Suasana koridor SMA Nusa Pertiwi, tepatnya koridor kelas IPS pagi ini seperti pasar. Bahkan riuhnya pasar, tak sebanding dengan keadaan koridor tersebut.
Bukan hal tabu lagi jika suasana seperti itu terjadi saat keempat cowok dengan wajah tampan yang menamai geng mereka dengan sebutan White Wolf, berjalan melewati koridor sekolah untuk sampai ke kelas mereka, bahkan saat mereka baru saja sampai di gerbang, suasana sudah sangat riuh layaknya kedatangan seorang artis terkenal.
Siapa yang tak kenal dengan geng White Wolf? Geng motor yang sudah sangat terkenal baik dari dalam sekolah maupun luar sekolah, dengan anggota yang tersebar dari berbagai sekolah dan tingkatan. Geng yang sudah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu. Geng yang sangat disegani dan ditakuti banyak orang jika sudah terjun di jalanan, seperti namanya, Wolf, yang memiliki arti serigala. Namun, beda lagi jika mereka berada di lingkungan sekolah, maka yang ada hanya kelakuan keempat inti anggota yang bikin geleng-geleng kepala.
Inti tersebut terdiri dari ketua mereka yang terkenal sebagai seorang playboy yang kelakuannya selalu bikin guru BK mengelus dada. Si pemilik tatapan setajam mata elang, tetapi kelakuan seperti anak kucing yang menggemaskan, Langit Arkana Sanjaya. Si playboy dari kelas X IPS 2.
Yang ke-dua, ada Bara Setiawan, anak dari kelas X IPS 4, yang mendapat julukan merpatinya White Wolf. Karena Bara merupakan cowok yang sangat setia dengan kekasihnya.
Si jenius dalam berbagai hal, terutama informatika, anak dari kelas XI IPA 1, yang menjabat sebagai ketua basket SMA Nusa Pertiwi, Arvano Narendra.
Dan yang terakhir, Azizi Antariksa. Sang ketua kelas dari X IPS 2. Cowok yang sering kali disapa Zizi.
Keempatnya merupakan siswa populer di SMA Nusa Pertiwi dengan berbagai kelakuan yang sering kali bikin semua orang terpesona hingga geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan aktivitas yang mereka lakukan.
Terutama Langit Arkana Sanjaya, selalu saja menjadi pusat perhatian semua orang karena ketampanannya. Apalagi posisinya sebagai ketua dari geng White Wolf, semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum perempuan. Sekalipun dia baru kelas X.
Namun jangan salah, bukan berarti karena anak geng motor menjadikan mereka sebagai anak yang berandalan. Walaupun rata-rata dari mereka terutama inti anggota sendiri mendapat predikat badboy, tetapi jangan pernah meremehkan kemampuan otak keempatnya.
"Nakal boleh, tetapi otak tetep harus jalan. Badboy nggak papa, asal tetap dalam batas wajar. Kalaupun lewat batas, berarti lagi khilaf." Kalimat itulah yang menjadi patokan seluruh anggota White Wolf. Kalimat yang diucapkan oleh ketua mereka, Langit, saat membentuk White Wolf pertama kali. Yah, memang semenjak terbentuk sejak beberapa tahun lalu, lebih tepatnya tiga tahun yang lalu, posisi ketua memang dipegang oleh Langit. Itulah mengapa tidak ada seorang pun yang bisa menolak pesonanya.
***
"Omg! Calon imam gue lewat!"
"Zizi! Omg, makin cakep aja."
"Suami gue, keren banget!"
"Langit!"
"Bara! Jadiin gue selingkuhan lo, dong!"
Bara yang mendengar namanya ikutan disebut mendelik tidak terima. Bisa-bisanya mereka para kaum perempuan memintanya untuk menjadikan yang kedua. Tidak tahu saja bahwa dia sangat setia dengan kekasihnya.
"Jadiin gue yang ke-dua, dong," bujuk Zizi dengan wajah yang dibuat se-imut mungkin.
"Gue juga, dong, Ayang Bara," rayu Langit tak mau kalah.
"Bangs*t," umpat Bara.
Dua sosok yang menjadi sasaran umpatan Bara kini tengah tertawa terbahak-bahak. Menertawakan muka Bara yang sudah siap memakan sahabat laknatnya itu.
"Zizi, jalan, yuk."
"Boleh, Baby." Zizi menanggapi ucapan yang dilontarkan siswi yang dilewatinya. Bukan Zizi, namanya. Jika tak mengalihkan pandangan dari jejeran siswi cantik di sekolahnya. Karena dari keempatnya, Zizi dan Langit lah yang mempunyai predikat playboy, sedang Arvan sendiri, masih betah jomblo, lebih tepatnya dia masih menunggu dan memperjuangkan seseorang. Jangan tanyakan Bara, semua orang sudah tahu kalau dia bucin akut sama kekasihnya.
"Langit!"
"Langit."
"Iya, Honey," jawab Langit sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda ke arah sekumpulan siswi yang memanggil namanya, yang sedang berdiri di depan pintu kelas IPS 1, membuat kedua sahabatnya memutar bola mata malas. Ya, memang tersisa dua, karena Arvan sudah berada di kelasnya mungkin sedari tadi, mengingat cowok itu merupakan anak IPA 1, yang kebetulan kelasnya berada di lantai dua.
"Langit, nanti jalan, yuk."
Langit tak lagi menanggapi para siswi yang masih saja memanggil namanya, karena kini mata elangnya terpaku pada seorang gadis berkucir kuda yang berdiri di depan pintu kelasnya.
***
"Hai, calon ibu dari anak-anakku," sapa Zizi pada beberapa siswi yang berada di depan kelas, yang tak lain adalah teman kelasnya sendiri.
Beberapa siswi yang tak lain adalah Erna, Nanda, Vira memutar bola matanya malas, sedang Eriska yang juga berada di depan kelas hanya menghela napas panjang.
"Heh! Gue masih normal!" sungut siswa bernama Dafa yang juga kebetulan berada di luar kelas karena menemani Vira menagih uang kas, jika mengingat di kelas dia sebagai bendahara dua.
"Lah, gue pikir nggak ada, lo," balas Zizi.
"Kampr*t, emang lo," gerutu Dafa.
"Gue duluan," pamit Bara pada yang lain, karena dia akan menuju ke kelasnya, X IPS 4.
"Yoi," jawab Zizi.
Sepeninggal Bara, Zizi masih saja sibuk berdebat dengan Dafa.
"Pada ngapain, sih?" tanya Zizi yang bingung karena pintu di depannya di tutup dan dihalangi oleh Dafa dan Vira, hingga membuatnya dan Langit tidak bisa masuk ke kelas.
"Bayar uang kas!" tegas Dafa.
"Ouhhh," gumam Zizi, " Ngutang, ya," lanjutnya dengan muka memelas.
"Nggak ada ngutang segala! Kasih contoh yang bener!" Vira menatap tajam Zizi yang menampilkan wajah bak anak kucing butuh makan di depannya.
"Er," panggil Dafa pada Eriska yang sedari tadi diam.
Eriska yang dipanggil segera mengeluarkan uang dari saku seragam dan memberikannya pada Dafa, dan diterima dengan senang hati oleh cowok tersebut.
"Nih, contoh yang bener, nggak kayak lo!" sindir Dafa pada Zizi yang masih berusaha membujuk Vira.
"Woy! Lo, ngapain diem mulu, elah. Bantuin gue, napa," gerutu Zizi pada Langit yang memang sedari tiba di depan kelas hanya diam.
"Lo, nggak kesambet, 'kan, Lang?" tanya Dafa dengan mimik wajah serius. Langit sendiri hanya memutar bola mata malas menanggapi pertanyaan yang dilontarkan cowok yang menjabat sebagai bendahara dua di kelasnya itu.
"Lang, bantu ... Eh, Er, muka lo, kok pucet," ucap Zizi yang kini berganti menatap Eriska yang memang masih berada di depan kelas. Tadinya Zizi sibuk menatap dan merecoki Langit yang ada di sebelahnya. Namun, cowok tersebut tak sekalipun menghiraukannya dan malah menatap ke arah lain. Langsung saja, Zizi mengikuti arah pandang Langit, dan ternyata sosok yang sedari tadi di pandang sahabatnya itu adalah Eriska.
"Lo, nggak papa?" tanya Erna yang menatap Eriska khawatir.
"Nggak papa," jawab Eriska singkat.
"Mau ke UKS, nggak? Gue temenin," tawar Zizi.
"Nggak usah modus, lo," sembur Erna.
"Ck."
"Lo, nggak lag--"
"Gue duluan." Eriska langsung saja memotong perkataan Sasa yang baru saja keluar dari kelas. Dia tidak ingin sahabatnya itu meneruskan ucapannya.
"Sa," panggil Nanda dengan aura mengintimidasi. Sasa hanya menganggukkan kepalanya sebagai respons dari panggilan Nanda, membuat cewek tersebut dan Erna menghela napas panjang, dan hal itu tak luput dari pandangan Langit yang memang sedari tadi memperhatikan.
"Pada bahas apaan, sih? Emang Eriska, kenapa?" tanya Zizi penasaran.
"Kepo banget jadi cowok," jawab Sasa.
"Sebagai ketua kelas yang baik, gue harus me---"
"Membayar uang kas, sekarang! Nggak ada ngutang!" potong Vira segera sebelum ketua kelasnya itu mengeluarkan seribu macam cara agar tidak membayar uang kas. Zizi yang mendengar itu mencebikkan bibirnya kesal.
Suasana kantin yang riuh dengan berbagai ucapan para siswa-siswi yang membeli makanan seketika berganti dengan pekikan heboh kala tujuh siswa most wanted boy berjalan memasuki area kantin. Walaupun posisi ketujuhnya masih berada di luar. Namun,pekikan histeris para siswi sampai di kantin indoor.Tujuh siswa most wanted yang menjadi biang rusuh kantin saat ini tak lain dan tak bukan adalah; Langit, Zizi, Bara, Dafa, Nathan, Alex dan Aldi. Ketujuhnya merupakan the most wanted boy dari kelas X IPS, yang terkenal karena wajah tampan mereka yang di atas rata-rata. Apalagi Nathan, Alex, Aldi dan Langit memiliki darah campuran luar. Maka tak akan ada yang bisa menolak pesonanya. Ditambah lagi mereka semua merupakan anggota dari White Wolf. Lengkap sudah kriteria yang diidam-idamkan para kaum perempuan, karena semuanya ada pada diri mereka."Langit.""Langit, nanti ki
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Suasana semakin hening kala Langit membuka suara tetapi tak kunjung dilanjutkan. Deg-degan. Mungkin itu yang saat ini tengah menggambarkan bagaimana kondisi penghuni kelas X IPS 2. Mereka semua deg-degan dan menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh Langit kepada Eriska. Saking deg-degannya, mereka semua tak sadar jika sedari tadi ada suara lagu yang mengalun indah menjadi backsound momen antara Langit dan Eriska.Ku cintai kau setulus hatiKu sayangi kau sepenuh hatiAku mohon kau tetap disiniMenemani aku sampai akhir nantiKan ku jaga kau ..."Gu---"Lo ngomongin gueGue bodo amatLo nge-hina gueGue bodo amatSeketika semua penghuni kelas X IPS 2 tanpa terkecuali, menoleh ke arah pintu, menatap seseorang yang berdi
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng
"Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka
Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig
Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug
Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber
Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang
Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p