"Kali ini, apalagi yang lo janjiin?" tanya Sasa pada Erna saat kedua siswa yang membawakan makanan mereka telah pergi.
Erna hanya tersenyum miring menanggapi pertanyaan Sasa. Sudah tak jadi rahasia lagi diantara keempatnya bahwa dia sering kali menggunakan parasnya untuk meminta bantuan para siswa yang ada disekitarnya. Apalagi jika dia mengetahui bahwa orang itu tertarik padanya. Emang predikat playgirl sangat cocok sekali dengannya.
"Malam mingguan, kalo yang satunya nomor Eriska," jawab Erna santai.
"Gila! Lo, emang ...." takjub Sasa.
Eriska sendiri hanya berdecak malas dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulut Erna, sedang Nanda, dia menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan jalan pikiran Erna yang selalu saja memanfaatkan orang lain untuk kesenangannya. Namun, bukan untuk hal yang merujuk pada kejahatan.
***
Bel masuk setelah istirahat sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu. Namun, belum juga ada tanda-tanda kedatangan guru yang akan mengajar. Tentu saja hal itu digunakan oleh sebagian besar murid kelas X IPS 2 dengan berbagai hal, seperti, mengerjakan tugas yang belum sempat mereka kerjakan sebelumnya.
"Selamat siang anak-anak," sapa seorang guru yang tiba-tiba sudah ada di depan.
Sontak semua murid bergegas kembali ke bangku mereka masing-masing.
"Siang, Bu," jawab murid-murid serentak.
Kebetulan saat ini adalah giliran mata pelajaran Sosiologi, dan setelah mengucapkan salam, guru tersebut langsung menanyakan tugas yang minggu kemarin diberikan kepada murid-muridnya, anak-anak yang belum mengerjakan diminta untuk angkat tangan, dan dapat ditebak apa hasilnya. Sebagian besar muridnya belum mengerjakan tugas tersebut. Entah apa saja yang mereka lakukan selama seminggu ini di rumah.
Guru tersebut hanya bisa menghela napas lelah melihat kelakuan anak muridnya. Guru setengah baya yang terkenal ramah dan penyabar, tetapi anehnya, dia akan berubah seratus delapan puluh derajat saat berhadapan dengan anak-anak kelas X IPS 2. Apa sebegitu bobroknya anak X IPS 2? Entahlah.
"Kemarin kita sampai mana?" tanya Bu Ifa, yang tak lain adalah guru mata pelajaran Sosiologi khusus kelas X yang juga menjabat sebagai wali kelas X IPS 2.
"Bentuk-bentuk integrasi sosial, Bu." Rania sang sekretaris kelas menjawab.
"Sekarang kita akan bahas tentang reintegrasi sosial."
Bu Ifa mulai menerangkan materi dan sesekali menuliskannya di papan tulis jika ada materi yang belum ada di buku murid-muridnya, dan saat dia merasa bahwa murid-muridnya sudah tidak mendengarkannya lagi, dia segera membalikkan badan dan di sana, tepatnya di pojok belakang sebelah kiri tempat anak murid laki-laki duduk, dia mendapati sang ketua kelas X IPS 2 sibuk berbicara dengan teman sebangkunya.
"Azizi," panggil Bu Ifa dengan lembut, sedang sang objek yang dipanggil belum juga menyadari.
Dengan langkah pasti, Bu Ifa berjalan mendekati bangku yang di duduki ketua kelas itu. Begitu sampai, langsung saja guru tersebut menjewer salah satu telinga anak muridnya itu.
"Anj---astaghfirullah, Bu," pekik Azizi yang tak lain adalah ketua kelas X IPS 2.
"Coba terangkan apa saja yang sudah Ibu jelaskan!" tegas Bu Ifa.
"Bu, Ibu, 'kan guru kesayangan ki---"
Belum sempat Azizi menyelesaikan ucapannya, Bu Ifa sudah terlebih dahulu menyelanya.
"Terangkan atau lari keliling lapangan dua puluh kali?!"
"Astaghfirullah, Bu. Ibu tega banget sama murid Ibu yang cute ini?" melas Azizi.
"Oke. Lari tiga puluh kali," ucap Bu Ifa tegas tanpa mau dibantah lagi.
Beliau segera kembali berjalan menuju depan kelas untuk kembali menerangkan materinya yang sempat tertunda tadi. Namun, belum jauh dari bangku murid badungnya itu, dia mendengar gerutuan dari murid tersebut.
"Kayak Ibu tiri," gerutu Azizi tanpa sadar bahwa Bu Ifa bisa mendengarnya.
"Lima puluh putaran sekarang atau Ibu tambah menjadi seratus, Azizi?!"
"Buset, gue kira udah nggak ada," gumam Azizi.
"AZIZI!" tegas Bu Ifa.
"Iya, Bu," jawab Azizi. Setelahnya, dia lari terbirit-birit keluar kelas menuju lapangan yang ada di luar diiringi gelak tawa teman sekelasnya.
"Kita lanjutkan materinya," ucap Bu Ifa tegas.
Seluruh murid langsung terdiam dari tawa mereka setelah mendengar nada tegas dari guru yang merupakan wali kelasnya itu.
Sepertinya ada yang berbeda dengan anak murid kelas X IPS 2 kali ini. Saat kebanyakan muridnya tertawa karena kelakuan Azizi yang tak lain adalah ketua kelas mereka karena hukuman dari guru yang mengajar, sepertinya hal itu justru berbanding terbalik dengan dua murid yang masing-masing duduk di bangku pojok kelas. Tepatnya seorang siswa beriris mata hitam yang saat ini tengah diam-diam memperhatikan seorang siswi berkucir kuda yang juga duduk di bangku pojok belakang sebelah kanan yang sepertinya tengah tertidur.
"Eriska!" panggil Bu Ifa sedikit keras saat mendapati anak muridnya itu tertidur.
Ya, sedari dua puluh menit yang lalu yang dilakukan Eriska adalah tidur di bangkunya.
"Er, bangun, Er," bisik Erna berusaha membangunkan Eriska yang memang duduk sebangku dengannya, sedang Nanda yang duduk di depannya bersama Sasa juga saat ini tengah menoleh kebelakang untuk membangunkan gadis itu.
Selang beberapa detik kemudian, Eriska merasa ada seseorang yang memanggilnya, dan benar saja, saat dia terbangun, dia mendapati Erna yang memang memanggil namanya. Bukan hanya itu saja, dia bahkan mendapati seluruh pasang mata murid di kelasnya kini memperhatikannya.
"Lo, dipanggil Bu Ifa," jelas Erna dengan nada berbisik.
Eriska mendongakkan kepalanya untuk melihat wali kelasnya yang saat ini tengah berdiri di depan dengan wajah menahan amarah. Gadis itu hanya bisa menghela napas lelah mendapati sorot mata tajam dari wali kelasnya itu.
"Jelaskan apa yang baru saja saya terangkan!" perintah Bu Ifa pada Eriska yang hanya diam saja memperhatikan depan.
"Lo, nggak papa, Er?" tanya Nanda yang mendapati wajah Eriska sedikit pucat.
Eriska hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia tidak apa-apa, sebelum akhirnya menjawab perintah dari guru yang mengajar di depan.
"Reintegrasi sosial merupakan salah satu cara memecahkan konflik pada masyarakat yang mengalami konflik, pada dasarnya tujuan reintegrasi adalah memperbaiki hal-hal yang menjadi pemicu terjadinya konflik ataupun kekerasan dalam masyarakat ... Indonesia juga telah memiliki Undang-Undang No. 7 tentang Penanganan Konflik Sosial." Eriska menjawab dengan lancar dan membuat seisi kelas melongo tidak percaya.
Bukan hal tabu lagi, jika gadis itu bisa menjawab dengan sangat lancarnya mengingat predikat dia sebagai salah satu anak emas dari SMA Nusa Pertiwi karena menyandang posisi juara olimpiade Sosiologi dalam berbagai kompetisi. Apalagi hanya sebatas pelajaran yang baru saja disampaikan yang merupakan pelajaran anak kelas XI. Itu juga hal yang menjadi pertanyaan di benak teman sekelasnya, mengapa guru Sosiologi mereka yang tak lain adalah wali kelas mereka sendiri mengajarkan materi anak kelas XI pada anak muridnya yang notabenenya adalah kelas X.
"Bagus Eriska," puji Bu Ifa, setelahnya beliau kembali melanjutkan menerangkan materi. Suasana hening pun kembali melingkupi kelas X IPS 2 karena sang guru pengajar kembali fokus menjelaskan materinya.
"Oke. Karena sekitar dua setengah bulan lagi kalian akan ulangan kenaikan kelas. Jadi kalian harus rajin belajar, dan untuk itu, saya pengen kalian membuat makalah yang berisi materi penelitian sosial tentang pemecahan konflik dan kekerasan, serta untuk yang belum mengerjakan tugas jangan lupa dikerjakan. Kita kumpulkan di pertemuan berikutnya," ucap Bu Ifa setelah menyelesaikan materinya dan bersiap meninggalkan kelas.
"Dan satu lagi." Bu Ifa kembali melanjutkan ucapannya, "dibuat kelompok saja."
"Makalahnya satu kelompok satu, Bu?" tanya seorang siswa bernama Reza yang merupakan sekretaris dua.
"Iya, sekian dari saya, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab murid-murid.
Setelahnya, Bu Ifa melangkahkan kakinya keluar dari kelas diiringi helaan napas lega dari murid-muridnya.
"Lo, beneran nggak papa, Er?" tanya Nanda yang kini sudah seratus delapan puluh derajat menghadap belakang, tepatnya menghadap Eriska.
Eriska hanya menganggukkan kepalanya sebagai respons.
"Ke UKS aja ayok," ajak Erna.
"Nggak," jawab Eriska singkat. Setelahnya dia kembali merebahkan kepalanya diantara lipatan kedua tangannya di atas meja setelah mengetahui dia akan sekelompok dengan siapa, menyisakan helaan napas panjang dari para sahabatnya, dan tanpa ada yang menyadari jika sedari tadi ada sepasang mata elang yang terus saja memperhatikannya.
Suasana sore yang sangat mendukung untuk digunakan jalan-jalan, dengan semburat senja yang nampaknya malu-malu untuk menunjukkan sinarnya.Seperti yang dilakukan oleh gadis dengan rambut hitam panjang yang dikucir kuda yang masih mengenakan seragam sekolah anak SMA itu, Eriska. Ya, Eriska saat ini tengah melangkahkan kaki di sepanjang trotoar jalan kompleks perumahan elit, lebih tepatnya, dia baru saja selesai mengajar les anak-anak SD sepulangnya dari sekolah.Jika kalian berpikir bahwa dia sudah tidak mempunyai orang tua? Maka jawabannya, salah, dan jika kalian juga berpikir bahwa setiap bulan dia tidak mendapat kiriman uang? Jawabannya tidak, setiap bulan dia mendapatkan kiriman uang. Namun, tidak pernah sekalipun dirinya menggunakan uang kiriman itu. Dia lebih memilih bekerja di sebuah toko buku yang tidak jauh dari tempat kost-nya setiap akhir pekan dan menjadi pengajar les anak-anak SD setiap hari jum'at setelah pulang se
Suasana koridor SMA Nusa Pertiwi, tepatnya koridor kelas IPS pagi ini seperti pasar. Bahkan riuhnya pasar, tak sebanding dengan keadaan koridor tersebut.Bukan hal tabu lagi jika suasana seperti itu terjadi saat keempat cowok dengan wajah tampan yang menamai geng mereka dengan sebutan White Wolf, berjalan melewati koridor sekolah untuk sampai ke kelas mereka, bahkan saat mereka baru saja sampai di gerbang, suasana sudah sangat riuh layaknya kedatangan seorang artis terkenal.Siapa yang tak kenal dengan geng White Wolf? Geng motor yang sudah sangat terkenal baik dari dalam sekolah maupun luar sekolah, dengan anggota yang tersebar dari berbagai sekolah dan tingkatan. Geng yang sudah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu. Geng yang sangat disegani dan ditakuti banyak orang jika sudah terjun di jalanan, seperti namanya, Wolf, yang memiliki arti serigala. Namun, beda lagi jika mereka berada di lingkungan sekolah, maka yang ada hanya kelakuan k
Suasana kantin yang riuh dengan berbagai ucapan para siswa-siswi yang membeli makanan seketika berganti dengan pekikan heboh kala tujuh siswa most wanted boy berjalan memasuki area kantin. Walaupun posisi ketujuhnya masih berada di luar. Namun,pekikan histeris para siswi sampai di kantin indoor.Tujuh siswa most wanted yang menjadi biang rusuh kantin saat ini tak lain dan tak bukan adalah; Langit, Zizi, Bara, Dafa, Nathan, Alex dan Aldi. Ketujuhnya merupakan the most wanted boy dari kelas X IPS, yang terkenal karena wajah tampan mereka yang di atas rata-rata. Apalagi Nathan, Alex, Aldi dan Langit memiliki darah campuran luar. Maka tak akan ada yang bisa menolak pesonanya. Ditambah lagi mereka semua merupakan anggota dari White Wolf. Lengkap sudah kriteria yang diidam-idamkan para kaum perempuan, karena semuanya ada pada diri mereka."Langit.""Langit, nanti ki
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
Suasana semakin hening kala Langit membuka suara tetapi tak kunjung dilanjutkan. Deg-degan. Mungkin itu yang saat ini tengah menggambarkan bagaimana kondisi penghuni kelas X IPS 2. Mereka semua deg-degan dan menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh Langit kepada Eriska. Saking deg-degannya, mereka semua tak sadar jika sedari tadi ada suara lagu yang mengalun indah menjadi backsound momen antara Langit dan Eriska.Ku cintai kau setulus hatiKu sayangi kau sepenuh hatiAku mohon kau tetap disiniMenemani aku sampai akhir nantiKan ku jaga kau ..."Gu---"Lo ngomongin gueGue bodo amatLo nge-hina gueGue bodo amatSeketika semua penghuni kelas X IPS 2 tanpa terkecuali, menoleh ke arah pintu, menatap seseorang yang berdi
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p