Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 20 Hanya mimpi

Share

Bab 20 Hanya mimpi

Author: SILAN
last update Last Updated: 2024-12-27 12:12:21
Suasana malam kali ini tampak mencekam, perasaan Luna pun menjadi tidak karuan. Di depannya, Jacob mendekatkan diri menghapus jarak diantara mereka. Tapi, begitu jarak sudah sangat dekat, Luna tersentak dalam tidurnya. Matanya terbuka lebar, debaran dada yang bergemuruh tak dapat ia sembunyikan.

"Mimpi?" gumamnya, mengusap wajahnya dengan frustasi. Kepalanya menoleh ke jendela, memastikan dunia di luar masih berada dalam kegelapan. "Astaga, kenapa aku memimpikannya? Itu terasa sangat nyata. Jangan-jangan dia benar-benar masuk ke kamarku?"

Dengan helaan nafas panjang, Luna mencoba menenangkan pikirannya. Tapi kegelisahan itu tak kunjung hilang, membuatnya bangkit dari tempat tidur. Ia memutuskan untuk mengambil segelas air di dapur, berharap bisa meredakan ketegangan di dadanya.

Luna membuka pintu kamar, ia memastikan pintunya masih terkunci dari dalam. "Jadi... itu hanya mimpi," batinnya, sedikit lega. Saat ia melangkah keluar, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok Jacob d
SILAN

Lanjut ntar malam lagi ya :)

| 7
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuliana
ditunggu thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 21 Menggoda Luna

    Di penghujung musim panas, halaman belakang rumah dipenuhi aroma manis buah yang matang sempurna. Pohon ceri di sudut taman tampak berat oleh beban buah-buahnya yang berwarna merah menyala, menggoda siapa pun untuk segera memetiknya. Jika tak dipanen tepat waktu, buah-buah itu akan membusuk, dan Luna tak akan membiarkan itu terjadi.Dengan lincah, gadis itu memanjat pohon ceri yang cukup tinggi, tas kanvas tergantung di lehernya untuk menampung hasil panen. Jemarinya yang cekatan memetik satu demi satu buah ceri, sesekali mengunyah yang terlihat paling segar langsung dari pohonnya."Dia sudah benar-benar menyatu dengan alam," gumam Jacob sambil menggeleng gelengkan kepala melihat Luna yang lincah memetik ceri.Ketika tas kanvasnya sudah penuh, Luna turun untuk menuangkan ceri ke dalam keranjang besar di bawah pohon. Rencananya, buah-buah ini akan diolah menjadi selai manis untuk persediaan musim dingin. Tapi begitu keranjang penuh, dia kembali memanjat pohon."Luna, ini sudah banyak."

    Last Updated : 2024-12-27
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 22 Terjebak di pohon 

    Hari yang cerah menyambut pagi Luna. Langit biru tanpa awan membentang luas, sementara hembusan angin laut yang lembut menyapu wajahnya. Suara deburan ombak berpadu dengan aroma asin yang menenangkan, membuat pagi itu terasa begitu damai. Tidak ada mimpi buruk yang mengusik tidurnya semalam, dan untuk pertama kalinya, Luna merasa hatinya sedikit lebih tenang.Setelah menyantap sarapan, Luna memutuskan untuk bersantai di pinggir tebing pantai. Hembusan angin yang membawa aroma laut terasa menenangkan, sampai pandangannya tertuju ke arah Jacob.Pria itu dengan tubuh tegap dan kekar, terlihat sedang berselancar di tengah ombak. Matahari pagi memantulkan cahaya ke kulitnya yang basah, menonjolkan otot-ototnya dengan begitu jelas. Ia tidak mengenakan baju, hanya celana selancar hitam yang pas di tubuhnya, membuat penampilannya terlihat begitu memukau.Luna tertegun, matanya tidak bisa berpaling. Ia akui bahwa sebenarnya tidak ada kekurangan yang Jacob miliki pada tubuhnya, kecuali sikap ya

    Last Updated : 2024-12-28
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 23 Tahan 

    Langit sore memancarkan warna jingga yang lembut, menciptakan pemandangan yang menenangkan di cakrawala. Matahari perlahan tenggelam, meninggalkan sinar hangat terakhirnya yang memantul di permukaan laut. Jacob duduk di atas rerumputan yang lembut, memandangi keindahan di depannya sambil merasakan hembusan angin yang sejuk.Meski hatinya tak lagi seberat dulu, bayangan Anastasya masih sesekali hadir. Wanita yang hampir menjadi istrinya itu meninggalkan jejak yang sulit dilupakan, meski kini rindu itu mulai sering kali terasa saat ia sendirian.Jacob memejamkan mata, mencoba membiarkan pikiran-pikirannya melayang tanpa beban. Di tengah ketenangan itu, senyum tipis terukir di wajahnya. Aneh, tapi keberadaan Luna di pulau ini telah membuat kesepiannya terasa sedikit berkurang.“Maaf untuk yang tadi,” suara lembut Luna tiba-tiba terdengar dari belakangnya.Jacob membuka matanya perlahan, namun tidak langsung menoleh. Dari sudut matanya, ia melihat gadis itu duduk di rerumputan, menjaga jar

    Last Updated : 2024-12-28
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 24 Kelicikan Jacob

    Langit jingga yang memudar perlahan berganti menjadi kelam, membingkai suasana di antara mereka. Cukup lama Luna tidak bergerak untuk menghindari ancaman Jacob menjadi nyata, tubuhnya terasa kaku, seolah tak berani bergerak meski ancaman Jacob tadi hanya berupa kata-kata.Dengan hati-hati, Luna memberanikan diri menatap Jacob. "Sekarang, apa aku sudah boleh pergi?" tanyanya, suaranya pelan meski sedikit gemetar.Namun Jacob tampaknya masih enggan melepaskan, sementara langit sore berwarna jingga berubah menjadi gelap. Hembusan angin terasa lebih kuat, rambut pendek luna mulai berantakan terhembus oleh angin.Kedua tangan kekarnya masih menekan pinggang Luna, tatapannya terpana oleh keindahan mata hijau Luna yang bersinar samar di kegelapan menarik perhatiannya, memancarkan keindahan yang kontras dengan ketegangan situasi di antara mereka.“Kenapa aku tidak pernah menyadarinya sebelumnya?” pikir Jacob.Dalam jarak sedekat ini, Jacob mulai menyadari sesuatu bahwa Luna bukan hanya menarik

    Last Updated : 2024-12-29
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 25 Sisi lain Jacob

    Hanya mengenakan gaun tidur favoritnya, Luna tiba di sebuah landasan helipad sebuah gedung yang ada di New York. Ia tidak tau dunia luar sekarang seperti apa, tapi satu hal yang membuat Luna tidak habis pikir adalah, apakah Jacob mengusirnya dari pulau sekarang?Saat pikirannya sedang bertanya tanya, tiba-tiba Jacob meraih pergelangan tangannya dan membawa ia masuk ke dalam gedung, menggunakan sebuah lift sampai mereka tiba di sebuah apartemen mewah dengan warna yang di dominasi hitam dan putih.Apartemen itu terlihat sangat luar biasa, Luna tak bisa menutupi kekagumannya saat melihat apartemen tersebut. Ia pun berbalik, tapi kaget melihat Jacob melepaskan bajunya."Apa yang kau lakukan membawaku kemari?!" tanya Luna.Jacob menoleh, membawa bajunya menuju kamar yang diikuti oleh Luna.Di dalam kamar, Jacob terlihat sibuk mengenakan pakaiannya tanpa memperdulikan Luna yang ada di sana. Alhasil, Luna berbalik badan tanpa melihat Jacob yang melepaskan satu persatu pakaiannya."Aku ada pek

    Last Updated : 2024-12-29
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 26 Nyaris saja

    Sentuhan yang Jacob berikan semakin tidak terkendali, Luna kebingungan harus mencegah Jacob dengan cara apa. Tubuh pria itu jauh lebih besar darinya, lebih kuat dan juga mendominasi.Kedua kaki Luna tak lagi menapak lantai, Jacob mengangkatnya dan tanpa ragu melempar Luna ke tempat tidur. Tatapan Luna semakin panik, terlebih ia sadar bawah tatapan Jacob padanya berbeda dari biasanya."Tuan, aku mohon berhenti!" seru Luna.Namun, Jacob tak mengindahkan seruan gadis itu. Ia kembali mendekat dan mencumbu Luna dari bibir hingga turun ke leher, tanpa segan meninggalkan jejak kemerahan di bagian leher Luna.Ketakutan Luna semakin besar, tubuhnya terasa panas akibat sentuhan Jacob. Apalagi ketika tangan pria itu mulai memasuki area bajunya dan mengusap permukaan pahanya. Tubuh Luna seketika bergetar, ia benar-benar tidak berdaya di bawah kendali Jacob yang tak bisa ia dorong menjauh.Saat tangan Jacob akan bergerak lebih naik ke atas pahanya, gerakan pria itu berhenti, nafasnya terdengar bera

    Last Updated : 2024-12-30
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 27 Trauma itu lagi

    Keesokan harinya saat Luna keluar dari kamar, ia sudah melihat apartemen sudah kosong menyisakan dirinya sendiri. Jacob tidak ada, sepertinya berangkat lebih awal untuk mengurus pekerjaan.Langkahnya menuju meja makan terhenti sejenak saat matanya menangkap sandwich yang tertata rapi di piring. Di sampingnya, ada beberapa lembar uang dan secarik kertas kecil dengan tulisan tangan Jacob yang khas."Kau butuh uang saat keluar, bawa ini bersamamu."Luna tersenyum tipis. Ada sesuatu yang hangat dan tak terucapkan dalam perhatian kecil itu. Ia duduk menikmati sarapannya dengan tenang hingga suara bel apartemen memecah keheningan. Seorang kurir datang, membawa beberapa set pakaian baru untuknya, kali ini lebih tertutup dan nyaman dibanding kemarin.Tanpa menunggu lama, ia memilih salah satu pakaian itu dan memakainya. Menatap sejenak pantulan bayangannya di cermin, menarik nafas panjang, lalu memantapkan hati untuk melangkah keluar dari apartemen.Ketika tiba di lobi, suara keramaian segera

    Last Updated : 2024-12-30
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 28 Dunia itu kejam

    Malam harinya, suhu tubuh Luna cukup tinggi sampai gadis itu menggigil di balik selimut yang digunakan. Tidak ada yang menyadarinya, bahkan Jacob pun belum tau bahwa suhu tubuh Luna perlahan mulai naik. Dengan kondisinya yang seperti itu membuat mimpi Luna kembali pada bayangan masa lalu yang menyakiti hatinya. "Kau itu anak yang tidak diinginkan, bekerjalah lebih keras agar kami bangga padamu!" "Dasar anak tidak berguna, aku sudah membesarkanmu agar kau ada gunanya! Melakukan latihan sederhana seperti itu saja kau tak bisa!" "Hei, lihat di sana! Dia kan anak yang tidak di harapkan oleh keluarganya, lihat wajah jeleknya itu, dia terlihat bodoh sekali." "Orang bodoh sepertinya bagaimana dia masih bisa berharap memenangkan lomba nanti? Mustahil, sebaiknya dia lebih baik mati saja." "Hei anak haram, pergilah! Kau itu hanya pembawa sial!" Bayangan yang menghampiri mimpinya membuat Luna semakin gemetar di balik selimut yang menutupinya, tubuhnya memucat seiring suhu panas mulai mengu

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 69 Kebetulan bertemu

    Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Hazel dan Luna tiba di klinik tempat Luna akan menjalani terapi. Mereka disambut oleh seorang wanita dengan senyum ramah, yang langsung mengarahkan mereka ke ruangan yang sudah disiapkan. Namun, Hazel diberitahu bahwa ia tidak diperbolehkan ikut masuk."Kalau begitu, aku menunggu di luar," ujar Hazel sambil tersenyum kepada Luna, mencoba memberikan semangat sebelum gadis itu masuk ke dalam ruangan.Setelah pintu ruangan tertutup, Hazel duduk di bangku luar. Ia menghela nafas panjang, pikirannya mulai melayang-layang. 'Ibu kejam macam apa yang tega membunuh putrinya sendiri?' batinnya.Kalau memang wanita itu tidak menginginkan anaknya, kenapa membiarkan dia lahir?"Jadi ini alasan Jacob begitu protektif terhadap Luna," gumam Hazel pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Kini, ia memahami betapa seriusnya Jacob saat memperingatkannya agar menjaga Luna jauh dari ibunya. Namun, Hazel tetap merasa kebingungan karena ia bahkan tidak tahu seperti

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 68 Dukungan

    Suasana meja makan terasa hening, hanya suara denting sendok beradu dengan piring yang terdengar. Luna mencuri pandang ke arah Jacob beberapa kali, ragu-ragu untuk memulai pembicaraan. Tapi akhirnya, Jacob yang membuka suara lebih dulu."Besok, jadwalmu untuk terapi," ucap Jacob tanpa menoleh dari makanannya. "Maaf, aku tidak bisa menemanimu. Jadi, aku sudah meminta Hazel untuk membawamu ke sana."Luna mengangguk pelan, meski ada sedikit rasa kecewa yang ia sembunyikan di balik senyumnya. Jacob menatapnya sejenak, memastikan bahwa Luna tidak keberatan, sebelum kembali fokus pada makanannya.Namun, kebersamaan mereka tak berlangsung lama. Ponsel Jacob yang tergeletak di meja ruang tamu tiba-tiba berdering, memecah keheningan. Jacob menghela napas, meletakkan sendoknya, lalu bangkit untuk menjawab panggilan tersebut.Suara tegasnya segera menggema di ruang tamu saat ia berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Tanpa sadar, Jacob berjalan menuju ruang kerjanya, meninggalkan Luna sendi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 67 Bendera perang

    Russel menghentikan langkahnya begitu suara sepatu hak tinggi itu mendekat. Ia perlahan menoleh, dan di sana, Leah Hamilton berdiri dengan seringai yang begitu familiar, seringai yang pernah memikatnya sekaligus menghancurkannya. Wajah Russel seketika berubah dingin, penuh kebencian yang tak lagi ia sembunyikan.Leah berjalan mendekat dengan langkah santai, tatapannya penuh kemenangan. "Bisa bicara sebentar?" tanyanya, suaranya manis namun sarat sindiran. Pandangannya melirik tajam pada asisten Russel, membuatnya sadar diri untuk segera menjauh.Mereka berdua pun melangkah menuju sudut terpencil, jauh dari keramaian dan bahkan dari jangkauan kamera pengawas. Tempat itu seperti diatur untuk menjadi panggung kecil bagi perasaan emosional mereka. Leah berdiri dengan sikap percaya diri, melipat tangannya di depan dada sambil menatap Russel dengan tatapan yang hanya bisa diartikan sebagai penghinaan."Sudah lama tidak bertemu, mantan kekasih gelapku," ujar Leah, nadanya licik, memancing ama

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 66 Ternyata?

    Langit malam sudah sepenuhnya gelap, dan jarum jam mendekati pukul sebelas ketika Jacob masih terjebak di ruang kerjanya. Berkas-berkas menumpuk di mejanya, mencerminkan kekacauan pikiran yang memenuhi kepalanya.Proyek besar yang seharusnya sudah berada di bawah kendali perusahaannya tiba-tiba saja diambil alih oleh Zenith Corp tanpa pemberitahuan apa pun. Ini bukan hanya sekadar pelanggaran prosedur, ini penghinaan yang tidak bisa dibiarkan.Pintu ruang kerja terbuka tiba-tiba, mengusik konsentrasinya. Asisten pribadinya masuk dengan tergesa-gesa, membawa sebuah map di tangannya dan wajahnya penuh kecemasan."Tuan, pihak yang berkaitan akan mengadakan rapat mendadak besok pagi," katanya dengan suara tegas, meskipun nada paniknya jelas terdengar.Jacob menghela nafas panjang sambil memijat keningnya yang terasa berat. Ia mengambil map itu dari tangan asistennya dan membolak-baliknya sekilas. Informasi di dalamnya hanya membuat frustrasinya semakin memuncak."Pastikan pengacaraku hadi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 65 Mengagumi Luna

    Hazel baru saja meninggalkan ruangan setelah berdebat singkat dengan Jacob, meninggalkan suasana yang kini terasa lebih sunyi. Jacob berdiri di dekat meja kerjanya, menghela nafas panjang, seolah berusaha meredakan amarah yang sebenarnya tak pernah ia tujukan pada Hazel. Luna sejak tadi merasa canggung, segera berdiri dan menatap Jacob dengan tatapan penuh rasa bersalah."Ini bukan salah Hazel," ucap Luna, suaranya lembut namun tegas. "Kau jangan marah padanya, dia hanya ingin aku merasa lebih percaya diri."Namun, reaksi Jacob jauh dari apa yang ia bayangkan. Alih-alih marah, pria itu melangkah mendekat, mendekap Luna dengan kehangatan yang tak ia duga. Pelukan itu tidak berlangsung lama, namun cukup untuk membuat Luna tertegun."Aku tidak marah," kata Jacob dengan suara tenang. "Aku hanya khawatir padamu. Kau belum sepenuhnya terbiasa dengan lingkungan luar, apalagi bertemu banyak orang. Bagaimana jika hal itu membuatmu kembali takut atau merasa tertekan?"Luna perlahan melepaskan di

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 64 Ruangan Jacob

    Bagaikan dihantam oleh fakta yang mengejutkan, Keith memanggil Leah dengan sebutan ibu. Jika Luna tidak mendengar langsung, ia pasti akan menganggap ini hanyalah mimpi. Namun sayangnya tidak, setelah Keith dan Leah pergi tanpa menyadari keberadaannya, saat itu Luna masih dapat melihat bahu mereka dari kejauhan.Ibu yang selalu menjadikannya sasaran kemarahan dan teman yang selalu membulinya, mengapa mereka menjadi begitu sangat akrab sampai Keith memanggil Leah sebagai ibu. Mungkinkah Leah sudah menikah dengan ayah dari Keith?Ini masih menjadi pertanyaan untuk Luna, ia sudah terlalu lama tidak mendengar kabar ibunya dan ini adalah kali pertama ia bertemu namun sebuah kejutan besar membuatnya hanya bisa diam."Hei, maaf membuatmu menunggu lama," suara Hazel membuyarkan lamunannya. Hazel berdiri dengan senyum hangat, membawa sebuah paper bag kecil di tangan. Luna mendongak, mencoba menyembunyikan kegelisahannya dengan senyuman kaku."Bagaimana, kau sudah mendapatkan barang yang kau mau

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 63 Kejutan tak terduga

    Sejak pukul delapan, Jacob sudah meninggalkan apartemen. Tadinya, Luna pikir ia akan menghabiskan seharian di apartemen itu dengan membosankan, namun rupanya Jacob menyuruh Hazel untuk menemani Luna bepergian."Nona, aku minta maaf. Anda sampai harus meluangkan waktu menemaniku," ucap Luna, merasa sedikit canggung.Hazel menoleh, matanya yang penuh dengan binar semangat itu tak peduli dengan kalimat Luna, bahkan dengan santai Hazel merangkul bahu Luna seakan mereka ada sahabat yang sudah sangat dekat."Kau malah menyelamatkanku, Luna! Pekerjaan menumpuk, liburan seharian pun sulit aku didapatkan. Tapi Jacob memberiku kesempatan untuk bolos demi menemanimu, bagaimana menurutmu? Itu kan luar biasa?" Hazel menyeringai, mengedipkan sebelah matanya.Luna sedikit terkejut, tapi tak bisa menahan senyum kecil yang terbit. "Aku tidak ingin merepotkanmu," jawabnya, meskipun hatinya merasa ringan.Hazel tertawa pelan, tanpa peduli dengan kekhawatiran Luna. "Nonsense! Kita kan sama-sama manusia, d

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 62 Leah Hamilton

    Di dalam sebuah apartemen dengan suasana temaram, televisi menyala menampilkan tayangan berita malam. Di sofa, seorang wanita duduk dengan anggun, memegang segelas wine di tangannya. Ia memutar gelas itu perlahan, memperhatikan cairan merah gelap yang berputar seiring pikirannya yang bergulir.Di dapur, seorang pria dengan penampilan santai sedang memilih botol minuman dingin dari lemari pendingin. Suara kaca yang bersentuhan terdengar samar di tengah keheningan apartemen."Kau sudah menerima surat panggilan dari perusahaan Lawson?" tanya Eric dengan nada datar, tanpa menoleh.Leah menghela nafas ringan, menyandarkan tubuhnya pada sofa sambil meneguk sedikit wine. "Belum," jawabnya singkat. "Tapi aku yakin mereka akan mempertimbangkanku. Lagi pula, kemampuan seperti milikku jelas tak mudah mereka temukan." Ada nada percaya diri dalam suaranya, meski matanya tampak menerawang jauh.Sejenak keheningan melingkupi ruangan. Leah menghabiskan sisa wine di gelasnya dengan satu tegukan. Namun

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 61 Sesempit itu

    Saat bangun keesokan harinya, hal pertama yang Luna rasakan adalah nyeri di sekujur tubuh. Pinggangnya terasa akan patah saat ia beranjak duduk, bukti betapa brutalnya Jacob semalam membuatnya tak berdaya."Aku sudah berusaha menghindarinya, tapi dia tetap saja berhasil melakukan hal ini padaku." batin Luna sambil meringis, ia turun dari tempat tidur dan saat itu juga ia jatuh ke lantai yang dingin.Bertepatan dengan itu, pintu kamar terbuka dan Jacob masuk. "Luna, kau tidak apa-apa?" dengan cepat pria itu menghampiri, membantu Luna berdiri, namun kedua kaki Luna rasanya seperti mati rasa dan ia bahkan tak mampu untuk berdiri.Gadis itu menatap Jacob dengan pandangan tajam, "Kau tau siapa yang membuatku sampai seperti ini?!" geramnya."Harusnya kau bilang dari awal kalau membutuhkan bantuan," dengan tanpa rasa bersalah, Jacob menggendong Luna ke kamar mandi, membantu gadis itu membersihkan diri.Luna hanya diam memperhatikan, ia tak punya tenaga untuk membalas Jacob. Setelah selesai,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status