Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.
***
Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.
Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian.
"Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya.
"Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam.
"Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit.
"Lo, jangan pernah libatkan dia dalam urusan kita!" desis Langit penuh emosi.
"Kayaknya dia berharga banget buat, lo."
Seringai tipis menghiasai wajah pemuda di hadapan Langit, hingga membuatnya geram dan sulit mengatur emosi.
Langit masih diam bergeming di tempatnya. Menatap cowok di hadapannya dengan aura permusuhan yang sangat kentara. Mereka hanya berdua, tak ada siapapun lagi. Baik Langit maupun pemuda di hadapannya itu memutuskan untuk bertemu berdua tanpa ada orang lain.
"So?" tanya cowok di hadapan Langit sekali lagi, tanpa meninggalkan seringai tipis di bibirnya.
"Oke."
Dengan sebagian emosi yang sudah menguasai dirinya, Langit menerima tantangan dari cowok yang memintanya bertemu itu, tanpa tahu apa yang bakal terjadi kedepannya.
***
Brum!
Brum!Brum!Mereka saling kejar-kejaran. Ingin menjadi pemenang dalam tantangan kali ini. Baik Langit maupun pemuda yang menantang nya saling beradu kecepatan di jalanan yang sepi.
Brum!
Brum!Brum!Mereka berdua terus saja saling mengejar. Saling melirik dengan aura permusuhan yang sangat kentara dan saling mempercepat laju kendaraan masing-masing.
Langit yang berhasil memimpin, semakin mempercepat laju motor sportnya. Seringai tipis muncul di bibirnya tanpa sadar. Kali ini dia harus benar-benar memenangkan balapan tersebut agar tak terjadi hal yang tak diinginkannya. Namun, takdir seolah tak berpihak pada ketua geng White Wolf itu. Tanpa dia tahu, bahwa di depan sana ada seorang gadis yang berniat untuk menyeberang jalan.
Tiin!
Tiiiin!Langit yang sudah terlanjur memacu motornya dengan kecepatan tinggi berusaha menghindari gadis yang tengah berdiri di tengah jalan. Namun, sepertinya takdir memang sedang tak berpihak padanya. Motor yang dia kendarai kehilangan keseimbangan setelah berhasil menghindari gadis yang berdiri di tengah jalan itu, ditambah lagi lawannya berhasil menyusul dan menendang motor yang dikendarainya. Membuat dirinya benar-benar kehilangan keseimbangan dan berakhir kecelakaan ringan, yaitu motor yang dikendarainya jatuh bersama dengannya juga.
Bruk!
"Bangs*t," umpatnya penuh emosi.
Cowok itu berusaha keluar dari motor yang menindih tubuhnya. Emosinya benar-benar sudah berada di ubun-ubun. Dia harus segera mengejar cowok yang menantangnya adu balap. Namun, sebelum itu, hal pertama yang harus dia lakukan adalah berdiri terlebih dahulu.
Langit memicingkan matanya kala mendengar derap langkah kaki mendekatinya. Dia yang memang sedari awal sudah dalam keadaan emosi, tak memperdulikan siapapun orang yang mengganggunya. Dia harus memberi pelajaran pada orang tersebut. Tepat setelah pelaku yang membuatnya kecelakaan itu berdiri di depannya yang masih dalam posisi duduk di trotoar, Langit segera mendongak dan bersiap untuk memberi pelajaran orang tersebut sebelum matanya terpaku pada iris mata hazel sosok gadis di hadapannya.
"Sorry," ucap gadis tersebut padanya.
Langit diam tak bergeming. Masih dengan posisi terduduk di trotoar, dia hanya menatap lekat gadis yang berdiri di hadapannya.
"Sorry," ucap gadis itu lagi. Mungkin karena tak kunjung mendapat respons darinya, kecuali tatapan lekat dari balik helm yang dirinya pakai, dan Langit tahu, bahwa hal tersebut justru membuat orang yang di hadapannya merasa risih.
"Ck, lo, niat minta maaf nggak sih, Er?" gerutu Langit dari balik helm yang dipakainya. Entah kemana hilangnya emosi yang sedari awal sudah menguasainya itu.
Gadis di tersebut hanya menaikkan sebelah alisnya. Langit tahu, bahwa sosok tersebut pasti tidak mengenali siapa dirinya.
"Ada gitu, minta maaf tapi muka datar," gerutu Langit lagi sambil membuka helmnya.
Dia dapat melihat, sosok di hadapannya itu tersentak kaget untuk beberapa detik saat mengetahui bahwa orang yang baru saja mendapat musibah itu adalah dirinya.
"Lo, tadi ngapain di tengah jalan, sih?" dumel Langit.
Cowok itu merasa berbicara dengan patung, karena gadis di hadapannya itu sedari tadi masih diam di tempatnya. Mengabaikan segala gerutuan dan ocehan darinya.
"Er, oy?! Lo, nggak kesambet, 'kan?" tanya Langit mulai panik karena gadis di hadapannya yang tak lain adalah Eriska itu hanya diam saja, bahkan bergerak pun tidak.
Gadis yang berdiri di hadapannya terhenyak mendengar teriakkan Langit yang terduduk di trotoar. Dia tahu bahwa orang di hadapannya itu, kini mengalihkan pandangan untuk melihatnya, dan dengan kebetulan Langit juga sedang menatapnya.
Baik Eriska maupun Langit terdiam beberapa detik saat mata mereka tak sengaja bertemu, dan Langit yang saat ini terduduk di trotoar dapat melihat ada tatapan sayu dan mengkilap dari bola mata Eriska yang menatapnya. Ada sedikit rasa penasaran yang menghampiri pikirannya, karena yang dia tahu, Eriska adalah sosok cewek yang tak pernah menunjukkan ekspresi apapun selain cuek dan dingin.
"Gue, nggak papa. Lo, nggak perlu ngerasa bersalah," ujar Langit tak tega dengan tatapan mata Eriska yang tak pernah diperlihatkan pada siapapun.
"Lo, tunggu sini," ucap Eriska setelah tersadar dari apa yang baru saja dia lakukan.
Gadis itu segera berlalu pergi menuju apotik dan juga ingin menutupi jika dirinya tak sengaja meneteskan air mata.
Langit yang masih duduk di trotoar hanya menatap penuh tanda tanya pada punggung gadis yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya. Terutama tentang air mata yang berusaha gadis itu sembunyikan. Ya, dia sempat melihatnya, sebelum gadis itu berlalu pergi.
***
Selang beberapa menit, Eriska kembali menghampiri Langit dengan membawa sebuah kantong plastik di tangannya. Gadis itu perlahan ikut mendudukkan dirinya di samping cowok yang saat tengah berpindah tempat menjadi tiduran di rerumputan taman. Nampaknya Eriska terlihat ragu untuk berbicara, dan itu semua tertangkap mata elang cowok di sampingnya. Langit merasa ada yang menggangu pikiran gadis yang duduk dengan diam di sampingnya itu.
"Woy!" teriak Langit pada Eriska yang kini telah mengubah posisinya menjadi duduk menghadap gadis itu.
Gadis itu menghela napas panjang, seperti berusaha menghilangkan semua kecamuk dalam kepalanya, dan apa yang dilakukannya itu tak lepas dari penglihatan Langit yang duduk di sampingnya.
"Gue, obatin," ujar Eriska.
"Gue bisa sendiri," jawab Langit.
Lama, mereka berdua terdiam dengan kegiatan masing-masing. Langit yang sedang fokus mengobati luka di tangannya karena memang dia tak memakai jaket pada saat adu balap, dan Eriska yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Lo, kena---"
"Gue duluan," ucap Eriska memotong ucapannya.
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Suasana semakin hening kala Langit membuka suara tetapi tak kunjung dilanjutkan. Deg-degan. Mungkin itu yang saat ini tengah menggambarkan bagaimana kondisi penghuni kelas X IPS 2. Mereka semua deg-degan dan menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh Langit kepada Eriska. Saking deg-degannya, mereka semua tak sadar jika sedari tadi ada suara lagu yang mengalun indah menjadi backsound momen antara Langit dan Eriska.Ku cintai kau setulus hatiKu sayangi kau sepenuh hatiAku mohon kau tetap disiniMenemani aku sampai akhir nantiKan ku jaga kau ..."Gu---"Lo ngomongin gueGue bodo amatLo nge-hina gueGue bodo amatSeketika semua penghuni kelas X IPS 2 tanpa terkecuali, menoleh ke arah pintu, menatap seseorang yang berdi
Suasana semakin hening kala Langit membuka suara tetapi tak kunjung dilanjutkan. Deg-degan. Mungkin itu yang saat ini tengah menggambarkan bagaimana kondisi penghuni kelas X IPS 2. Mereka semua deg-degan dan menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh Langit kepada Eriska. Saking deg-degannya, mereka semua tak sadar jika sedari tadi ada suara lagu yang mengalun indah menjadi backsound momen antara Langit dan Eriska.Ku cintai kau setulus hatiKu sayangi kau sepenuh hatiAku mohon kau tetap disiniMenemani aku sampai akhir nantiKan ku jaga kau ..."Gu---"Lo ngomongin gueGue bodo amatLo nge-hina gueGue bodo amatSeketika semua penghuni kelas X IPS 2 tanpa terkecuali, menoleh ke arah pintu, menatap seseorang yang berdi
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p