Share

Part 3

Penulis: enka_29
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-31 06:02:03

Suasana sore yang sangat mendukung untuk digunakan jalan-jalan, dengan semburat senja yang nampaknya malu-malu untuk menunjukkan sinarnya.

Seperti yang dilakukan oleh gadis dengan rambut hitam panjang yang dikucir kuda yang masih mengenakan seragam sekolah anak SMA itu, Eriska. Ya, Eriska saat ini tengah melangkahkan kaki di sepanjang trotoar jalan kompleks perumahan elit, lebih tepatnya, dia baru saja selesai mengajar les anak-anak SD sepulangnya dari sekolah.

Jika kalian berpikir bahwa dia sudah tidak mempunyai orang tua? Maka jawabannya, salah, dan jika kalian juga berpikir bahwa setiap bulan dia tidak mendapat kiriman uang? Jawabannya tidak, setiap bulan dia mendapatkan kiriman uang. Namun,  tidak pernah sekalipun dirinya menggunakan uang kiriman itu. Dia lebih memilih bekerja di sebuah toko buku yang tidak jauh dari tempat kost-nya setiap akhir pekan dan menjadi pengajar les anak-anak SD setiap hari jum'at setelah pulang sekolah untuk memenuhi kebutuhannya, sedang untuk biaya sekolah, untungnya dia mendapat beasiswa penuh, melihat berapa banyak piala yang sudah dia sumbangkan untuk sekolahnya itu.

Eriska berjalan gontai di sepanjang trotoar, hari yang sangat melelahkan menurutnya. Baik fisik maupun mentalnya. Tak dapat dipungkiri, bahwa saat ini dia merasa begitu lemas, bahkan jika diperhatikan lebih dalam lagi, maka dapat dilihat bahwa kini wajahnya sedikit pucat.

Dia terus berjalan kaki, tanpa memedulikan wajah yang sedikit pucat itu. Biar bagaimanapun, dia harus sampai di tempat kostnya. Sekalipun itu jalan kaki, karena disekitar kompleks yang saat ini disinggahinya itu memang tak sembarang kendaraan lewat. Jika ingin menemukan angkutan umum, maka dia harus berjalan sampai perempatan yang memiliki jarak sekitar tiga kilometer dari gerbang utama kompleks perumahan elit tersebut. Namun, mengingat sekarang sudah pukul tujuh belas lewat lima belas menit, mungkin dia memang harus berjalan kaki untuk sampai di tempat kostnya.

Sepanjang perjalanan, matanya menangkap keindahan langit sore dengan semburat senja yang cantik itu. Apalagi dia adalah seorang gadis yang sangat menyukai senja. Ingin rasanya dia berhenti sejenak untuk menikmati keindahan itu di taman yang saat ini tengah dia lewati. Namun apa daya, dia harus segera kembali karena hari sudah semakin gelap. Tak ingin semakin terpesona dengan keindahan yang saat ini di depan matanya, dia segera melangkah dengan cepat, tetapi itu tak berlangsung lama saat matanya justru terpaku pada seorang gadis yang sepertinya berumur tujuh tahun berdiri tak jauh di seberang jalan dengan air mata yang menetes.

Eriska perlahan berjalan menghampiri gadis cilik yang berdiri tak jauh darinya kini.

"Kenapa, Dek?" tanya Eriska pada gadis cilik yang dihampirinya itu.

"Ku--hiks, kucing, Nana," jawab gadis cilik itu yang diketahui bernama Nana yang mengarahkan telunjuknya ke jalan. Eriska mengikuti arah tunjuk tangan mungil dari gadis cilik yang ada di sampingnya itu. Di sana, tepatnya di tengah jalan terdapat seekor hewan berkaki empat dengan bulu putih yang nampak menggemaskan tengah tiduran di tengah jalan.

"Kakak, ambilin, ya?" tanya Eriska pada gadis cilik bernama Nana itu, yang dibales dengan anggukan kepala.

Eriska melangkah untuk menghampiri seekor kucing yang ada di tengah jalan itu. Namun, baru beberapa langkah, telinganya mendengar suara motor yang sepertinya sedang saling mengejar satu sama lain.

Brum!

Brum!

Brum!

Sontak saja, dia menolehkan kepalanya untuk mencari sumber suara, dan benar saja, dari arah kanannya, terdapat dua motor sport yang sepertinya sedang adu balap. Beberapa saat, Eriska terpaku di tempatnya, hingga suara tangis dari Nana yang ada di belakangnya menyadarkannya.

Eriska menajamkan penglihatannya pada dua motor sport yang sedang adu balap itu dan pada seekor kucing yang masih santai tiduran di tengah jalan tanpa tahu bahaya sedang mengintainya.

Melangkah pasti, dengan keberanian yang cukup besar, Eriska mulai berjalan menghampiri kucing yang berbulu putih itu. Secepat mungkin berlari ke tengah jalan untuk menyelamatkan hewan berkaki empat tersebut sebelum apa yang tak diinginkan terjadi.

Tiin!

Tiiiin!

Bruk!

Namun terlambat, semuanya telah terjadi.

***

Eriska berjalan menghampiri Nana yang masih berdiri dengan tangis yang sudah sedikit mereda di pinggir jalan. Menyerahkan hewan berkaki empat yang sangat menggemaskan itu pada sang pemiliknya dan disambut dengan pekikan ceria yang juga tak kalah menggemaskan.

"Makasih," ucap Nana dengan senyum yang manis.

Eriska menganggukkan kepalanya dan mengusap rambut Nana lembut sebelum meninggalkan gadis cilik itu untuk menghampiri seseorang yang tergeletak tak jauh dari tempatnya dan Nana.

"Sorry," ucap Eriska pada seseorang yang tak sengaja terjatuh dari motornya dan karenanya juga.

Ya, dua orang yang tadi sedang melakukan adu balap liar di jalanan itu salah satunya kecelakaan. Walaupun tidak parah, tetapi tetap saja, yang namanya kecelakaan, pasti akan ada konsekuensinya.

Lebih tepatnya, seseorang dengan motor sport warna hitam yang mengalami kecelakaan yang menyebabkan si pengguna terjatuh dari atas motor dan tertimpa motor yang ditumpanginya, karena menghindari Eriska yang pada saat itu telah tiba di tengah jalan dan bersiap untuk kembali membawa kucing yang ingin diselamatkannya ke pemiliknya yang menunggu di trotoar. Namun, karena si pengendara motor yang menaikkan kecepatannya, dan Eriska yang memang tak memikirkan itu sebelumnya, jadi insiden kecelakaan tersebut tak bisa terelakkan.

"Sorry," ucap Eriska lagi, karena tak kunjung mendapat respons dari seseorang yang ingin ditolongnya itu, kecuali tatapan lekat dari balik helm yang orang itu pakai, dan hal itu justru membuat Eriska merasa risih.

"Ck, lo, niat minta maaf nggak sih, Er?" gerutu seseorang dari balik helm itu.

Eriska menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak mengenali siapa sosok di balik helm itu, tetapi jika di dengar dari suaranya, sosok itu merupakan seorang cowok yang bisa dia perkiraan seumuran dengannya atau malah lebih? Entahlah, Eriska tak mau memikirkannya, tetapi yang jelas, dia merasa familiar dengan suaranya.

"Ada gitu, minta maaf tapi muka datar," gerutu sosok tersebut sambil membuka helmnya.

Eriska tersentak kaget untuk beberapa detik saat mengetahui siapa sosok di balik helm itu. Pantas saja dirinya merasa familiar dengan suara yang beberapa saat lalu dia dengar. Ternyata seseorang yang ada di hadapannya itu adalah teman sekelasnya. Walaupun mereka tak begitu akrab, seenggaknya sebagai teman sekelas, mereka pernah bertegur sapa beberapa kali dan hal itupun berhubungan dengan pelajaran.

"Lo, tadi ngapain di tengah jalan, sih?" dumel cowok di hadapan Eriska.

Eriska masih diam di tempatnya. Mengabaikan segala gerutuan dari sosok cowok yang saat ini mendudukkan tubuhnya di rerumputan taman.

"Er, oy?! Lo, nggak kesambet, 'kan?" tanya cowok itu mulai panik karena Eriska hanya diam saja, bahkan bergerak pun tidak.

Eriska terhenyak mendengar teriakkan cowok yang duduk di rerumputan itu, dia alihkan pandangannya untuk melihat cowok itu, dan dengan kebetulan cowok itu memang sedang menatapnya.

Baik Eriska maupun cowok tersebut terdiam beberapa detik saat mata mereka tak sengaja bertemu, dan sosok yang saat ini terduduk di rerumputan taman itu, dapat melihat ada tatapan sayu dan mengkilap dari bola mata Eriska yang menatapnya. Ada sedikit rasa penasaran yang menghampiri pikirannya, karena yang dia tahu, Eriska adalah sosok cewek yang tak pernah menunjukkan ekspresi apapun selain cuek dan dingin.

"Gue, nggak papa. Lo, nggak perlu ngerasa bersalah," ucap pemuda tersebut tak tega dengan tatapan mata Eriska yang tak pernah diperlihatkan pada siapapun.

"Lo, tunggu sini," ucap Eriska setelah tersadar dari apa yang baru saja dia lakukan. Dia segera berlalu pergi menuju apotik dan juga ingin menutupi jika dirinya tadi tak sengaja meneteskan air mata.

Cowok yang memilih untuk duduk di rerumputan itu hanya menatap penuh tanda tanya pada punggung Eriska yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya. Terutama tentang air mata yang berusaha gadis itu sembunyikan. Ya, dia sempat melihatnya sebelum Eriska segera berlalu pergi.

***

Selang beberapa menit, Eriska kembali menghampiri cowok yang tak lain adalah teman sekelasnya itu dengan membawa sebuah kantong plastik di tangannya. Dia perlahan ikut mendudukkan dirinya di samping cowok yang saat tengah tiduran di rerumputan itu.

Eriska ragu untuk berbicara. Entah ada apa dengan dirinya. Dia sudah tak lagi mengalami ini sejak enam tahun yang lalu. Namun entah bagaimana, kini dirinya kembali merasakan perasaan itu lagi.

Keraguan Eriska untuk berbicara itu ternyata tertangkap oleh mata elang sosok yang tiduran di sampingnya.

"Woy!" teriak cowok di samping Eriska yang kini telah mengubah posisinya menjadi duduk menghadap gadis itu.

Eriska menghela napas panjang, berusaha menghilangkan semua kecamuk dalam kepalanya, dan apa yang dilakukannya itu tak lepas dari penglihatan sosok di sampingnya.

"Gue, obatin," ucap Eriska berusaha menghilangkan segala keraguan yang menghampirinya.

"Gue bisa sendiri," ucap cowok yang kini menghadapnya itu.

Lama, mereka berdua terdiam dengan kegiatan masing-masing. Si cowok yang sedang fokus mengobati luka di tangannya karena memang dia tak memakai jaket tadi saat adu balap, dan Eriska yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Lo, kena---"

"Gue duluan," ucap Eriska memotong ucapan cowok di sampingnya itu.

Dia segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan tatapan yang sulit diartikan dari sosok cowok yang ditinggalkannya itu.

Bab terkait

  • DiaLangit   Part 4

    Suasana koridor SMA Nusa Pertiwi, tepatnya koridor kelas IPS pagi ini seperti pasar. Bahkan riuhnya pasar, tak sebanding dengan keadaan koridor tersebut.Bukan hal tabu lagi jika suasana seperti itu terjadi saat keempat cowok dengan wajah tampan yang menamai geng mereka dengan sebutan White Wolf, berjalan melewati koridor sekolah untuk sampai ke kelas mereka, bahkan saat mereka baru saja sampai di gerbang, suasana sudah sangat riuh layaknya kedatangan seorang artis terkenal.Siapa yang tak kenal dengan geng White Wolf? Geng motor yang sudah sangat terkenal baik dari dalam sekolah maupun luar sekolah, dengan anggota yang tersebar dari berbagai sekolah dan tingkatan. Geng yang sudah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu. Geng yang sangat disegani dan ditakuti banyak orang jika sudah terjun di jalanan, seperti namanya, Wolf, yang memiliki arti serigala. Namun, beda lagi jika mereka berada di lingkungan sekolah, maka yang ada hanya kelakuan k

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • DiaLangit   Part 5

    Suasana kantin yang riuh dengan berbagai ucapan para siswa-siswi yang membeli makanan seketika berganti dengan pekikan heboh kala tujuh siswa most wanted boy berjalan memasuki area kantin. Walaupun posisi ketujuhnya masih berada di luar. Namun,pekikan histeris para siswi sampai di kantin indoor.Tujuh siswa most wanted yang menjadi biang rusuh kantin saat ini tak lain dan tak bukan adalah; Langit, Zizi, Bara, Dafa, Nathan, Alex dan Aldi. Ketujuhnya merupakan the most wanted boy dari kelas X IPS, yang terkenal karena wajah tampan mereka yang di atas rata-rata. Apalagi Nathan, Alex, Aldi dan Langit memiliki darah campuran luar. Maka tak akan ada yang bisa menolak pesonanya. Ditambah lagi mereka semua merupakan anggota dari White Wolf. Lengkap sudah kriteria yang diidam-idamkan para kaum perempuan, karena semuanya ada pada diri mereka."Langit.""Langit, nanti ki

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • DiaLangit   Part 6

    Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • DiaLangit   Part 7

    Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • DiaLangit   Part 8

    Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • DiaLangit   Part 9

    Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • DiaLangit   Part 10

    Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • DiaLangit   Part 11

    "Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13

Bab terbaru

  • DiaLangit   Part 13

    Suasana semakin hening kala Langit membuka suara tetapi tak kunjung dilanjutkan. Deg-degan. Mungkin itu yang saat ini tengah menggambarkan bagaimana kondisi penghuni kelas X IPS 2. Mereka semua deg-degan dan menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh Langit kepada Eriska. Saking deg-degannya, mereka semua tak sadar jika sedari tadi ada suara lagu yang mengalun indah menjadi backsound momen antara Langit dan Eriska.Ku cintai kau setulus hatiKu sayangi kau sepenuh hatiAku mohon kau tetap disiniMenemani aku sampai akhir nantiKan ku jaga kau ..."Gu---"Lo ngomongin gueGue bodo amatLo nge-hina gueGue bodo amatSeketika semua penghuni kelas X IPS 2 tanpa terkecuali, menoleh ke arah pintu, menatap seseorang yang berdi

  • DiaLangit   Part 12

    Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng

  • DiaLangit   Part 12

    Jam terakhir yang seharusnya diisi mata pelajaran Fisika peminatan, kini berganti dengan sebuah konser musik dadakan yang diadakan kelas X IPS 2. Guru mata pelajaran hanya memberikan tugas lewat sekretaris kelas, dan yang terjadi, bukannya mengerjakan tugas, justru mereka kompak untuk tidak mengerjakan karena ulah ketua kelas mereka.Ketua kelas mereka sendiri saat ini tengah berdiri di depan kelas dengan sebuah sapu yang digunakan sebagai gitar bersama Nathan yang menjadi vokalisnya."Tarik, Sist!" teriak Nathan keras."Semongko!"Seluruh murid kelas X IPS dengan segera menyahut teriakan dari Nathan. Seketika suasana dalam kelas benar-benar layaknya sebuah konser besar. Mereka berharap, semoga saja suara gaduh yang ditimbulkan dari dalam kelas tak mengganggu kelas lain. Mereka melakukan itu semua karena ucapan yang dilontarkan ketua kelas mereka."Daripada bolos, mending kita ng

  • DiaLangit   Part 11

    "Eriska," panggil Langit lembut. Ya, gadis itu adalah Eriska.Eriska yang mendengar namanya dipanggil hanya menatap cowok di hadapannya sekilas kemudian kembali menatap ragu ke arah sekumpulan anak geng motor itu. Bukan tanpa alasan mengapa dia merasa ragu untuk melewati sekumpulan geng motor tersebut, walaupun dia tahu, bahwa mungkin semua atau bahkan beberapa orang yang ada di sana merupakan anak buah cowok yang berdiri di depannya."Gue temenin," ujar Langit lagi.Eriska memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan semua perasaan resah yang menghinggapinya sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya merespons ucapan Langit, dan semua itu tak lepas dari tatapan cowok itu.Mereka berdua berjalan berdampingan menuju penjual nasi goreng yang tak jauh di depan sana. Saat tepat berada di depan sekumpulan geng motor tersebut, Eriska kembali merasa ragu, bahkan untuk beberapa detik, dia menghentikan langka

  • DiaLangit   Part 10

    Setelah mengantar Eriska sampai di tempat kos-nya, Langit segera melajukan motor yang ditumpanginya menuju rumah. Dia tak perduli jika motor yang dikendarainya bukan motornya.Sesampainya di rumah, dia segera melangkah menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Begitu tiba di dalam kamar, dia langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Tak butuh waktu lama, kini dia sudah terlihat fresh dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana Levis warna hitam. Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Berjalan menuju sebuah meja kecil yang berada di sudut kamar dengan dominan warna putih yang dipadukan dengan warna abu-abu itu.Mengambil jam tangan, serta handphone, tak lupa menyemprotkan parfum ke tubuhnya, Langit segera melangkah keluar kamar. Tak ketinggalan pula jaket kebanggaannya. Jaket parasut warna hitam dengan simbol kepala serig

  • DiaLangit   Part 9

    Akhirnya setelah memakan waktu beberapa jam, tugas yang sedang Eriska dan teman-temannya kerjakan selesai juga. Mereka memutuskan langsung pamit pulang karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas lewat dua puluh menit."Eriska, lo, bareng siapa?" tanya Lisa khawatir ketika mereka sudah berada di halaman rumahnya. Gadis itu tak terlalu khawatir pada Irma, karena dia tahu bahwa temannya satu itu pasti bareng Ari yang notabenenya satu kompleks dengan gadis itu."Bareng gue aja," ujar Alex menawarkan diri.Langit yang akan menaiki motor sport milik Arvan seketika berhenti kala mendengar Alex menawarkan untuk mengantar pulang Eriska. Membalikkan badannya, dia menatap tajam cowok blasteran Indonesia-Belanda itu. Namun, cowok yang ditatap tajam olehnya sama sekali tak sadar."Dia bareng gue." Langit berkata dengan intonasi yang tak ingin dibantah.Eriska mengerutkan keningnya bingung jug

  • DiaLangit   Part 8

    Perbedaan Antarindividu atau Perbedaan Antar aku dan kamu?______________________________________________Saat ini, Irma, Eriska, Langit, Alex dan cowok yang memakai kacamata yang tak lain adalah Ari sedang berada di rumah Lisa untuk mengerjakan tugas."Anj*r," umpat cowok dengan kacamata yang menggantung di hidungnya."Banyak banget. Woy!" Alex ikutan menggerutu dengan tugas yang harus dikerjakannya."Berisik banget, sih, lo," cibir Lisa.Semenjak tiba di rumah Lisa lima belas menit yang lalu, gadis pemilik rumah itu langsung meminta Eriska untuk meringkas materi apa saja yang akan mereka tulis ulang. Supaya lebih mudah memahami apa yang akan mereka jadikan makalah."Kenapa nggak nyari di google aja?" Langit ber

  • DiaLangit   Part 7

    Gadis itu segera berdiri dan berlalu pergi. Tak ingin berlama-lama lagi. Menyisakan Langit dengan tatapan yang sulit diartikan.***Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Langit berusaha mengembalikan fokusnya. Namun semua itu ternyata tak mudah. Nyatanya kejadian kemarin sore masih terus berputar diingatkannya.Langit terus berusaha mengembalikan fokusnya, dan berhasil walaupun butuh beberapa kali percobaan. Untungnya juga guru mata pelajaran Sejarah sudah memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.***Kringg!!Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Membuat seluruh penghuni SMA Nusa Pertiwi seketika langsung berbinar, tanpa terkecuali kelas X IPS 2. Bahkan sang ketua kelas pun dengan semangatnya merapikan seluruh peralatan sekolah dan memasukannya ke tas."Woahh, akhirnya pulang

  • DiaLangit   Part 6

    Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.***Semburat senja sudah mulai menampakkan wujudnya. Suasana jalanan yang sedikit lenggang dimanfaatkan oleh dua pemuda yang sepertinya masih duduk di bangku SMA untuk melakukan balap liar.Satu pemuda mengendarai motor sport warna hitam dan yang satunya motor sport warna merah, nampak saling menatap dengan tatapan kebencian."Gimana?" tanya cowok yang mengendarai motor sport warna merah dengan seringainya."Bangs*t," umpat pemuda yang mengendarai motor sport warna hitam."Kenapa, Lang? Lo, takut?" pancing pengendara motor merah pada cowok di hadapannya yang tak lain adalah Langit."Lo, jangan p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status