karena Jacob belum memastikan sepenuhnya apakah trauma Luna sudah sembuh atau belum.Jacob menghela nafas berat, berusaha menenangkan dirinya. Namun, setiap detik yang berlalu hanya membuat kegelisahannya semakin menjadi. Akhirnya, ia memutuskan bangkit dari kursinya dan berjalan menuju arah toilet. Ia tak akan tenang sampai memastikan Luna baik-baik saja."Bahkan satu menit pun aku tak bisa membiarkannya jauh dariku," gumam Jacob lirih, tangannya mengepal seolah memarahi dirinya sendiri karena merasa terlalu protektif.Ia melewati koridor panjang menuju ke arah toilet, ketika langkahnya sudah cukup dekat ke toilet wanita, Jacob berhenti sejenak saat ia mendengar suara seorang perempuan berseru."Dasar pencuri!" ucap seseorang yang kemudian dengan jelas ada suara Luna membalas tuduhan tersebut. Jaco

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 78 Pengganggu

    Jacob menatap Nico dengan tidak senang karena ia sadar Nico memperhatikan Luna, lantas dengan terang terangan Jacob melingkarkan tangannya di pinggang Luna dengan tatapan tajam penuh peringatan."Kau salah orang, wanitaku tidak mengenal remaja arogan sepertimu." setelah berkata demikian, Jacob mengajak Luna ke tempat duduk mereka.Sejenak Nico merasa tidak puas, ia menatap Jacob dan Luna yang pergi menjauh. Ia yakin kalau sebelumnya pernah melihat Luna di suatu tempat, tapi ia benar-benar tidak ingat dimana. "Sepertinya dia punya wajah yang pasaran," Nico pun menggelengkan kepala dan ia menoleh ke arah pintu, seketika wajah tidak senangnya menjadi penuh kebencian saat melihat ayahnya datang bersama Keith, yang saat ini status dikenal sebagai bagian keluarga Calderon. Disisi lain, Keith tampak penuh percaya diri saat ia melangkah masuk ke dalam pesta tersebut. Pada akhirnya ia bisa punya status sebagai anak konglomerat yang disegani, dan hadir di pesta seperti ini dengan barang-baran

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 77 Pesta

    Fajar baru saja menyingsing ketika Luna terbangun dari tidurnya. Kamar itu terasa sunyi, hanya menyisakan jejak kehangatan dari orang yang sebelumnya berbaring di sampingnya sementara di atas meja, ada sepasang pakaian yang pasti di siapkan oleh Jacob. Dengan gerakan lambat, Luna bangkit dari tempat tidur dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Mungkin Jacob sudah berangkat kerja seperti biasanya, pikirnya. Tapi begitu ia selesai mengenakan pakaian dan keluar dari kamar, ia mendengar suara ritmis dari mesin treadmill di ruang olahraga. Jacob masih di sana. Pria itu terlihat fokus, tubuhnya bergerak mantap di atas treadmill, dengan headphone terpasang di telinganya. Wajahnya penuh konsentrasi, tidak menyadari keberadaan Luna yang berdiri di ambang pintu memperhatikannya sejenak. Tak ingin mengganggu, Luna segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Aroma masakan yang menggoda akhirnya menyadarkan Jacob dari kesibukannya. Pria itu menoleh, melepas headphone dan mengalihkan

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 76 Cara ampuh menghilangkan kecemasan

    Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi Luna masih terjaga. Matanya menatap kosong ke langit-langit kamar, sementara pikirannya penuh dengan bayangan tatapan dingin Leah. Walaupun ibunya tidak mengucapkan ancaman secara langsung, tatapan wanita itu sudah cukup untuk membuat Luna yakin, Leah akan kembali untuk membawanya. "Bagaimana caranya aku bisa melarikan diri darinya? Dia pasti mengawasi setiap langkahku sekarang," gumamnya pelan. "Mimpi buruk saat bersamanya tak pernah benar-benar hilang dari ingatanku." Kenangan buruk itu kembali menghantamnya seperti gelombang. Bayangan tongkat baseball yang diangkat tinggi-tinggi lalu menghantam kakinya membuat tubuh Luna refleks tersentak. Ia mencengkram selimut erat-erat, sementara nafasnya menjadi lebih cepat. Tidak peduli seberapa keras ia mencoba menenangkan diri, ketakutan itu tetap bertahan seperti hantu yang menolak pergi. Akhirnya, setelah beberapa lama bergelut dengan pikirannya sendiri, Luna memutuskan untuk turun dari t

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 75 Merasa tidak tenang

    Leah memaksakan sebuah senyum saat matanya bertemu dengan Hazel. “Oh, Nona Dawson, mengapa Anda di sini?” tanyanya dengan nada ringan, meskipun ketegangan di wajahnya sulit disembunyikan.Hazel mengerutkan kening, pandangannya berpindah ke Luna yang tampak cemas. Dengan tenang, Hazel menjawab, “Aku ingin bertemu dengan Luna. Dan Anda sendiri, Nyonya Hamilton? Apa urusan Anda di sini? Bukankah tempat ini cukup jauh dari kediaman Anda?”Leah menyipitkan mata, pandangannya bergantian antara Hazel dan Luna. “Anda mengenal gadis ini?” tanyanya sambil menunjuk Luna dengan nada sinis.Dan tanpa ragu, Hazel pun merangkul bahu Luna. Perasaan tegang yang sempat Luna rasakan tadi seketika terasa jauh lebih baik saat merasakan keakraban yang ditunjukkan Hazel dengan terang terangan di depan Leah.“Tentu saja,” jawab Hazel tegas. “Aku mengenalnya dengan baik. Itulah mengapa aku datang menemuinya.”Tatapan Leah berubah dingin dan tajam, menghunus ke arah Luna. Di balik sikapnya yang tampak santai,

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 74 Akhirnya ketemu

    Apartemen luas itu begitu sunyi hingga suara detak jam dinding terdengar jelas. Luna duduk di sofa, menatap Jacob yang duduk di seberang dengan mata terfokus pada layar iPad-nya. Pria itu tampak sangat serius, tenggelam dalam pekerjaan, meskipun sepanjang hari sudah dihabiskannya di kantor. Kini, di apartemen pun Jacob justru tetap asyik bekerja.Luna memperhatikannya cukup lama, berharap Jacob sadar akan kehadirannya. Hingga akhirnya, pria itu menoleh, matanya bertemu dengan tatapan Luna.“Ada apa?” tanyanya dengan nada datar, tapi ada sedikit rasa bersalah di wajahnya.“Kau terlihat begitu sibuk,” jawab Luna pelan.Jacob menurunkan iPad-nya dan menghela nafas, menyadari dirinya telah mengabaikan Luna terlalu lama. Ia tahu gadis itu pasti merasa bosan, mungkin juga tidak nyaman, hanya duduk diam tanpa tahu harus melakukan apa.Jacob tersenyum tipis. “Mau jalan-jalan keluar?” tawarnya, mencoba memperbaiki suasana.Rona cerah langsung menghiasi wajah Luna. Senyumnya melebar, matanya be

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status