Share

Kekecewaan

Penulis: Jihan Alezander
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-17 20:55:54

"Ke mana saja kamu baru pulang sekarang?"

Suara bariton seorang pria mengejutkan Starla tepat saat ia masuk mengendap-endap ke dalam rumah. Starla meneguk saliva kasar. Tadi dia pikir, ini masih terlalu pagi bagi pria itu untuk bangun. Lagipula ni masih jam 3 dini hari.

"A...yah belum tidur?" tanya Starla terbata. Lampu ruang tengah masih mati sehingga menyebabkan Starla sedikit kesulitan mencari sosok pria dengan rambut hitam yang sudah mulai beruban. Ada di mana dia?

Pertanyaan Starla terjawab tidak lama kemudian karena lampu tiba-tiba menyala. Mata gadis itu menyipit dan ia pun mendapati Darma berdiri di depan saklar lampu. Pria yang hampir berusia 50 tahun tersebut memakai piyama tidur, matanya melotot tajam ke arah Starla sementara bibirnya merengut tipis.

"Jawab pertanyaan Ayah, dari mana kamu jam segini baru pulang?" desis Darma tajam.

Menunduk, Starla mencengkeram kuat-kuat tas kulit berwarna hitam pemberian dari Bima, pacarnya. Perlahan-lahan, rasa marah yang beberapa jam lalu menggelayut dalam hati berubah menjadi rasa bersalah luar biasa.

"Starla..."

"Maafkan Starla, Ayah," gumam gadis berambut hitam lurus sepinggang itu tanpa berani menatap Darma. Membayangkan apa yang baru saja ia lakukan membuat Starla takut dan ingin menangis. Jika Ayah tau, dia pasti akan sangat marah, pikirnya dalam hati.

"Kamu pergi bersama Bima lagi?"

Mendengar nama lelaki yang sudah menjalin hubungan dengannya selama 3 tahun membuat Starla terpancing. Bima, adalah pria yang berumur 2 tahun lebih tua darinya. Mereka bertemu 3 tahun yang lalu saat jasa Bima sebagai seorang fotografer disewa oleh sebuah perusahaan penerbitan. Saat itu Bima mendampingi seorang reporter majalah bisnis untuk melakukan wawancara dengan manajer di perusahaan tempat Starla bekerja.

Kisah Starla dan Bima mungkin akan terdengar sangat klise seperti kisah romantis yang lain. Sebab mereka berkenalan saat Starla tidak sengaja menabrak Bima yang sedang melintas. Starla yang saat itu membawa dua gelas kopi harus menerima nasib buruk. Cairan berwarna hitam itu tumpah, menyebabkan bajunya basah. Bima cepat-cepat meminta maaf dan meminjamkan jaket yang ia pakai untuk menutupi dalaman yang tercetak jelas dari luar. Maklum saja saat itu Starla memakai kemeja berwarna putih dan bra berwarna merah. Starla mengucapkan terima kasih, meminta nomornya dengan tujuan jika nanti ia sudah mencuci jaket yang Bima pinjamkan, dia bisa segera mengembalikannya pada pria itu.

Hubungan mereka berubah menjadi sangat dekat dalam waktu yang cepat. Bima sering mengirim pesan pendek, menyapa di setiap pagi hari, mengingatkan untuk makan dan masih banyak lali. Terkadang dia juga mengirimi berbagai lelucon atau anime yang mampu membuat Starla tertawa terpingkal-pingkal.

Perhatian Bima yang semakin lama semakin besar mampu menyentuh hati Starla. Gadis itu tidak terkejut menjumpai diri yang akhirnya selalu menunggu sebuah pesan dari pria berambut gondrong itu dan mendapati bibir selalu terkembang setiap mengingat namanya. Terlebih, mereka sering bertemu saat pulang bekerja. Bima sering mengantar Starla pulang dengan alasan ia tidak ingin gadis berpipi tembam itu kelelahan setelah seharian bergelut dengan pekerjaan. Padahal menurut Starla pribadi, pekerjaannya tidak terlalu berat, hanya menyusun laporan keuangan dan lain sebagainya.

Lalu setelah tiga bulan masa pendekatan, mereka pun memutuskan untuk jadian.

"Iya...," jawab Starla lirih.

Terdengar helaan napas berat dari seberang. Darma memang tidak menyukai Bima sejak dulu. Starla tidak pernah tau alasannya karena ayahnya tidak pernah memberitahu dengan jelas. Apakah mungkin karena rambut gondrongnya yang disemir merah? Atau mungkin karena penampilannya yang lebih mirip preman dari pada seorang cowok baik-baik? Tapi, bukankah kita tidak bisa membandingkan penampilan seseorang dengan kepribadiannya?

"Lalu? Ke mana saja dia membawa pergi seorang anak gadis yang masih perawan sampai jam segini?"

Saat mendengar pertanyaan Darma itu, remasan tangan Starla pada tas kulit hitam yang menggantung di pundaknya semakin mengetat. Ia menggigit bibir dan mata Starla mulai memburam karena berkaca-kaca. Jika saja ayahnya tau bahwa dia baru saja memberikan keperawanannya itu pada Bima...

"Starla, jawab Ayah!" seru Darma mulai tak sabar. Ia berjalan ke arah putri semata wayangnya sementara Starla semakin menunduk takut. Dia tidak siap menjawab pertanyaan Darma.

"Apa ini?!" Darma tiba-tiba menarik tangan Starla dan mengangkat kepalanya hingga mendongak. Dia membuat kepala Starla miring ke kiri dan mengamati leher gadis itu. "Apa ini, Starla?"

Stala mengerjab tidak mengerti. Apa maksud Ayah?

Semakin tidak sabar dan gusar, Darma menarik Starla, memaksa untuk mengikutinya masuk ke dalam kamar bernuansa biru muda. Kamar gadis itu.

"Coba lihat ini!" perintah Darma tepat di depan sebuah cermin meja rias.

Starla mengikuti perintah Darma dan terkesiap menjumpai bercak merah di leher. Refleks saja tangannya mulai menggosok. Awalnya pelan lalu semakin cepat. Sia-sia saja. Bukannya hilang, leher Starla malah semakin merah.

"Starla, jelaskan pada Ayah apa yang sudah Bima lakukan sama kamu?" Lagi-lagi Darma bertanya. Nadanya terdengar menuntut. Dan rasa takut pun kembali memenuhi diri Starla.

"I-itu..."

"Jangan bertele-tele!"

"Ayah..." Starla pun mendapati diri sudah menangis. Di dalam tangisan dia berharap jika Darma setidaknya bisa sedikit luluh dan meninggalkannya sendiri di kamar. Agar Ayah tidak memaksanya  untuk bercerita. Namun percuma saja, Darma adalah seorang pria yang tegas dalam mendidik. Darma adalah seorang yang jujur dan mempunyai komitmen yang tinggi dalam hidup. Ia selalu disiplin, menjunjung tinggi budaya dan berwatak keras. Karena itulah, Darma tetap ada di dalam kamar putrinya, menunggu sampai Starla selesai menangis.

Setelah kira-kira satu jam lamanya Starla menangis, matanya mulai merasa panas. Starla yakin matanya sudah membengkak merah. Suaranya pun sudah menjadi serak, dan tubuhnya mulai merasa lemas.

Darma masih di sana, duduk di atas kasur dan menunggu tanpa bergeming sedikit pun. Starla sadar jika akhirnya dia tidak bisa menghindar.

"Aku..."

Tuhan, harus mulai dari mana aku menjelaskan semuanya pada Ayah?

Menggigit bibir, takut-takut Starla melihat Darma. Wajah tua orang tua satu-satunya itu terlihat sedikit lelah, membuat Starla semakin jatuh dalam perasaan dosa. Tapi jika dia tidak mulai berbicara, Darma tidak akan pergi dari sini.

"Aku... dan Bima... Kami... Bima menciumku," jelas Starla pada akhirnya dengan terbata.

Hening.

Darma tidak mengatakan apapun selama beberapa menit lamanya.

"Hanya itu?"

Starla mengangguk cepat. Biarlah dia berbohong. Starla hanya tidak ingin membuat Darma marah atau merasa kecewa padanya.

Menatap cukup lama, Darma pun bersuara lagi.

"Kamu tidur sama dia?"

Deg!

Bagaikan ada petir menyambar, jantung Starla berdebum kencang. Tanpa sadar Starla sudah menunduk dan lagi-lagi ingin menangis. Kelemahan terbesar Starla adalah ia tidak bisa berbohong terutama pada Darma.

"Jawab Ayah, Starla. Kamu tidur sama dia?" tekan Darma di setiap katanya. "Katakan yang sejujurnya karena kamu tau Ayah tidak suka segala jenis kebohongan," lanjutnya.

Dengan berat, Starla pun mengangguk jujur. Matanya terpejam karena takut. Kedua tangannya meremas ujung pakaian yang dia pakai.

"KAMU GILA??!! KAMU SUDAH TIDAK WARAS LAGI? KAMU DAN BIMA ITU BELUM MENIKAH TAPI KALIAN SUDAH BERANI TIDUR BERSAMA?!"

Sesuai dugaan, Darma marah besar. Starla kembali menangis.

"Maafkan Starla, Ayah... Maaf... Starla nggak bermaksud untuk ...,"

"Lalu apa maksud kamu, hah?!" sela Ayah cepat. "Apapun itu, kamu sudah mengecewakan Ayah! Apa begini cara Ayah mendidik kamu? Untuk menjadi perempuan murahan? Kamu mau jadi pelacur?!"

Mata Starla membulat, ia menggeleng cepat. "Nggak, Ayah... Starla cuma..."

"Lalu kenapa kamu tidur dengan laki-laki yang bukan suami kamu?!" bentaknya menyela ucapan Starla.

Menyeka air mata cepat, Starla pun memberanikan diri menatap wajah Darma. Hatinya sakit melihat raut wajah pria itu yang tampak terluka karena perbuatan bodoh Starla. Tapi Starla bisa apa? Nasi sudah menjadi bubur. Apapun yang sudah ia perbuat harus ia tanggung jawabkan.

"Kamu merusak kepercayaan Ayah sama kamu!"

Kalimat itu menghancurkan hati Starla. Menusuk dalam jantung hingga rasanya Starla susah bernapas. Kalimat itu sudah menjelaskan dengan jelas betapa ia sudah sangat mengecewakan Darma. Ia gagal menjadi putri yang baik dan bisa membanggakan.

Namun, jika ia mengingat kejadian kemarin, ia kembali marah. Di sini, bukan hanya Darma yang kecewa. Starla juga sangat kecewa pada Ayahnya. Oleh sebab itulah ia melakukan hal bodoh ini tanpa pikir panjang. Menyerahkan kesucian yang harus ia jaga untuk suaminya di masa depan. Setidaknya, itulah didikan Darma selama ini.

"Ayah mau tau alasan kenapa Starla melakukan ini?" tanya Starla serak, menekan rasa sakit di hatinya jauh ke dalam. Ia menatap Darma.

" .... Karena Ayah menjodohkan Starla dengan Pak Danu. Bos ayah yang sudah mempunyai tiga orang istri!"

Bab terkait

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Pergi

    "Kamu menguping pembicaraan Ayah?" desis Darma, rahangnya mengetat keras. Starla diam tidak menjawab. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk menguping pembicaraan Darma dengan Pak Danu, atasan Darma yang terjadi melalui telpon. Tapi saat itu, Starla baru pulang kerja. Seperti biasa, gadis itu akan mencari Darma untuk memberitahukan bahwa ia sudah sampai di rumah dengan selamat. Tapi yang didapati oleh Starla justru pembicaraan itu. "Ayah tidak pernah mengajari kamu menguping, Starla!" tegas Darma murka. "Sejak kamu pacaran dengan Bima, dia memberikan pengaruh-pengaruh yang buruk buat kamu! Kamu jadi sering pulang terlambat! Telepon sampai larut malam hingga pagi harinya bagun kesiangan. Dan kamu bahkan ..." Darma menggelengkan kepala. "Kamu mengabaikan semua adat istiadat dan budaya asli kita, mengabaikan didikan Ayah selama ini dengan cara merusak kehormatanmu sebagai perempuan pada laki-laki yang bukan suami kamu!"

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Mungkin

    Sudah dua bulan lamanya Starla tinggal bersama Bima. Ia merasa cukup bahagia. Dulu mungkin hanya panggilan telepon dan pertukaran chat yang bisa menjadi pengobat rindu. Tapi sekarang, setiap hari Starla bisa selalu melihatnya, menyentuhnya, dan menciumnya...Starla tidak tau jika tinggal berdua bersama seorang yang amat ia cintai bisa menyebabkan hari-harinya menjadi seindah ini."Selamat pagi," sapa Bima serak. Tangannya memeluk tubuh telanjang Starla yang berada di balik selimut. Tadi malam merupakan satu dari sekian banyak malam penuh gairah yang telah dihabiskan Starla bersama Bima."Pagi," jawab Starla."Jam berapa ini?" tanya Bima saat ia merasa Starla mencoba untuk beringsut bangun. Matanya mengerjab tipis, mencari-cari di mana letak jam dinding berada."Sudah jam tujuh. Aku harus bangun dan siap-siap berangkat kerja sekarang," jawab Starla.Bima mendesah, mengubah posisi ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Motel

    Sudah sekitar satu jam lamanya Starla berdiri di depan gerbang kantor. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, di mana banyak kendaraan berlalu lalang. Awan yang tadinya cerah sudah berubah gelap diiringi kilat dan gemuruh petir yang sesekali menyambar di angkasa. Angin yang bertiup semakin kencang dari menit ke menit membuat Starla memeluk tubuhnya sendiri karena rasa dingin yang menusuk kulit."Neng masih di sini?" Pak Tarjo, satpam yang berjaga di gerbang bertanya pada Starla. Ia mendongak menatap langit yang kian menggelap karena selain sudah masuk jam setengah 6 sore, mendung tebal juga bergelayut siap menjatuhkan titik-titik air hujan kapan saja."Iya, Pak.""Nunggu siapa, Neng? Jemputan?" tanya Pak Tarjo lagi, sesekali mengusap kedua telapak tangannya sebab ia juga merasa kedinginan setelah keluar dari ruang pos jaga demi menghampiri Starla. "Mending pulang aja sekarang, Neng. Mau hujan ini," saran Pak Tarjo.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Dijual untuk Ditukar Bagian 1

    Starla duduk bersandar di kusen kasur sembari menatap kosong kamar bercat putih yang sebenarnya adalah kamar Bima. Rambut yang setengah basah setelah habis mandi ia biarkan terurai. Melirik jam dinding, Starla semakin terdiam tak bisa berkata-kata.Ini sudah lewat tengah malam dan belum ada tanda-tanda jika Bima akan pulang.Kecewa? Tentu saja.Karena sesakit apapun perasaannya tadi saat mengetahui perbuatan Bima, diam-diam Starla masih ingin percaya. Gadis itu mengharap sebuah penjelasan dari bibir Bima, yang menyatakan bahwa apa yang ia lihat tidak seperti yang ia bayangkan.Starla menunduk lelah.Bukankah sudah jelas jika Bima sama sekali tidak berniat mengklarifikasi?Jika Starla ingat, pria itu bahkan tidak berusaha mengejarnya dari motel tadi.Ingat semua hal itu, dada Starla kembali sesak. Tanpa sadar, Starla bahkan sudah kembali menangis.Entah sudah berapa lama

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-21
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Dijual untuk Ditukar Bagian 2

    N O T E :Wahai pembaca yang budiman, part ini mengandung adegan kekerasan dan adegan dewasa. Bagi kalian yang benar-benar masih di bawah umur dan tidak menyukai segala bentuk jenis kekerasan apapun, jangan dibaca!Happy Reading!* * *"Tch," dengus Lion. Tangannya menyentuh dagu Starla, membuat gadis itu mendongak paksa. Lion pun mendekatkan wajah hingga Starla mampu mencium bau asap rokok dari napas yang keluar dari hidung Lion."Kau pikir aku tertarik dengan uangmu?" bisik Lion. Sementara satu tangan yang lain bergerak, menelusuri kancing dress piyama berbahan satin yang Starla pakai.Lion menyeringai. "... Aku hanya mau tubuhmu."Refleks, Starla mendorong tubuh Lion hingga pria itu jatuh terduduk tepat di atas meja. Gadis itu berdiri dan segera berlari menuju pintu terdekat.Pintu keluar. Starla harus segera

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-22
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Tamparan Keras

    Episode paling drama dan fenomenal di layar kaca Indosi*ar :"Pergi dari sini! Aku jijik sama kamu, Mas! Aku jijik! Jangan sentuh aku! Pergi, pergiiiI!!"Wkwkwkwk :PSelamat membaca!***Pagi ini menjadi sangat berbeda bagi Starla. Dalam semalam saja kehidupannya sudah berubah 180 derajat. Jika biasanya di jam ini Starla sudah selesai mandi dan sedang bersiap-siap berangkat, kali ini gadis tersebut sedang meringkuk lemah dibalik selimut tebal yang dia tarik dengan sisa tenaganya.Pandangan Starla kosong, menatap jendela yang masih tertutup tirai berwarna putih. Matanya terasa panas dan bengkak karena semalaman menangis. Mungkin baru beberapa jam yang lalu air mata itu berhenti dan berubah menjadi sebuah tatapan tak berarti.Starla, meskipun dia merasa kepalanya mulai berdenyut karena tidak bisa tidur dan memikirkan banyak hal, masih berusaha tetap sadar.Suara-suara keributan dari luar kamar tidak mengusik Starla sama sekali. Dia justru mengeratkan selimut untuk menutupi tubuh telan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Aku Tidak Akan Pernah Memaafkanmu!

    Waktu berjalan cepat hari itu. Starla telah selesai meratapi nasip.Di batas kehancurannya, Starla mengingat jika dia tidak boleh menyerah. Darma akan sangat kecewa jika tau putri semata wayangnya mudah menyerah pada keadaan.Mengingat nama sang ayah, hati Starla menjerit keras. Mungkin karena dia menentang keputusan Darma, maka dari itu sekarang dia terkena karma.Starla ingat jika Darma pernah mengatakan Bima bukan pria baik. Saat itu Starla memang sangatlah naif dan egois. Dengan pikiran pendek, dia menentang Darma dan pergi dari rumah karena lebih memilih Bima.Sekarang, jika dia pulang ke rumah, apakah Darma akan menerimanya? Akankah ayah yang tegas itu memberikan dukungan yang dia butuhkan saat dirinya tengah mengalami hal gila ini? Dirinya merasa kotor dan tidak pantas untuk pulang. Tapi dia harus ke mana lagi jika tidak kembali ke rumah?Starla menghela napas. Pipinya masih lembab karena bekas air mata. Hidung dan matanya bahkan masih sedikit merah."Aku harus pergi," putusnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Di Bawah Kendali sang CEO   Kamu Adalah Pelacurku

    NOTE :Part ini mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar. Sekali lagi, author ingatkan. JIKA anda berusia kurang dari 21 tahun, jangan membaca cerita ini dulu ya.Selamat membaca!***Semua terlambat, saat Starla menyadari bahwa itu bukanlah mobil abang grab yang dia pesan. Gadis itu otomatis melepaskan pegangannya pada koper dan berbalik untuk berlari. Perasaan takut muncul begitu saja kala melihat pria tua itu.Namun, tepat saat itu juga tangannya sudah dicekal dengan cepat. "Kamu pikir kamu mau lari ke mana jalang* kecil?"Starla memberontak, berusaha melepas tangannya. Dia mulai berteriak tapi Lion dengan cepat menamparnya keras sampai pandangan Starla terasa berkunang-kunang. Ia bahkan bisa merasakan asin darah yang keluar dari sudut bibirnya."Apa yang kamu lakukan?! Lepasin dia!" teriak Bima murka, dia tidak terima pada perlakuan kasar Lion pada Starla."Aku? Aku hanya akan membawa wanita ini bersamaku," jawab Lion santai. Dia tersenyum miring menatap Bima yang berusaha

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23

Bab terbaru

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda (Fin)

    Luna sudah menyeberang jalan ketika iris mata hitam Yuda menangkap sesuatu di atas tanah yang berkilauan. Ia mengernyit, lantas menunduk dan mengambil benda tersebut.Sebuah kalung emas dengan bandul huruf L yang di kedua sisinya terdapat ukiran sayap mungil, tak lain dan tak bukan adalah milik Luna. Yuda ingat pernah melihatnya di leher Luna. Berniat ingin mengembalikan, Yuda sempat berlari mengejar Luna. Akan tetapi tidak berlanjut sebab ia kehilangan jejak Luna.Yuda pun kembali ke bawah pohon, memasukkan kalung tersebut ke dalam tas. Ia pikir besok akan langsung mengembalikannya pada Luna.Yuda mengambil selimut yang dibawakan oleh Luna, berikut dengan tas ransel pink bergambar princess. Satu kotak yang berisi buah juga ditinggalkan Luna, katanya untuk makan malam Yuda.Bocah lelaki umur 7 tahun itu tersenyum tipis. Merogoh saku di mana ada uang 15 ribu dari sana. Yuda tidak mengemis, hanya saja kemarin ada kakak-kakak baik hati yang memberi uan

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Promise

    Luna bersiap pergi ke taman kota sekitar pukul 9 pagi seperti biasa. Dengan rambut dikuncir dua, Luna pamit pada Starla.“Mom sudah menyiapkan banyak bekal makanan untukmu. Semuanya sudah Mom masukkan dalam tas,” ucap Starla, mengelus rambut hitam Luna. “Masih tidak mau menceritakan pada Mom siapa temanmu itu?”Luna menggeleng polos. Sebenarnya dia ingin, namun Yuda melarangnya entah karena alasan apa.Starla menghela napas, mengecup kedua pipi Luna. “Baiklah jika kau masih menyimpan rahasia tentang temanmu itu. Tapi ingat pesan Mom, tetap hati-hati. Kau tidak tau dia punya niat jahat atau tidak.”“Dia baik, Mom,” kekeh Luna kecil.“Tetap saja kau harus berhati-hati. Ini Indonsesia, bukan Belanda di mana ayahmu mempunyai kekuasaan. Mengerti?”Lun

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Luna & Yuda

    Seperti bocah 5 tahun pada umumnya, Luna masih suka sekali bermain di luar rumah. Seperti siang hari ini, ia meminta ijin pada Starla untuk mengelilingi komplek perumahan, dan mampir ke taman bermain jika ia pulang agak lama.“Hati-hati, okay? Jangan menyeberang sembarangan. Jika ada orang asing yang memberimu makanan apapun, kau tidak boleh menerima. Masih ingat bukan, apa yang kau pelajari dari Mom dan Dad dulu tentang bagaimana menghadapi orang asing yang tidak kau kenal?” tanya Sivia sambil memasangkan sebuah tas ransel di punggung Luna.“Yes, Mommy. Aku tidak boleh mempercayai siapa pun,” jawab Luna sambil mengangguk-anggukkan kepala.“Good! Kau juga ingat bukan, jika beberapa hari yang lalu ada yang mencuri tasmu?”Luna meringis hingga barisan gigi putihnya terlihat s

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Yuda

    Tidak pernah sekalipun dalam bayangan Yuda bahwa ia akan mengalami nasib seperti ini. Dulu, ibu yang selalu ada untuknya telah tiada, karena penyakit yang dokter sebut sebagai kangker perut. Saat itu usia Yuda tepat 5 tahun.Selama hidup bersama ibu, Yuda tidak pernah mengenal ayah. Ibu tidak pernah bercerita apapun tentang pria itu. Pun Yuda tidak pernah bertanya. Entah kenapa ia merasa Ibu akan merasa sedih jika ia membahas tentang ayah.Namun, tepat 7 hari setelah ibu meninggal dan membuat Yuda hidup sebatang kara, datang seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya. Namanya Heru.Heru memiliki penampilan bak preman, sesuai dengan siapa dirinya. Ia sering mabuk dan bermain judi. Tak jarang, ia juga membawa perempuan-perempuan asing ke rumah, menidurinya di setiap sudut rumah dan sama sekali tidak masalah jika Yuda melihat.Tak

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Pencuri Cilik

    “Luna! Ayo!” Darma berseru pada cucu perempuannya sambil menggandeng tangan kecil Ken.Kemarin, ia telah berjanji pada dua cucunya untuk mengajak mereka jalan-jalan. Dan sejak pagi tadi, Luna sudah merengek pada Darma, menuntut janji tersebut.Namun sekarang lihatlah siapa yang malah terlambat keluar dari kamar dan membuat Darma menunggu?“Iya, Kakek! Tunggu sebentar!” sahut Luna.Benar saja, tak lama kemudian gadis cilik itu keluar dari kamar. Dengan rambut hitam dikuncir dua, Luna juga membawa sebuah tas ransel.“Wah, cantik sekali cucuku!” puji Darma. Ia mengambil sepatu Luna dari rak kemudian menyuruh Luna untuk memakainya sendiri.“Ayo!” seru Luna setelah selesai memakai sepatu. Ia menggandeng tangan kiri Darma, sementara Ken menggandeng tangan kanan.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Isaac & Samantha (Fin)

    Pesisir putih di sebuah pantai Malaysia tengah didekorasi sedemikian rupa dengan nuansa warna putih. Terdapat altar kecil dengan hiasan bunga-bunga, beberapa kursi yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, juga sebuah meja panjang berisi beberapa makanan sederhana.Matahari baru saja muncul sekitar satu jam yang lalu, namun karena termasuk salah satu negara tropis, hawa dingin yang terasa bukan menjadi masalah bagi Isaac. Seorang pria yang sudah rapi dengan balutan jas berwarna hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang, hal yang sangat jarang ia lakukan bahkan ke undangan-undangan pesta sekalipun.Tapi hari ini hari spesial untuk Isaac. Dengan hati berdegup kencang, matanya terus mengawasi dengan cemas ke arah karpet merah terbentang.“Ehem! Jadi, di mana mempelai wanitanya?” seorang kepala pastur bertanya dengan tidak sabar.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War (2)

    5 Pria bawahan Abdul maju, menarik dan menyeret tubuh Isaac paksa keluar dari kamar. Pun dengan Rueben yang kakinya sudah terluka karena tertembak.Abdul mendengus, merapikan kemejanya yang sedikit lecek akibat perkelahian tadi. Ia menatap Samantha sambil tersenyum miring.“Sorry, Sweetheat. Ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang. Sepertinya aku terlalu remeh dalam hal persembunyian.” Abdul menarik tubuh Samantha, memaksanya berdiri. Ia mencekal lengan kurus Sam keluar dari kamar, bergabung dengan para bawahannya.“Aku berjanji setelah ini aku akan memberikanmu malam indah tak terlupakan,” lanjut Abdul. Mengeluarkan pistol sembari menodongkannya di kepala Sam.“Jika kalian melawan, aku akan menembak gadis ini!” ancam Abdul pada Isaac dan Rueben yang masih mencoba memberontak.

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - War

    Samantha selalu bertanya-tanya akan seperti apa akhir hidupnya dan di mana ia akan menghembuskan napas terakhir. Apakah ia akan meninggal di tanah kelahiran sang ibu, Belanda, Malaysia atau negara lain yang belum pernah ia kunjungi. Apakah ketika saat terakhirnya nanti akan ada seseorang di sampingnya atau dia akan sendirian. Dan yang lebih penting lagi kapan? Berapa tahun, bulan, hari atau jam lagi?Sekarang itu semua sudah terjawab. Bahwa ia akan meninggal di Malaysia, di sebuah apartemen karena ditembak oleh seorang pria bernama Abdul Razak, adik dari istri sah ayahnya. Dan itu akan terjadi beberapa jam lagi.Takut? Tentu. Panik? Jelas. Gemetaran? Tidak juga.Abdul Razak tengah mengiris steiknya dengan lihai, kemudian memakannya dengan penuh tata krama pria bangsawan. Sementara Samantha yang duduk di seberang meja menatap steiknya den

  • Di Bawah Kendali sang CEO   Extra Part - Misi

    DOR!Suara tembakan itu membuat kedua mata Samantha terpejam erat. Jantungnya berdentum teramat kencang sehingga tubuhnya menegang. Jika sejak awal ia lemah, sudah pasti sekarang ia sudah pingsan.Terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Samantha berani membuka mata, menatap sosok pria dengan pistol yang ia arahkan pada atap. Dia menyeringai kejam melihat Samantha.“Itu sebagai peringatan saja,” ucap si pria. Kemudian ia mengarahkan pistolnya pada Samantha lagi, menyusuri wajah tersebut dengan ujungnya, membuat Sam mendongak. “Tapi next time, aku akan benar-benar melubangi kepalamu jika kau menolak.”Tersenyum, pria itu menyimpan kembali senjatanya ke dalam jas. Ia melirik arloji di tangan kemudian menatap Samantha lagi.“Sekarang aku harus pergi. Ada pekerjaan lain yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status