Suasana kantin yang riuh dengan berbagai ucapan para siswa-siswi yang membeli makanan seketika berganti dengan pekikan heboh kala tujuh siswa most wanted boy berjalan memasuki area kantin. Walaupun posisi ketujuhnya masih berada di luar. Namun, pekikan histeris para siswi sampai di kantin indoor.
Tujuh siswa most wanted yang menjadi biang rusuh kantin saat ini tak lain dan tak bukan adalah; Langit, Zizi, Bara, Dafa, Nathan, Alex dan Aldi. Ketujuhnya merupakan the most wanted boy dari kelas X IPS, yang terkenal karena wajah tampan mereka yang di atas rata-rata. Apalagi Nathan, Alex, Aldi dan Langit memiliki darah campuran luar. Maka tak akan ada yang bisa menolak pesonanya. Ditambah lagi mereka semua merupakan anggota dari White Wolf. Lengkap sudah kriteria yang diidam-idamkan para kaum perempuan, karena semuanya ada pada diri mereka.
"Langit."
"Langit, nanti kita jalan, yuk."
"Nathan, liat sini dong."
"Kok, nggak ada Kak Arvan?"
"Langit."
"Tumben, lo, diem?" Nathan bertanya pada Langit yang berjalan di sampingnya.
Langit diam tak menanggapi, dan itu membuat keenam cowok yang berjalan bersamanya mengerutkan kening bingung. Tak biasanya seorang Langit Arkana Sanjaya yang notabenenya seorang playboy diam tak menanggapi pekikan histeris dari para siswi yang dilewatinya. Bahkan, menoleh pun enggan. Boro-boro menolehkan kepalanya, cowok itu bahkan tidak melirik sedikit pun.
"Lang," panggil Zizi.
Tak ada jawaban dari cowok yang saat ini masih melangkahkan kakinya menuju area kantin indoor dengan mata elangnya yang seperti tengah mencari sesuatu atau mungkin seseorang. Entahlah.
Semua sahabatnya penasaran. Mereka bertanya-tanya. Apa yang membuat cowok itu diam tak menanggapi panggilan-panggilan dari para penggemarnya?
Langkah kaki Langit terhenti di pintu masuk kantin indoor saat ada dua orang siswi cukup cantik yang juga merupakan most wanted girl dari kelas X IPA menghadangnya, membuat keenam sahabatnya juga menghentikan langkah mereka.
"Langit," panggil siswi ber-nametag Rainasya Maharani atau yang sering dipanggil Rain, most wanted girl dari kelas X IPA 1, yang tak lain adalah pacar Langit. Membuat seluruh atensi penghuni kantin menatap dua most wanted yang saling berhadapan itu dengan penuh tanya.
Langit hanya menaikkan sebelah alisnya untuk menanggapi cewek di hadapannya itu, yang justru semakin membuat keenam sahabatnya bertanya-tanya atas sikapnya barusan.
"Lang, aku kecewa sama kamu. Kenapa kamu selingkuh dari aku," ucap Rain lembut, atau sok lembut? Entahlah, yang pasti Langit ingin segera pergi.
"So?" jawab Langit menatap cewek di hadapannya datar.
"Kita putus." Rain dengan kepercayaan diri tinggi berharap Langit tak menerima putus darinya.
"Oke."
Langit segera melangkah meninggalkan Rain yang tak percaya dengan jawaban yang keluar dari mulutnya. Membuat seluruh penghuni kantin melongo tak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Tak hanya itu saja, kejadian barusan juga menyisakan tanda tanya besar di benak seluruh penghuni kantin terutama keenam sahabatnya yang menyaksikan adegan tersebut. Untuk pertama kalinya, seorang Langit Arkana Sanjaya, siswa yang terkenal playboy diputusin perempuan, dan dengan mudahnya dia meng-iyakan permintaan tersebut.
Langit tak memperdulikan tatapan penasaran dari para penghuni kantin. Bahkan dia tak memperdulikan keenam sahabatnya yang terus saja bertanya mengapa dia dengan gampangnya meng-iyakan permintaan putus dari Rain, yang notabenenya primadona SMA Nusa Pertiwi. Dia terus melangkahkan kakinya ke area kantin indoor dengan mata yang terus menatap sekeliling mencari seseorang, hingga pandangannya bertemu dengan iris mata hazel yang juga tengah memandangnya, membuat langkahnya terhenti beberapa detik, hingga pemilik iris mata hazel itu memutus kontak mata mereka.
Menghela napas panjang, Langit segera melangkahkan kakinya menuju tempat duduk yang masih kosong diikuti keenam sahabatnya.
***
"Gue ketinggalan apaan?" tanya Arvan yang baru tiba dengan sahabatnya yang bernama Reno di tempat duduk Langit cs.
"Banyak, Bang," jawab Aldi.
"Apaan?" kini giliran Reno yang bertanya.
"Langit diputusin Rain---"
Bruk!
Seluruh penghuni kantin kini menatap tempat dimana yang diduduki oleh most wanted boy dari SMA Nusa Pertiwi itu. Membuat kedelapan cowok yang duduk di bangku tersebut menatap sang pelaku yang tak lain adalah Arvan, yang saat ini tengah cengengesan tidak jelas.
"Santuy, Mas Bro," cengir Arvan.
"Serius, Lang?" Reno menatap penuh tanya cowok yang menjadi tokoh utama dalam pembahasan mereka itu.
"Hm."
"Woahh!" pekik Arvan yang kembali dihadiahi tatapan tajam sahabatnya.
"Hehe." Arvan mengacungkan jari tangannya membentuk huruf V, pertanda dia minta damai.
"Seorang Langit, cowok yang ter---"
"Lo, kenapa, Lang?" tanya Reno memotong ucapan Arvan seenakjidatnya, membuat cowok tersebut menggerutu tidak jelas.
Langit yang terus-terusan mendapatkan pertanyaan yang sama hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai respons.
"Sahabat, lo, kenapa?" bisik Arvan pada Alex yang duduk di sampingnya.
"Dari tadi juga gitu, dia," jawab Alex sibuk meminum minumannya.
"Lo, ada masalah?" tanya Reno pada cowok yang masih duduk di hadapannya. Namun, dia merasa bahwa tatapan dan fokus cowok tersebut tidak padanya.
"Lang?" panggil Arvan.
Sedetik kemudian, Arvan terkejut dengan tatapan Langit yang tak seperti biasanya. Tanpa suara, dia dan Reno bertukar tatapan yang sulit ditebak. Kemudian menghela napas pasrah dan membuat yang lain bertanya-tanya.
***
Setelah hampir empat jam diisi dengan mata pelajaran Ekonomi yang membuat mata ingin terpejam dan otak berasap, akhirnya bel pergantian pelajaran berbunyi juga. Masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum guru masuk untuk jam pelajaran selanjutnya, dan hal itu dimanfaatkan anak-anak kelas X IPS 2 dengan sebaik mungkin.
"Sumpah, mata gue udah mau merem aja," ucap Zizi sambil merenggangkan otot-otot tangannya.
"Bukannya dari tadi, lo, udah tidur?" tanya cowok ber-nametag Alexander Raynan, cowok yang duduk di bangku samping bangku yang ditempatinya.
"Ck, mana habis ini sejarah lagi," dumel Zizi.
"Lo, kayak perempuan, ngeluh mulu."
"Dia aja, panggilannya, Zizi," ejek Dafa, bendahara dua kelas mereka yang duduk di bangku depan dengan teman mereka yang bernama Nathan, yang juga salah satu anggota White Wolf.
"Adek Zizi, nggak boleh ngeluh." Nathan ikut mengejek Zizi yang sudah memasang wajah masam.
Zizi hanya menampilkan wajah masam dengan mulut yang terus-terusan menggerutu menyumpahi teman-temannya yang kini menatap ke arahnya.
"Adek kecil jangan ngambek."
Alex yang tak lain adalah sekretaris satu di kelas mereka itu, masih saja mengejek Zizi yang sudah melotot tak terima, karena terus-terusan dipanggil Adek. Ya, Zizi merupakan siswa termuda di kelas mereka, itu sebabnya mengapa dia sering kali dipanggil Adek oleh teman-temannya.
"Lang, bantuin gue, napa. Lo, diem mulu dari tadi." Zizi menggerutu pada teman sebangkunya, Langit. Cowok itu sedari tadi memang diam, membuat Zizi sedikit merasa aneh.
"Lo, kenapa, Lang?" tanya Alex yang juga ikut merasa heran dengan ketua dari White Wolf itu.
"Nggak ada," jawab Langit singkat.
Langit kembali terdiam, mengabaikan tatapan penasaran dari para sahabatnya. Dia masih fokus menatap siswi yang duduk di pojok belakang sebelah kanan, yang tak lain adalah Eriska dengan tatapan yang sulit diartikan. Tanpa menyadari jika semua kelakuannya seharian ini tak luput dari perhatian Zizi yang memang sudah merasa aneh dengan ke-terdiaman cowok itu.
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Suasana semakin hening kala Langit membuka suara tetapi tak kunjung dilanjutkan. Deg-degan. Mungkin itu yang saat ini tengah menggambarkan bagaimana kondisi penghuni kelas X IPS 2. Mereka semua deg-degan dan menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh Langit kepada Eriska. Saking deg-degannya, mereka semua tak sadar jika sedari tadi ada suara lagu yang mengalun indah menjadi backsound momen antara Langit dan Eriska.Ku cintai kau setulus hatiKu sayangi kau sepenuh hatiAku mohon kau tetap disiniMenemani aku sampai akhir nantiKan ku jaga kau ..."Gu---"Lo ngomongin gueGue bodo amatLo nge-hina gueGue bodo amatSeketika semua penghuni kelas X IPS 2 tanpa terkecuali, menoleh ke arah pintu, menatap seseorang yang berdi
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p