Irwan terkejut bukan kepalang. Dia segera meraih tangan putranya lalu dengan suara keras berkata, "Berhenti! Bicara baik-baik!" Meski berkata demikian, hati Irwan langsung terasa tenggelam. Melihat Radith bereaksi begitu hebat, kemungkinan besar, memang telah terjadi masalah besar! "Pa, proyek di Deston Group itu, dirampas sama Lucy, Si Wanita Rendahan itu!" Radith menundukkan kepala dengan penuh penyesalan. Dia tak berani menatap sang ayah. Biasanya, Radith-lah yang menginjak-injak keluarga Rommy dan mempermalukan mereka, kali ini keadaannya terbalik, dia merasa sangat kehilangan muka! "Apa? Mustahil!" Irwan terguncang, dia berkata dengan marah. Jelas-jelas proyek itu milik Randala Group, bagaimana bisa proyek sebesar itu malah direbut oleh seorang perempuan lemah?! Itu tidak mungkin!"Pa, aku juga baru tahu hari ini. Kontraknya sudah diubah-ubah, semuanya atas nama Lucy! Proyek ini, sudah bukan milik perusahaan kita lagi!" Radith gemetar karena menahan marah. Sesekali dia terl
Wajah Irwan terlihat sangat marah. Saat ini, apa lagi yang tidak bisa diungkapkan? Tak ada yang bisa lebih buruk dari apa yang telah dilakukan oleh Lucy!"Pa, begini ceritanya. Keluarga Rommy, tanpa sepengetahuan kita, sudah mendirikan ... mendirikan New Randala Group, dan mereka bahkan mengundangku datang ke acara peresmiannya," ujar Radith sambil menundukkan kepala. Matanya dipenuhi dengan kemarahan."Apa? New Randala?" Irwan merasa dadanya sesak dan pandangannya mulai menggelap. Suara dengung di telinganya terasa semakin keras, hingga akhirnya, seolah ada ledakan di kepalanya, dan Irwan pun terjatuh ke belakang."Pa! Jangan ngaget-ngagetin, Pa!" Radith segera menopang ayahnya, berteriak panik, "Tolong! Bawa ke rumah sakit!"Beberapa penjaga dan pembantu rumah tangga yang mendengar teriakan itu bergegas membawa Irwan ke mobil. Wajah Radith dipenuhi kecemasan. Namun demikian, tak ada yang menyadari sinar dingin yang tersembunyi di dasar mata Radith.Di dalam mobil, Radith menggenggam
"Terima kasih atas dukungan besar dari semua pihak. Saya, Rommy Randala, akan menganggap New Randala Group sebagai rumah saya sendiri. Saya akan berusaha keras bersama kalian semua untuk membawa perushaan ini ke tingkat yang lebih tinggi," ucap Rommy dengan penuh semangat. Tepuk tangan meriah menggema dari para hadirin sebagai respons atas pidato singkatnya.Segera setelah itu, prosesi serah terima dimulai. Berkat persiapan matang Thomas, semua prosedur berjalan lancar. Rommy hanya perlu menandatangani beberapa dokumen untuk menyelesaikan serah terima.Karyawan-karyawan kembali ke departemen mereka masing-masing, sementara Rommy dan Lucy bergegas ke ruang kantor yang berada di puncak gedung untuk mengucapkan terima kasih kepada Thomas. "Pak Thomas, saya ... ah, benar-benar sangat berterima kasih sama Pak Thomas!" Rommy mengungkapkan rasa terima kasihnya.Thomas menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Nggak perlu berterima kasih, Pak Rommy. Perusahaan ini memang seharusnya milik Pak Rom
Di kantor keamanan gedung, Raka merasakan getaran ponsel di sakunya. Dengan cepat Raka mengeluarkan ponselnya dan melihat nama yang muncul di layar. Dia langsung menjawab, tersenyum dan berkata, "Iya, Ma?"Di sisi lain telepon, terdengar suara sedikit bising. Sherly berkata patah-patah, "Raka, kamu ... kamu lagi sibuk, nggak? Bisa datang sebentar? Mama lagi di depan taman kanak-kanak."Taman kanak-kanak?Jantung Raka seketika berdegup kencang, suaranya menjadi tegang, "Ma, ada apa? Ada masalah sama Elena?""Elena ... dia dipukul temannya!"Suara Sherly terdengar sangat tertekan, "Sebenarnya ini bukan masalah besar, Mama nggak pengin merepotkan kamu sebenarnya. Tapi ... nenek anak itu seenaknya. Dia bahkan menuduh Mama sengaja cari masalah dan menghinaku!"Raka menggenggam tangannya erat, suaranya menjadi sangat dingin, "Ma, tunggu sebentar, aku segera ke sana!"Setelah menutup telepon, Raka bergegas keluar dari kantor keamanan, menyalakan mobil Parscha warna merahnya, dan melaju kencan
Raka mendorong pintu mobil dan bergegas mendekat Dia langsung memeluk Elena dalam dekapannya. Kemudian, ekspresi wajah Raka berubah dingin. Di dahi Elena, ada luka gores besar yang masih mengeluarkan darah segar! "Elena, ceritakan sama Papa," kata Raka, berusaha menjaga nada suaranya agar tetap lembut sambil menahan amarah yang sedang berkobar di dadanya, "Apa yang sebenarnya terjadi, kok kamu bisa luka seperti ini?" Tak kuasa menahan lagi, Elena menangis dengan tubuh bergetar, "Aku nggak tahu apa-apa, Pa. Leo tiba-tiba mendorongku dari belakang, hiks hiks hiks ....""Elena anak yang baik," kata guru kelasnya yang mendekat dengan wajah penuh penyesalan. "Dia baru saja bergabung di sekolah, Bu, Pak. Wajar kalau Elena dijahili oleh anak-anak lain, saya ... benar-benar minta maaf.""Ini bukan salah ibu guru," ujar Sherly, yang berdiri bergetar dalam kemarahan. "Raka, Mama baru saja cek rekaman CCTV, memang Leo yang sengaja mendorong Elena. Lihat, anak itu sampai terluka, kepalanya samp
Keluarga mereka kini bukan lagi keluarga lemah seperti dulu, bahkan Deston Group yang terkenal itu pun telah berubah menjadi New Randala Group. Hari ini, mereka harus memastikan Elena mendapatkan keadilan!"Saya mengerti apa maksud Pak Yogi!" ujar Raka sambil memeluk Elena. Dia menoleh sejenak ke Sherly dengan kilatan dingin terlihat jelas di matanya. "Ma, dahi Elena luka. Itu berarti Mama juga harus membuat wajah nenek-nenek itu luka! Tampar wajah orang tua itu dengan keras, Ma. Tampar sekuat-kuatnya!"Apa?! Sherly terkejut. Dia hendak mengangkat tangannya sebelum akhirnya menurunkannya kembali. "Kayaknya nggak perlu, ya nggak, sih? Kita ‘kan harus berperilaku berdasarkan prinsip. Meski dia nggak mau minta maaf, tapi ‘kan kita ....""Nggak pakai tapi, Ma," Raka memotong dengan tegas, suaranya terdengar dingin. "Mama lanjutkan saja. Tampar saja sekuat tenaga! Aku yang akan melindungi Mama."Sherly merasakan gelombang kehangatan di dalam hatinya. Lihat, itulah menantunya! Kejam, liar,
Rudolf berteriak keras-keras di depan resepsionis, takut kalau-kalau para pemuda dari kota provinsi itu tidak bisa melihat betapa seriusnya dia. Rudolf meletakkan kartu bank di meja, "Cepetan, kita nggak kekurangan duit!""Rudolf? Pak, Anda ini Rudolf dari keluarga Randala lama, ya?" Resepsionis memeriksa informasi di komputer dengan sopan bertanya."Apa-apaan keluarga Randala lama? Di Malda ini, keluarga Randala ya cuma kami!"Rudolf malu bukan kepalang. Dasar resepsionis cerewet! Jika para pemuda ini tahu bahwa di Malda selain Randala Group ada juga New Randala Group, mereka pasti akan tertawa terbahak-bahak.Rudolf tidak bisa kehilangan muka seperti ini!Lucy, dasar wanita murahan, tunggu saja! aku mendapatkan dukungan dari para pemuda dari ibu kota ini, aku akan melihat bagaimana aku bisa menghadapimu!Rudolf penuh dengan kemarahan, wajahnya terlihat sangat kejam!"Maaf, ya, Pak."Dengan senyum profesional, resepsionis langsung menjawab, "Kami tidak melayani orang dari keluarga Ran
Hans lagi-lagi melirik Raka dengan tatapan yang meremehkan. Dia merasa menangani Raka itu lebih gampang daripada menginjak semut!“Mari kita tinggalkan dulu masalah pemukulan tadi. Tapi, perihal urusan internal keluarga Randala ini, izinkan aku untuk berbicara apa adanya. Di Malda, kurasa nggak ada yang berani tidak menghargai keluarga Zamrud.” Setelah mengatakan hal tersebut, Hans mencolek Rudolf dengan pandangan sinis.Tanpa menunggu lama, Rudolf langsung mengangguk sambil membungkuk. Dia mencoba bersikap menyenangkan, “Betul itu, Kak Hans. Kalau Kak Hans suruh saya makan kotoran juga saya nggak akan nolak!”“Ah, nggak usah segitunya!”Hans tersenyum lebar, puas, lalu kembali memandang Lucy. Dari pengalamannya, biasanya wanita mana pun akan langsung jatuh ke pelukannya. Karena selain tampan, latar belakangnya yang kuat biasanya juga mudah membuat para wanita terpikat!“Maaf, ya, saya nggak kenal kamu.” Lucy menjawab dengan wajah dingin, sambil menggandeng lengan Raka, “Raka, yuk, kit