Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.
***
Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.
Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.
***
Kringg!!
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas.
"Woahh, akhirnya pulang juga," ujar Dafa semangat.
"Ho'o," sahut Zizi tak kalah semangat.
Langit yang duduk di samping Zizi pun hanya melirik sahabatnya itu malas. Enggan untuk berkomentar dan tetap memilih diam seperti seharian ini.
"Markas?" tanya Nathan pada sahabatnya yang lain.
"Eh, lupa gue," ujar Alex tiba-tiba, membuat seluruh sahabatnya menatap ke arah cowok itu.
"Tadi, Lisa bilang ke gue, kalo hari ini ngerjain tugas dari Bu Ifa." Alex menatap Langit, karena cowok itu satu kelompok dengannya.
"Nggak hari minggu?" tanya Zizi penasaran. Alex hanya mengedikkan bahunya tanda bahwa dia tidak tahu.
"Gimana, Lang?" Alex kembali memastikan bahwa Langit akan setuju.
"Oke."
Setelahnya, mereka berlima berjalan keluar kelas diiringi candaan dan sesekali menanggapi panggilan para siswi yang meneriakkan nama mereka, kecuali Langit yang memang sepertinya masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
Sedikit memakan waktu yang lumayan lama, karena harus berjalan dari lantai tiga sampai parkiran yang jaraknya bisa buat orang pingsan seketika jika tak benar-benar sehat. Akhirnya, kelima most wanted boy SMA Nusa Pertiwi tiba di parkiran motor mereka. Selang beberapa menit, terlihat Bara, Aldi, Arvan dan Reno yang juga berjalan ke arah mereka.
"Markas, nih?" tanya Arvan memastikan. Walaupun tanpa bertanya pun, dia sudah tahu jawabannya.
"Yo'i," jawab Zizi.
"Adek Zizi, semangat banget," ejek Arvan. Dia paling suka kalau urusan menjahili adek kelasnya satu itu.
"Jangan gitu, Bang. Ngambek ntar." Nathan membalas ucapan Arvan sambil terkekeh.
Zizi hanya menampilkan wajah kesal. Dia terus saja menjadi bahan ejekan sahabat-sahabatnya. Dia pun malas meladeni ejekan para sahabatnya itu, karena dia sadar diri. Mungkin lebih tepatnya dia sudah kehilangan energi dan ingin segera beristirahat. Walaupun belum tentu nanti saat mereka semua sampai di markas White Wolf akan beristirahat.
"So, kenapa masih disini?" Reno akhirnya buka suara. Dia sedikit bingung, kenapa mereka masih berdiam di parkiran.
"Gue juga nggak tau," jawab Aldi ikutan bingung.
"Sahabat lo, masih diem?" bisik Arvan pada Zizi sambil mengarahkan tatapannya pada Langit yang memang masih diam tanpa membuka suara. Ditambah lagi cowok itu tengah menundukkan kepalanya.
Semuanya terdiam ketika Langit mendongakkan kepalanya. Mereka dapat merasakan aura yang sedikit mencekam dari sosok ketua geng White Wolf itu. Dalam hati mereka bertanya-tanya, apa yang tengah terjadi pada sosok yang kini menampilkan sorot mata dingin itu. Namun, diantara kedelapan cowok yang masih berdiam di parkiran, Arvan dan Reno saling melempar tatapan yang tak dimengerti lainnya. Kedua siswa dari kelas XI IPA 1 itu, bisa menangkap dengan jelas, bahwa ada sorot bingung dan frustrasi dari mata Langit.
Langit diam tak bergeming, membuat para sahabatnya tanpa sadar menahan napas karena merasakan aura yang berbeda dari dirinya. Memejamkan mata sejenak, cowok itu tanpa sadar mengacak rambutnya frustrasi, hingga pandangannya terpaku pada beberapa siswi yang berjalan ke arah parkiran.
Beberapa siswi itu tak lain adalah; Nanda, Sasa, Erna, Lisa, Irma dan tentu saja Eriska. Mereka terus berjalan dan menghiraukan panggilan-panggilan dari para siswa yang masih berada di sekitar parkiran.
"Kita duluan, ya," ucap Nanda mewakili Sasa dan Erna pada sahabat-sahabatnya itu.
"Hati-hati," jawab Eriska.
"Woahhh! First time! Pertama kali denger Eriska ngomong selain soal pelajaran." Zizi dengan semangatnya berujar membuat seluruh pasang mata menatapnya.
"Ngerjain tugas di mana?" tanya Nathan penasaran.
"Pada mau ngerjain tugas?" tanya Arvan penasaran.
"Alex sama Langit, Bang," jawab Dafa yang ditanggapi gumaman kakak kelasnya itu.
"Rumah gue," jawab Lisa.
Hening beberapa saat, hingga suara Irma memecah keheningan tersebut.
"Er, lo, gimana? Gue sama Lisa," ujar Irma tak enak hati sama Eriska.
"Gu---"
"Sa---"
"Sama gue," potong Langit cepat. Membuat semua orang yang berada bersamanya, menatap cowok itu terkejut.
"Oke," ucap Irma dan Lisa lega.
Eriska masih diam tak bergeming di tempatnya. Dia kembali merasakan perasaan aneh seperti kemarin sore saat bersama dengan cowok yang kini menatapnya intens.
"Ayok."
Setelah satu hari penuh Langit tak membuka suara, akhirnya cowok itu kini berbicara juga. Membuat sahabatnya bisa bernapas lega sekaligus bertanya-tanya.
"Er, oy! Lo, nggak mau cosplay jadi patung selamat datang, 'kan?" ujar Langit menyebalkan. Kini, sifat asli cowok itu kembali lagi, yang justru semakin membuat para sahabatnya bertanya-tanya.
Eriska masih sibuk dengan pikirannya. Tanpa sadar bahwa semua orang menatap ke arahnya.
"Er," panggil Arvan lembut, membuat yang lainnya melongo, dan dia juga mendapat tatapan tajam dari Langit. Namun, dia tak memperdulikan itu semua.
"Mau gue aja yang nganter?" tawar Arvan yang justru semakin menimbulkan tanda tanya besar di benak sahabat-sahabatnya, kecuali Reno. Karena memang diantara orang yang masih berdiam di parkiran itu, hanya dirinya dan Reno yang tahu apa yang membuat Eriska diam termenung.
Menarik napas panjang, Eriska berusaha menghilangkan semua perasaan aneh yang menghinggapi pikirannya.
"Nggak perlu, Bang," jawab Eriska menolak tawaran Arvan.
Arvan menghela napas pasrah, dan semua itu tak luput dari tatapan tajam Langit.
"Santai napa, Lang. Lo, kayak mau makan gue aja," canda Arvan pada Langit yang sedari tadi menatapnya tajam.
Kali ini, giliran Arvan yang memejamkan matanya sebentar sambil menarik napas panjang sebelum kembali membuka matanya. Kini, tatapannya menatap Langit dengan sorot mata serius, dan Langit untuk sejenak tertegun dengan tatapan mata kakak kelasnya itu.
"Turuti permintaan gue." Arvan berucap dengan nada serius yang jarang sekali ditunjukkannya jika tidak dalam kondisi yang memang mengharuskannya untuk serius. " Pake motor gue, mobil lo, biar gue bawa."
Alis Langit terangkat sebelah, menandakan bahwa cowok itu bertanya dan dia tak paham dengan apa maksud dari ucapan yang dilontarkan Arvan. Mengapa dia harus mengendarai motor kakak kelasnya, jika dia tadi berangkat sekolah mengendarai mobil karena motornya masuk bengkel karena jatuh kemarin. Walaupun tak ada yang kurang, tetapi cowok itu kalau sudah menyangkut tentang motor maka harus melakukan yang terbaik. Setelah beberapa detik, akhirnya cowok itu sadar, bahwa ucapan Arvan barusan mendapat anggukan kepala dari Reno, sedang temannya yang lain justru menampilkan raut wajah bertanya.
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Suasana semakin hening kala Langit membuka suara tetapi tak kunjung dilanjutkan. Deg-degan. Mungkin itu yang saat ini tengah menggambarkan bagaimana kondisi penghuni kelas X IPS 2. Mereka semua deg-degan dan menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh Langit kepada Eriska. Saking deg-degannya, mereka semua tak sadar jika sedari tadi ada suara lagu yang mengalun indah menjadi backsound momen antara Langit dan Eriska.Ku cintai kau setulus hatiKu sayangi kau sepenuh hatiAku mohon kau tetap disiniMenemani aku sampai akhir nantiKan ku jaga kau ..."Gu---"Lo ngomongin gueGue bodo amatLo nge-hina gueGue bodo amatSeketika semua penghuni kelas X IPS 2 tanpa terkecuali, menoleh ke arah pintu, menatap seseorang yang berdi
Prolog Ini bukan kisah cold boy bertemu dengan cewek polos. Bukan pula bad girl ketemu good boy. Ini lebih dari itu. Bukan seperti yang kalian duga. Ini tentang kisah lima tahun lalu. Kisah putih abu-abu yang tak pernah terbayangkan sama sekali. Kisah yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Kisah yang tak hanya berisi tentang cinta. Namun juga berisikan tentang pentingnya sebuah keadilan dalam menentukan sesuatu. Juga tentang keluarga yang lebih penting di atas segalanya. Kalian akan diajak untuk mengikuti, bahkan menjadi tokoh utama dalam cerita ini. Kalian akan diajak untuk melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Tentang--- Apa itu cinta?Kenapa dia hadir?Kapan dia datang? Kalian akan mengikuti kisah tokoh utama perempuan. Si anak olimpiade Sosiologi SMA Nusa Pertiwi. Ga
Suasana semakin hening kala Langit membuka suara tetapi tak kunjung dilanjutkan. Deg-degan. Mungkin itu yang saat ini tengah menggambarkan bagaimana kondisi penghuni kelas X IPS 2. Mereka semua deg-degan dan menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh Langit kepada Eriska. Saking deg-degannya, mereka semua tak sadar jika sedari tadi ada suara lagu yang mengalun indah menjadi backsound momen antara Langit dan Eriska.Ku cintai kau setulus hatiKu sayangi kau sepenuh hatiAku mohon kau tetap disiniMenemani aku sampai akhir nantiKan ku jaga kau ..."Gu---"Lo ngomongin gueGue bodo amatLo nge-hina gueGue bodo amatSeketika semua penghuni kelas X IPS 2 tanpa terkecuali, menoleh ke arah pintu, menatap seseorang yang berdi
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p