"Terima kasih atas dukungan besar dari semua pihak. Saya, Rommy Randala, akan menganggap New Randala Group sebagai rumah saya sendiri. Saya akan berusaha keras bersama kalian semua untuk membawa perushaan ini ke tingkat yang lebih tinggi," ucap Rommy dengan penuh semangat. Tepuk tangan meriah menggema dari para hadirin sebagai respons atas pidato singkatnya.Segera setelah itu, prosesi serah terima dimulai. Berkat persiapan matang Thomas, semua prosedur berjalan lancar. Rommy hanya perlu menandatangani beberapa dokumen untuk menyelesaikan serah terima.Karyawan-karyawan kembali ke departemen mereka masing-masing, sementara Rommy dan Lucy bergegas ke ruang kantor yang berada di puncak gedung untuk mengucapkan terima kasih kepada Thomas. "Pak Thomas, saya ... ah, benar-benar sangat berterima kasih sama Pak Thomas!" Rommy mengungkapkan rasa terima kasihnya.Thomas menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Nggak perlu berterima kasih, Pak Rommy. Perusahaan ini memang seharusnya milik Pak Rom
Di kantor keamanan gedung, Raka merasakan getaran ponsel di sakunya. Dengan cepat Raka mengeluarkan ponselnya dan melihat nama yang muncul di layar. Dia langsung menjawab, tersenyum dan berkata, "Iya, Ma?"Di sisi lain telepon, terdengar suara sedikit bising. Sherly berkata patah-patah, "Raka, kamu ... kamu lagi sibuk, nggak? Bisa datang sebentar? Mama lagi di depan taman kanak-kanak."Taman kanak-kanak?Jantung Raka seketika berdegup kencang, suaranya menjadi tegang, "Ma, ada apa? Ada masalah sama Elena?""Elena ... dia dipukul temannya!"Suara Sherly terdengar sangat tertekan, "Sebenarnya ini bukan masalah besar, Mama nggak pengin merepotkan kamu sebenarnya. Tapi ... nenek anak itu seenaknya. Dia bahkan menuduh Mama sengaja cari masalah dan menghinaku!"Raka menggenggam tangannya erat, suaranya menjadi sangat dingin, "Ma, tunggu sebentar, aku segera ke sana!"Setelah menutup telepon, Raka bergegas keluar dari kantor keamanan, menyalakan mobil Parscha warna merahnya, dan melaju kencan
Raka mendorong pintu mobil dan bergegas mendekat Dia langsung memeluk Elena dalam dekapannya. Kemudian, ekspresi wajah Raka berubah dingin. Di dahi Elena, ada luka gores besar yang masih mengeluarkan darah segar! "Elena, ceritakan sama Papa," kata Raka, berusaha menjaga nada suaranya agar tetap lembut sambil menahan amarah yang sedang berkobar di dadanya, "Apa yang sebenarnya terjadi, kok kamu bisa luka seperti ini?" Tak kuasa menahan lagi, Elena menangis dengan tubuh bergetar, "Aku nggak tahu apa-apa, Pa. Leo tiba-tiba mendorongku dari belakang, hiks hiks hiks ....""Elena anak yang baik," kata guru kelasnya yang mendekat dengan wajah penuh penyesalan. "Dia baru saja bergabung di sekolah, Bu, Pak. Wajar kalau Elena dijahili oleh anak-anak lain, saya ... benar-benar minta maaf.""Ini bukan salah ibu guru," ujar Sherly, yang berdiri bergetar dalam kemarahan. "Raka, Mama baru saja cek rekaman CCTV, memang Leo yang sengaja mendorong Elena. Lihat, anak itu sampai terluka, kepalanya samp
Keluarga mereka kini bukan lagi keluarga lemah seperti dulu, bahkan Deston Group yang terkenal itu pun telah berubah menjadi New Randala Group. Hari ini, mereka harus memastikan Elena mendapatkan keadilan!"Saya mengerti apa maksud Pak Yogi!" ujar Raka sambil memeluk Elena. Dia menoleh sejenak ke Sherly dengan kilatan dingin terlihat jelas di matanya. "Ma, dahi Elena luka. Itu berarti Mama juga harus membuat wajah nenek-nenek itu luka! Tampar wajah orang tua itu dengan keras, Ma. Tampar sekuat-kuatnya!"Apa?! Sherly terkejut. Dia hendak mengangkat tangannya sebelum akhirnya menurunkannya kembali. "Kayaknya nggak perlu, ya nggak, sih? Kita ‘kan harus berperilaku berdasarkan prinsip. Meski dia nggak mau minta maaf, tapi ‘kan kita ....""Nggak pakai tapi, Ma," Raka memotong dengan tegas, suaranya terdengar dingin. "Mama lanjutkan saja. Tampar saja sekuat tenaga! Aku yang akan melindungi Mama."Sherly merasakan gelombang kehangatan di dalam hatinya. Lihat, itulah menantunya! Kejam, liar,
Rudolf berteriak keras-keras di depan resepsionis, takut kalau-kalau para pemuda dari kota provinsi itu tidak bisa melihat betapa seriusnya dia. Rudolf meletakkan kartu bank di meja, "Cepetan, kita nggak kekurangan duit!""Rudolf? Pak, Anda ini Rudolf dari keluarga Randala lama, ya?" Resepsionis memeriksa informasi di komputer dengan sopan bertanya."Apa-apaan keluarga Randala lama? Di Malda ini, keluarga Randala ya cuma kami!"Rudolf malu bukan kepalang. Dasar resepsionis cerewet! Jika para pemuda ini tahu bahwa di Malda selain Randala Group ada juga New Randala Group, mereka pasti akan tertawa terbahak-bahak.Rudolf tidak bisa kehilangan muka seperti ini!Lucy, dasar wanita murahan, tunggu saja! aku mendapatkan dukungan dari para pemuda dari ibu kota ini, aku akan melihat bagaimana aku bisa menghadapimu!Rudolf penuh dengan kemarahan, wajahnya terlihat sangat kejam!"Maaf, ya, Pak."Dengan senyum profesional, resepsionis langsung menjawab, "Kami tidak melayani orang dari keluarga Ran
Hans lagi-lagi melirik Raka dengan tatapan yang meremehkan. Dia merasa menangani Raka itu lebih gampang daripada menginjak semut!“Mari kita tinggalkan dulu masalah pemukulan tadi. Tapi, perihal urusan internal keluarga Randala ini, izinkan aku untuk berbicara apa adanya. Di Malda, kurasa nggak ada yang berani tidak menghargai keluarga Zamrud.” Setelah mengatakan hal tersebut, Hans mencolek Rudolf dengan pandangan sinis.Tanpa menunggu lama, Rudolf langsung mengangguk sambil membungkuk. Dia mencoba bersikap menyenangkan, “Betul itu, Kak Hans. Kalau Kak Hans suruh saya makan kotoran juga saya nggak akan nolak!”“Ah, nggak usah segitunya!”Hans tersenyum lebar, puas, lalu kembali memandang Lucy. Dari pengalamannya, biasanya wanita mana pun akan langsung jatuh ke pelukannya. Karena selain tampan, latar belakangnya yang kuat biasanya juga mudah membuat para wanita terpikat!“Maaf, ya, saya nggak kenal kamu.” Lucy menjawab dengan wajah dingin, sambil menggandeng lengan Raka, “Raka, yuk, kit
Raka berbalik lagi. Dia melihat ke arah seorang laki-laki kaya lainnya, kemudian berkata dingin, "Kamu juga cari mati?""Ja- jangan marah, Pak. Saya nggak kenal Hans, saya hanya ... hanya lewat."Anak orang kaya itu mengusap keringat di dahinya, suaranya gemetar. Pria itu tidak berani berdiam lebih lama lama lagi di sana. Setelah mengatakan itu, dia berlari terbirit-birit ke keluar. Terlihat sangat memalukan!Anak orang kaya itu berlari keluar dari pintu utama dengan tergesa-gesa. Raka kemudian membawa Lucy menuju ruangan pribadi. Hotel pun beroperasi seperti biasa, seolah-olah tidak ada yang terjadi.Sementara itu, di belakang hotel, ada dua orang yang merangkak naik dari tempat pembuangan sampah. "Sialan, bajingan!" Hans menggenggam tinjunya, tubuhnya bergetar!Dia berasal dari keluarga Zamrud. Bagaimana bisa Hans mendapat penghinaan seperti ini? Jika kejadian ini terdengar sampai ke ibu kota provinsi, pamor terhormat keluarga Zamrud pasti hancur! Raka harus mati!"Kak Hans, Raka ini
Jadi dia istrinya Raka? Bagus! Nanti kalau Hans berhasil membawa Lucy ke atas ranjang, Lucy akan “dihabisi” langsung di depan Raka!***Sore itu, sekitar pukul lima.“Pak, maaf sudah menunggu lama.”Sepasang lelaki dan perempuan berjalan masuk ke dalam ruangan suite presiden di mana Hans berada. Yang laki-laki tinggi besar, yang perempuan cantik. Meski jenis kelamin mereka berbeda, tapi keduanya terlihat sangat mirip. Mereka adalah sepasang kembar. Keduanya tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Akan tetapi, mereka memancarkan aura kejam dan berbahaya, membuat siapa pun yang melihatnya merinding ketakutan. “Akhirnya kalian datang juga!” Hans berbaring di atas ranjang empuk dengan seorang wanita cantik di pelukannya. Sebelah tangannya memegang rokok yang menyala. Dia terlihat sangat licik. “Biima, Bintari, dengarkan aku baik-baik! Kalian harus menghabisi orang yang bernama Raka itu. Pastikan tidak ada jejak. Kalau tugas ini gagal, kalian tahu apa akibatnya!”“Baik.” Kedua ka