Share

Di Bawah Kendali sang CEO
Di Bawah Kendali sang CEO
Author: Jihan Alezander

Prolog

last update Last Updated: 2023-07-16 21:28:32

"Berlutut!"

Suara itu terdengar begitu tegas dan tidak terbantahkan. Erik berdiri dengan jarak tiga meter dari tempat Starla berdiri. Mata Starla bergerak untuk menatap pria itu dan langsung dapat menangkap sosok pria bertubuh tegap dengan iris mata abu-abu tengah menatapnya dengan ekspresi tidak terbaca.

Sungguh, jika mampu, Starla ingin menolak perintah tersebut. Namun tubuhnya justru berkata lain. Selalu begitu.

"Aku bilang berlutut, Starla!" Sekali lagi terdengar perintah Erik. Suaranya semakin berat menusuk hingga terasa merasuk dalam kulit Starla, membuat di detik itu juga, tubuhnya langsung melakukan apa yang pria itu mau.

"Good girl." Erik memuji puas.

Starla tidak akan berbohong jika ada rasa senang tersendiri setiap mendengar Erik berkata demikian.

"Aku tidak ingin kau menatapku, Starla. Turunkan pandanganmu ke lantai, sekarang!"

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun kalimat protes, Starla langsung menurut. Ia menunduk, menatap lantai dengan motif kayu yang mengkilat bersih.

"Bagus," kata Erik, lagi-lagi terdengar puas.

Melalui lirikan mata, Starla dapat melihat kaki telanjang Erik yang perlahan tengah melangkah ke arahnya. Kediaman dan keheningan yang terjadi di antara mereka membuat Starla sempat menahan napas. Perempuan itu mencoba menerka-nerka apa yang mungkin akan Erik lakukan selanjutnya.

"Kau tau apa kesalahanmu?" Erik menyentuh puncak kepala Starla, lalu mengelus ringan rambut hitam panjang sepunggungnya.

"Apa?" tanya Starla sedikit serak. Kedua matanya reflek memejam karena rasa nyaman yang ia dapatkan dari belaian Erik di kepalanya.

Starla sepenuhnya sadar jika tubuhnya selalu memberikan respon penuh terhadap apapun yang Erik perintahkan dan sedang lakukan padanya. Ia tidak dapat menjelaskan kenapa bisa seperti itu tetapi satu hal yang ia tau, bahwa semua terasa begitu pas ketika dia bersama dengan pria itu.

Suara Erik begitu memikat hingga ia tidak bisa membantah. Tatapan Erik begitu menarik perhatian Starla. Dan ... sentuhan Erik ... pria itu menyentuhnya dengan berbagai cara yang ia tidak pernah rasakan pada pria manapun yang pernah ia jumpai dalam hidup. Kadang lembut, kadang kasar, kadang di antara keduanya. Semua tergantung pada situasi mereka berdua.

"Apa 'apa', Starla?" geramnya dengan nada rendah. Elusan yang tadinya lembut berhenti dan berganti dengan sebuah jambakan kuat pada rambut Starla, membuat Starla mendongak hingga menatap mata Erik yang selalu bisa menghanyutkannya.

"Apa ... Master Erik?" koreksi Starla segera setengah tanpa sadar.

"Kau akan mendapat hukuman karena itu," kata Erik sembari melepas jambakannya.

Tak bisa dipungkiri, kata 'hukuman' yang keluar dari bibir Erik membuat sesuatu dalam diri Starla bergejolak. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat karena mulai membayangkan beberapa hal yang terlihat menyeramkan namun mampu membuat gairah Starla bangkit dengan cepat.

Mungkin Starla memang sudah gila.

"Peraturan nomor lima. Kau, budakku, tidak diijinkan untuk berbicara pada siapapun kecuali aku Mastermu, mengijinkan." Erik kembali berbicara. Ia membacakan salah satu dari beberapa peraturan yang ia berikan pada Starla sejak hari pertama ia membeli dan membawanya ke rumah.

"Maafkan aku, Master Erik."

"Dalam satu hari ini kau sudah membuat tiga kesalahan. Apakah aku benar?" tanya Erik penuh penekanan.

"Ya, Master Erik," jawab Starla membenarkan. Lagi-lagi dia menahan napas karena sekarang Erik berdiri tepat di depannya. Sarla bisa mencium bau celana bahan pria itu yang entah kenapa membuat bulu kuduk Starla meremang.

"Bagus. Sekarang sebutkan apa saja kesalahanmu." Erik kembali mengelus rambut Starla, dan Starla menghirup napas dalam-dalam sebelum menjawab.

"Pertama, aku keluar rumah tanpa ijin darimu. Kedua, aku berbicara dengan orang asing. Dan ketiga, aku tidak memanggilmu dengan nama yang tepat," sebut Starla satu persatu. Saat itu Starla bisa merasakan jika Erik sedang tersenyum.

"Sekarang berdiri," perintah Erik. Dan Starla pun berdiri.

Erik mundur beberapa langkah hingga ia bisa bebas memandang tubuh telanjang Starla.

Starla langsung menunduk karena malu. Wajahnya memerah dan kedua tangannya mulai bergerak untuk menutupi payudara dan intinya.

"Jangan coba-coba menutupinya dariku, bitch. Aku ingin kau berdiri tegak dan menatapku!" seru Erik tegas.

Mau tidak mau, Starla pun menurut. Ia menghirup napas dalam sebelum menatap gugup ke arah Erik. Kala pria itu memberikan senyum tipis yang menenangkan, Starla mengeluarkan napas. Perlahan, ia pun mulai bisa rileks.

Iris mata abu-abu Erik mulai menjelajah tubuh Starla. Begitu intens dan dalam, sehingga Starla tidak dapat mengontrol debaran di dadanya yang setiap detik semakin kencang. Rasa gugup itu kembali dan terasa semakin kuat. Terlebih saat Erik mulai berjalan mengelilingi tubuhnya. Starla mulai merasa napasnya memburu.

"Kau terlihat begitu ... indah," ucap Erik setelah kembali lagi ke depan Starla. Tatapan penuh kekaguman memancar dari kedua matanya. Oh, hanya dengan tatapan seperti itu, Starla hampir bisa merasakan sentuhan tangan Erik tanpa menyentuhnya secara nyata.

"Sekarang kau akan mendapatkan hukuman yang pantas untukmu. Berbalik, membungkuk ke depan dan berpeganganlah pada meja di depanmu."

Perintah Erik sangat jelas. Starla menurut tanpa bertanya. Sejenak, ia memejamkan mata karena tau bahwa Erik akan memulai hukuman yang ia janjikan. Dan Starla tidak tau jenis hukuman apakah itu.

Yang jelas, apapun yang akan Erik lakukan padanya, telah berhasil membuat seluruh saraf sensitif Starla berdenyut. Menginginkan sentuhan dan belaian dari pemiliknya saat ini. Erik.

"Kau siap?" tanya Erik. Nadanya terdengar setengah serak.

Starla menggigit bibir lalu mengangguk. Saat ia merasakan sebuah sentuhan tangan yang kuat pada kedua bokongnya, Starla mengerang kecil. Oh, kenapa hanya dengan sedikit sentuhan saja aku sudah merasa ingin meledak? teriak Starla dalam hati.

"Dan aku ingin kau mengitung sampai 30. Jelas?"

Belum sempat Starla mengiyakan, tepat saat itu juga, suara keras menggema di ruangan tersebut. Tidak ada jalan kembali untuk Starla karena hukuman telah dijalankan. Sang Master telah meminta budaknya untuk ia kuasai secara penuh.

* * *

Hai, pembaca OBSESSED. Perlu kalian tau jika aku membuat cerita ini hanya untuk kalangan di usia 25 tahun ke atas (karena Goodnovel hanya menyediakan rate 18 sebagai rate yang paling tinggi, ya sudah, itulah yang aku pakai hehe)

Alasannya?

Karena ini sudah menyangkut kisah yang lebih dari lifestyle.

Bacaan ini juga diperuntukkan bagi kalian yang OPEN MINDED! Jadi jangan bawa-bawa agama ya.

Lalu jika usia kalian masih di bawah 25 tahun, aku harap kalian mengerti dan berhenti coba-coba membaca. Menurut pendapatku, akan lebih baik jika kalian mengenal vanilla relationship terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini.

Just in case, aku hanya tidak ingin meracuni otak polos kalian.

Jika kalian bisa menjalani hidup yang gaya sex yang normal dan memang sudah mencintainya, kenapa harus memilih yang ekstrem, benar kan?

So here we are ...

Selamat datang pada para pembaca dewasa,

Selamat datang di dunia Starla.

Related chapters

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Kekecewaan

    "Ke mana saja kamu baru pulang sekarang?" Suara bariton seorang pria mengejutkan Starla tepat saat ia masuk mengendap-endap ke dalam rumah. Starla meneguk saliva kasar. Tadi dia pikir, ini masih terlalu pagi bagi pria itu untuk bangun. Lagipula ni masih jam 3 dini hari. "A...yah belum tidur?" tanya Starla terbata. Lampu ruang tengah masih mati sehingga menyebabkan Starla sedikit kesulitan mencari sosok pria dengan rambut hitam yang sudah mulai beruban.Adadi mana dia? Pertanyaan Starla terjawab tidak lama kemudian karena lampu tiba-tiba menyala. Mata gadis itu menyipit dan ia pun mendapati Darma berdiri di depan saklar lampu. Pria yang hampir berusia 50 tahun tersebut memakai piyama tidur, matanya melotot tajam ke arah Starla sementara bibirnya merengut tipis. "Jawab pertanyaan Ayah, dari mana kamu jam segini baru pulang?" desis Darma tajam.

    Last Updated : 2023-07-17
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Pergi

    "Kamu menguping pembicaraan Ayah?" desis Darma, rahangnya mengetat keras. Starla diam tidak menjawab. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk menguping pembicaraan Darma dengan Pak Danu, atasan Darma yang terjadi melalui telpon. Tapi saat itu, Starla baru pulang kerja. Seperti biasa, gadis itu akan mencari Darma untuk memberitahukan bahwa ia sudah sampai di rumah dengan selamat. Tapi yang didapati oleh Starla justru pembicaraan itu. "Ayah tidak pernah mengajari kamu menguping, Starla!" tegas Darma murka. "Sejak kamu pacaran dengan Bima, dia memberikan pengaruh-pengaruh yang buruk buat kamu! Kamu jadi sering pulang terlambat! Telepon sampai larut malam hingga pagi harinya bagun kesiangan. Dan kamu bahkan ..." Darma menggelengkan kepala. "Kamu mengabaikan semua adat istiadat dan budaya asli kita, mengabaikan didikan Ayah selama ini dengan cara merusak kehormatanmu sebagai perempuan pada laki-laki yang bukan suami kamu!"

    Last Updated : 2023-07-18
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Mungkin

    Sudah dua bulan lamanya Starla tinggal bersama Bima. Ia merasa cukup bahagia. Dulu mungkin hanya panggilan telepon dan pertukaran chat yang bisa menjadi pengobat rindu. Tapi sekarang, setiap hari Starla bisa selalu melihatnya, menyentuhnya, dan menciumnya...Starla tidak tau jika tinggal berdua bersama seorang yang amat ia cintai bisa menyebabkan hari-harinya menjadi seindah ini."Selamat pagi," sapa Bima serak. Tangannya memeluk tubuh telanjang Starla yang berada di balik selimut. Tadi malam merupakan satu dari sekian banyak malam penuh gairah yang telah dihabiskan Starla bersama Bima."Pagi," jawab Starla."Jam berapa ini?" tanya Bima saat ia merasa Starla mencoba untuk beringsut bangun. Matanya mengerjab tipis, mencari-cari di mana letak jam dinding berada."Sudah jam tujuh. Aku harus bangun dan siap-siap berangkat kerja sekarang," jawab Starla.Bima mendesah, mengubah posisi ti

    Last Updated : 2023-07-19
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Motel

    Sudah sekitar satu jam lamanya Starla berdiri di depan gerbang kantor. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, di mana banyak kendaraan berlalu lalang. Awan yang tadinya cerah sudah berubah gelap diiringi kilat dan gemuruh petir yang sesekali menyambar di angkasa. Angin yang bertiup semakin kencang dari menit ke menit membuat Starla memeluk tubuhnya sendiri karena rasa dingin yang menusuk kulit."Neng masih di sini?" Pak Tarjo, satpam yang berjaga di gerbang bertanya pada Starla. Ia mendongak menatap langit yang kian menggelap karena selain sudah masuk jam setengah 6 sore, mendung tebal juga bergelayut siap menjatuhkan titik-titik air hujan kapan saja."Iya, Pak.""Nunggu siapa, Neng? Jemputan?" tanya Pak Tarjo lagi, sesekali mengusap kedua telapak tangannya sebab ia juga merasa kedinginan setelah keluar dari ruang pos jaga demi menghampiri Starla. "Mending pulang aja sekarang, Neng. Mau hujan ini," saran Pak Tarjo.

    Last Updated : 2023-07-20
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Dijual untuk Ditukar Bagian 1

    Starla duduk bersandar di kusen kasur sembari menatap kosong kamar bercat putih yang sebenarnya adalah kamar Bima. Rambut yang setengah basah setelah habis mandi ia biarkan terurai. Melirik jam dinding, Starla semakin terdiam tak bisa berkata-kata.Ini sudah lewat tengah malam dan belum ada tanda-tanda jika Bima akan pulang.Kecewa? Tentu saja.Karena sesakit apapun perasaannya tadi saat mengetahui perbuatan Bima, diam-diam Starla masih ingin percaya. Gadis itu mengharap sebuah penjelasan dari bibir Bima, yang menyatakan bahwa apa yang ia lihat tidak seperti yang ia bayangkan.Starla menunduk lelah.Bukankah sudah jelas jika Bima sama sekali tidak berniat mengklarifikasi?Jika Starla ingat, pria itu bahkan tidak berusaha mengejarnya dari motel tadi.Ingat semua hal itu, dada Starla kembali sesak. Tanpa sadar, Starla bahkan sudah kembali menangis.Entah sudah berapa lama

    Last Updated : 2023-07-21
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Dijual untuk Ditukar Bagian 2

    N O T E :Wahai pembaca yang budiman, part ini mengandung adegan kekerasan dan adegan dewasa. Bagi kalian yang benar-benar masih di bawah umur dan tidak menyukai segala bentuk jenis kekerasan apapun, jangan dibaca!Happy Reading!* * *"Tch," dengus Lion. Tangannya menyentuh dagu Starla, membuat gadis itu mendongak paksa. Lion pun mendekatkan wajah hingga Starla mampu mencium bau asap rokok dari napas yang keluar dari hidung Lion."Kau pikir aku tertarik dengan uangmu?" bisik Lion. Sementara satu tangan yang lain bergerak, menelusuri kancing dress piyama berbahan satin yang Starla pakai.Lion menyeringai. "... Aku hanya mau tubuhmu."Refleks, Starla mendorong tubuh Lion hingga pria itu jatuh terduduk tepat di atas meja. Gadis itu berdiri dan segera berlari menuju pintu terdekat.Pintu keluar. Starla harus segera

    Last Updated : 2023-07-22
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Tamparan Keras

    Episode paling drama dan fenomenal di layar kaca Indosi*ar :"Pergi dari sini! Aku jijik sama kamu, Mas! Aku jijik! Jangan sentuh aku! Pergi, pergiiiI!!"Wkwkwkwk :PSelamat membaca!***Pagi ini menjadi sangat berbeda bagi Starla. Dalam semalam saja kehidupannya sudah berubah 180 derajat. Jika biasanya di jam ini Starla sudah selesai mandi dan sedang bersiap-siap berangkat, kali ini gadis tersebut sedang meringkuk lemah dibalik selimut tebal yang dia tarik dengan sisa tenaganya.Pandangan Starla kosong, menatap jendela yang masih tertutup tirai berwarna putih. Matanya terasa panas dan bengkak karena semalaman menangis. Mungkin baru beberapa jam yang lalu air mata itu berhenti dan berubah menjadi sebuah tatapan tak berarti.Starla, meskipun dia merasa kepalanya mulai berdenyut karena tidak bisa tidur dan memikirkan banyak hal, masih berusaha tetap sadar.Suara-suara keributan dari luar kamar tidak mengusik Starla sama sekali. Dia justru mengeratkan selimut untuk menutupi tubuh telan

    Last Updated : 2023-08-21
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Aku Tidak Akan Pernah Memaafkanmu!

    Waktu berjalan cepat hari itu. Starla telah selesai meratapi nasip.Di batas kehancurannya, Starla mengingat jika dia tidak boleh menyerah. Darma akan sangat kecewa jika tau putri semata wayangnya mudah menyerah pada keadaan.Mengingat nama sang ayah, hati Starla menjerit keras. Mungkin karena dia menentang keputusan Darma, maka dari itu sekarang dia terkena karma.Starla ingat jika Darma pernah mengatakan Bima bukan pria baik. Saat itu Starla memang sangatlah naif dan egois. Dengan pikiran pendek, dia menentang Darma dan pergi dari rumah karena lebih memilih Bima.Sekarang, jika dia pulang ke rumah, apakah Darma akan menerimanya? Akankah ayah yang tegas itu memberikan dukungan yang dia butuhkan saat dirinya tengah mengalami hal gila ini? Dirinya merasa kotor dan tidak pantas untuk pulang. Tapi dia harus ke mana lagi jika tidak kembali ke rumah?Starla menghela napas. Pipinya masih lembab karena bekas air mata. Hidung dan matanya bahkan masih sedikit merah."Aku harus pergi," putusnya

    Last Updated : 2023-08-22

Latest chapter

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda (Fin)

    Luna sudah menyeberang jalan ketika iris mata hitam Yuda menangkap sesuatu di atas tanah yang berkilauan. Ia mengernyit, lantas menunduk dan mengambil benda tersebut.Sebuah kalung emas dengan bandul huruf L yang di kedua sisinya terdapat ukiran sayap mungil, tak lain dan tak bukan adalah milik Luna. Yuda ingat pernah melihatnya di leher Luna. Berniat ingin mengembalikan, Yuda sempat berlari mengejar Luna. Akan tetapi tidak berlanjut sebab ia kehilangan jejak Luna.Yuda pun kembali ke bawah pohon, memasukkan kalung tersebut ke dalam tas. Ia pikir besok akan langsung mengembalikannya pada Luna.Yuda mengambil selimut yang dibawakan oleh Luna, berikut dengan tas ransel pink bergambar princess. Satu kotak yang berisi buah juga ditinggalkan Luna, katanya untuk makan malam Yuda.Bocah lelaki umur 7 tahun itu tersenyum tipis. Merogoh saku di mana ada uang 15 ribu dari sana. Yuda tidak mengemis, hanya saja kemarin ada kakak-kakak baik hati yang memberi uan

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Promise

    Luna bersiap pergi ke taman kota sekitar pukul 9 pagi seperti biasa. Dengan rambut dikuncir dua, Luna pamit pada Starla.“Mom sudah menyiapkan banyak bekal makanan untukmu. Semuanya sudah Mom masukkan dalam tas,” ucap Starla, mengelus rambut hitam Luna. “Masih tidak mau menceritakan pada Mom siapa temanmu itu?”Luna menggeleng polos. Sebenarnya dia ingin, namun Yuda melarangnya entah karena alasan apa.Starla menghela napas, mengecup kedua pipi Luna. “Baiklah jika kau masih menyimpan rahasia tentang temanmu itu. Tapi ingat pesan Mom, tetap hati-hati. Kau tidak tau dia punya niat jahat atau tidak.”“Dia baik, Mom,” kekeh Luna kecil.“Tetap saja kau harus berhati-hati. Ini Indonsesia, bukan Belanda di mana ayahmu mempunyai kekuasaan. Mengerti?”Lun

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Luna & Yuda

    Seperti bocah 5 tahun pada umumnya, Luna masih suka sekali bermain di luar rumah. Seperti siang hari ini, ia meminta ijin pada Starla untuk mengelilingi komplek perumahan, dan mampir ke taman bermain jika ia pulang agak lama.“Hati-hati, okay? Jangan menyeberang sembarangan. Jika ada orang asing yang memberimu makanan apapun, kau tidak boleh menerima. Masih ingat bukan, apa yang kau pelajari dari Mom dan Dad dulu tentang bagaimana menghadapi orang asing yang tidak kau kenal?” tanya Sivia sambil memasangkan sebuah tas ransel di punggung Luna.“Yes, Mommy. Aku tidak boleh mempercayai siapa pun,” jawab Luna sambil mengangguk-anggukkan kepala.“Good! Kau juga ingat bukan, jika beberapa hari yang lalu ada yang mencuri tasmu?”Luna meringis hingga barisan gigi putihnya terlihat s

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda

    Tidak pernah sekalipun dalam bayangan Yuda bahwa ia akan mengalami nasib seperti ini. Dulu, ibu yang selalu ada untuknya telah tiada, karena penyakit yang dokter sebut sebagai kangker perut. Saat itu usia Yuda tepat 5 tahun.Selama hidup bersama ibu, Yuda tidak pernah mengenal ayah. Ibu tidak pernah bercerita apapun tentang pria itu. Pun Yuda tidak pernah bertanya. Entah kenapa ia merasa Ibu akan merasa sedih jika ia membahas tentang ayah.Namun, tepat 7 hari setelah ibu meninggal dan membuat Yuda hidup sebatang kara, datang seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Namanya Heru.Heru memiliki penampilan bak preman, sesuai dengan siapa dirinya. Ia sering mabuk dan bermain judi. Tak jarang, ia juga membawa perempuan-perempuan asing ke rumah, menidurinya di setiap sudut rumah dan sama sekali tidak masalah jika Yuda melihat.Tak

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Pencuri Cilik

    “Luna! Ayo!” Darma berseru pada cucu perempuannya sambil menggandeng tangan kecil Ken.Kemarin, ia telah berjanji pada dua cucunya untuk mengajak mereka jalan-jalan. Dan sejak pagi tadi, Luna sudah merengek pada Darma, menuntut janji tersebut.Namun sekarang lihatlah siapa yang malah terlambat keluar dari kamar dan membuat Darma menunggu?“Iya, Kakek! Tunggu sebentar!” sahut Luna.Benar saja, tak lama kemudian gadis cilik itu keluar dari kamar. Dengan rambut hitam dikuncir dua, Luna juga membawa sebuah tas ransel.“Wah, cantik sekali cucuku!” puji Darma. Ia mengambil sepatu Luna dari rak kemudian menyuruh Luna untuk memakainya sendiri.“Ayo!” seru Luna setelah selesai memakai sepatu. Ia menggandeng tangan kiri Darma, sementara Ken menggandeng tangan kanan.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Isaac & Samantha (Fin)

    Pesisir putih di sebuah pantai Malaysia tengah didekorasi sedemikian rupa dengan nuansa warna putih. Terdapat altar kecil dengan hiasan bunga-bunga, beberapa kursi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, juga sebuah meja panjang berisi beberapa makanan sederhana.Matahari baru saja muncul sekitar satu jam yang lalu, namun karena termasuk salah satu negara tropis, hawa dingin yang terasa bukan menjadi masalah bagi Isaac. Seorang pria yang sudah rapi dengan balutan jas berwarna hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang, hal yang sangat jarang ia lakukan bahkan ke undangan-undangan pesta sekalipun.Tapi hari ini hari spesial untuk Isaac. Dengan hati berdegup kencang, matanya terus mengawasi dengan cemas ke arah karpet merah terbentang.“Ehem! Jadi, di mana mempelai wanitanya?” seorang kepala pastur bertanya dengan tidak sabar.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War (2)

    5 Pria bawahan Abdul maju, menarik dan menyeret tubuh Isaac paksa keluar dari kamar. Pun dengan Rueben yang kakinya sudah terluka karena tertembak.Abdul mendengus, merapikan kemejanya yang sedikit lecek akibat perkelahian tadi. Ia menatap Samantha sambil tersenyum miring.“Sorry, Sweetheat. Ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang. Sepertinya aku terlalu remeh dalam hal persembunyian.” Abdul menarik tubuh Samantha, memaksanya berdiri. Ia mencekal lengan kurus Sam keluar dari kamar, bergabung dengan para bawahannya.“Aku berjanji setelah ini aku akan memberikanmu malam indah tak terlupakan,” lanjut Abdul. Mengeluarkan pistol sembari menodongkannya di kepala Sam.“Jika kalian melawan, aku akan menembak gadis ini!” ancam Abdul pada Isaac dan Rueben yang masih mencoba memberontak.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War

    Samantha selalu bertanya-tanya akan seperti apa akhir hidupnya dan di mana ia akan menghembuskan napas terakhir. Apakah ia akan meninggal di tanah kelahiran sang ibu, Belanda, Malaysia atau negara lain yang belum pernah ia kunjungi. Apakah ketika saat terakhirnya nanti akan ada seseorang di sampingnya atau dia akan sendirian. Dan yang lebih penting lagi kapan? Berapa tahun, bulan, hari atau jam lagi?Sekarang itu semua sudah terjawab. Bahwa ia akan meninggal di Malaysia, di sebuah apartemen karena ditembak oleh seorang pria bernama Abdul Razak, adik dari istri sah ayahnya. Dan itu akan terjadi beberapa jam lagi.Takut? Tentu. Panik? Jelas. Gemetaran? Tidak juga.Abdul Razak tengah mengiris steiknya dengan lihai, kemudian memakannya dengan penuh tata krama pria bangsawan. Sementara Samantha yang duduk di seberang meja menatap steiknya den

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Misi

    DOR!Suara tembakan itu membuat kedua mata Samantha terpejam erat. Jantungnya berdentum teramat kencang sehingga tubuhnya menegang. Jika sejak awal ia lemah, sudah pasti sekarang ia sudah pingsan.Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Samantha berani membuka mata, menatap sosok pria dengan pistol yang ia arahkan pada atap. Dia menyeringai kejam melihat Samantha.“Itu sebagai peringatan saja,” ucap si pria. Kemudian ia mengarahkan pistolnya pada Samantha lagi, menyusuri wajah tersebut dengan ujungnya, membuat Sam mendongak. “Tapi next time, aku akan benar-benar melubangi kepalamu jika kau menolak.”Tersenyum, pria itu menyimpan kembali senjatanya ke dalam jas. Ia melirik arloji di tangan kemudian menatap Samantha lagi.“Sekarang aku harus pergi. Ada pekerjaan lain yan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status