Share

Bab 72.

Penulis: silvia0507
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tito mengajak Syifa berkeliling Jakarta, sampai gadis itu puas, dan tempat terakhir yang mereka kunjungi adalah Taman kota, di sana Syifa seperti anak kecil yang bebas mau pergi kemanapun.

Tito hanya mengikuti dari belakang, memperhatikan wajah cantik Syifa yang sedang bahagia, lagi lagi dia senang ketika melihat senyum gadis itu, pokoknya hari ini ia ingin memanjakan Syifa.

"Mas, boleh nggak? aku beli itu?" tunjuk Syifa pada pedagang telur gulung, sosis bakar dan juga bakso bakar.

"Boleh, beli sepuas kamu." Syifa bersorak lalu berlari kecil menghampiri pedagang tersebut.

Syifa membeli telur gulung sosis bakar, dan bakso bakar cukup banyak, usah membayar Tito mengajak gadis itu untuk duduk di salah satu bangku di taman itu.

"Ehmm_ enak. Nggak beda jauh sama di Jawa," kata Syifa terkikik geli.

"Boleh," jawab Tito.

Entah Syifa sadar atau tidak, namun gadis itu memberikan telur gulung miliknya yang sudah dia gigit ke Tito, dan pria itu menerima saja.

"Enak Mas?"

"Enak," jawabann
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Destiny About Me   Bab 73.

    Sudah hampir setengah jam, Dafa dan Aya keliling kota Jakarta untuk mencari gado-gado, dapat di pastikan tidak ada penjual gado-gado di jam dua belas malam. Sebenarnya Dafa sudah yakin tidak mungkin ada, namun demi menyenangkan dan meyakinkan Aya, ia menuruti permintaan bumil, keliling kota mencari makanan yang sedang dia inginkan. Dafa menoleh, ia mengerutkan kening saat melihat ada cairan bening di pelupuk mata sang istri. Dafa bergegas menepikan mobilnya, menghadap kearah Aya. "Sayang, kamu kenapa? ada yang sakit?" panik Pria itu menarik lembut dagu Aya agar melihat kearahnya. "Aku sedih Mas, penjual gado-gado nya nggak ada," katanya berbahasa isyarat, lalu jatuh sudah air matanya. Dafa menghela napas, ia pikir ada terjadi sesuatu pada istrinya. "Ya Allah, sayang. Aku pikir kamu kenapa," menarik tubuh sang istri, Dafa mengusap punggung Aya yang bergetar. "Ini sudah malam, sayang. wajar kalau penjualnya nggak ada, makanya tadi nawarin untuk aku aja yang buat,"dengan wajah sen

  • Destiny About Me   Bab 74.

    "Lo suka kan sama Syifa?" Tito diam, memalingkan wajah. "Lo diam berarti memang benar, gue pikir kemarin-kemarin lo nggak serius, tapi semakin kesini. Semakin gue yakin lo punya perasaan sama adik gue,"Helaan napas keluar dari mulut Tito, ia menunduk memandang sepatunya sendiri. "Awalnya gue juga nggak yakin, karena lo tau kan? gue udah lama nggak ngerasain kayak gini, seperti yang pernah gue bilang.""Gue udah coba ngelak dan berusaha tahan perasaan gue, tapi nggak bisa Daf. Maaf kalau lo marah sama gue," ujar Tito yang berarti membenarkan ucapan Dafa. Kini Dafa yang menarik napas panjangnya. Menatap lurus kedepan, tersiam sejenak dengan pikirannya. "Kenapa minta minta maaf? Tito menoleh pada Dafa. "Gue tau gimana rasanya, karena gue pernah ada di posisi lo, di saat Aya masih milik orang lain, gue udah berusaha menahan perasaan gue. Tapi nggak bisa, justru semakin kita lawan. Perasaan itu semakin besar."Dafa perlahan memiringkan wajah menatap Tito. "Gue memang pengin lo jatuh c

  • Destiny About Me   Bab 75.

    Semenjak kejadian kemarin, Syifa sering terdiam memikirkan Tito, entah kenapa dia semakin hari semakin ingin tau dan merasa ada yang aneh dengannya. Ada perasaan tidak suka, ketika kemarin ada seorang perempuan yang datang kepada pria itu. Apalagi mereka begitu terlihat sangat akrab, walaupun Tito merespon kurang baik pada wanita itu, tetap saja dia merasa jengkel, marah dan nggak suka. "Aku kenapa sih! kenapa mikirin Mas Tito terus, kalau pun cewek itu, pacarnya ya biarin dong. Tapi kenapa rasanya nggak enak gini ya," monolog gadis itu, ia mengacak rambutnya kesal. "Apa iya, aku suka sama Mas Tito? Kalau beneran gimana? emang boleh sama Mas Dafa, secara umur kita cukup jauh," ujarnya lagi. Masih sibuk dengan pikirannya, ponselnya berdering. Satu notif masuk dari pria yang sedang dia pikirkan.Syifa mebdesah berat, membaca pesan dari Tito. Pria itu bilang, jika dia besok siang akan kerumah untuk memberikan sesuatu untuk dirinya. Hanya membalas kata singkat, Syifa menaruh benda p

  • Destiny About Me   Bab 76.

    Syifa terdiam memperhatikan apa yang Tito bawakan untuknya, setumpuk beberapa buku tebal. "Mas, seharusnya. Mas Tito nggak perlu bawain buku sebanyak ini?" "Nggak apa-apa, Mas tau jurusan yang kamu ambil membutuhkan buku yang nggak dikit, jurusan kita sama, jadi ini ada beberapa buku punya Mas. Yang sudah nggak di pakai, kamu bisa pakai aja, dari pada kamu belikan. Ya memang sih kamu masih harus beli buku yang baru, karena kadang ada yang nggak sama materinya, tapi paling nggak. Buku Mas bisa bantu,* ujar Tito panjang lebar. Syifa meringis malu. Ia tidak enak selalu saja merepotkan pria yang begitu baik dengannya. "Tapi Mas, aku sudah bilang kemarin. Aku nggak enak, ini pasti buku-buku mahal,""Justru itu, karena buku ini mahal. Mas mau kasih ke kamu, supaya bisa berguna. Kalau cuma Mas pajang di perpus rumah Mas, nggak ada gunanya. Malah nanti rusak nggak bisa di pakai."Berpikir sejenak, sebelum ia menerima pemberian Tito. "Udah terima aja," keduanya kompak menoleh, ketika suara Da

  • Destiny About Me   Bab 77.

    Waktu terasa begitu cepat bergulir, Aya sudah bisa melewati masa masa sulit ketika hamil muda, seperti mual dan pusing, kini kehamilannya sudah memasuki trimester kedua. Dan perempuan itu semakin manja dengan Dafa, ngidamnya pun kadang semakin aneh aneh, untung saja Dafa itu tidak pernah protes. Ada waktu itu, Aya ngidam meminta Dafa masak namun menggunakan pakaian wanita, awalnya pria itu menolak. Tapi berhubung Aya memohon dan wanita itu sudah ingin menangis, akhirnya Dafa menuruti, sebab. Ia tidak suka dan tidak ingin jika Aya menangis, ada juga Aya pernah ngidam buah rambutan, yang jadi masalah bukan karena buahnya, tapi karena Aya ngidam di saat buah tersebut belum musimnya. Jadilah Dafa keliling kota, bahkan sampai keluar kota untuk mencarikan buah tersebut, akhirnya setelah berjuang Dafa menemukan buah tersebut di salah satu desa terpencil di daerah kota karawang, entah bagaimana bisa Dafa bisa masuk kedalam pelosok sebuah desa, yang tidak terlalu kecil, namun tidak terlalu

  • Destiny About Me   Bab 78.

    Kerutan di kening Aya semakin dalam, ketika Dafa mengajaknya pulang, namun ia di bawa ke belakang tempat restoran itu. "Kenapa kita kesini Mas?" Aya menahan tangan Dafa, menatap pria itu penuh tanda tanya. "Ehmm," Dafa menggaruk keningnya bingung, "Eh ini sayang. Apa? ituloh jalanannya lagi di perbaiki, banyak debu. Aku nggak mau kamu kena debunya, kan nanti bisa bahaya buat dedeknya,""Perasaan tadi kita datang nggak ada yang ngerjain apa-apa Mas, tapi kenapa sekarang ada?""Ya Mas kurang tau, tadi Mas juga baru dapat informasi nya pas makan siang." bohong Dafa dengan terpaksa. Aya mengangguk beberapa kali, meskipun dia masih heran. "udah yuk," lagi Aya mengangguk patuh. Dafa mencari jalan alternatif, yang membuatnya tidak lewat jalan utama, melewati perkampungan dengan ukuran jalan yang sempit. Aya sempat heran dan ingin bertanya lagi, namun ketika sudah menggerakkan tangan, Dafa mendapatkan telepon yang membuatnya urung bertanya. Lagipula, suaminya itu tengah fokus menyetir

  • Destiny About Me   Bab 79.

    Belum lama masuk, Syifa sudah keluar lagi dengan membawa satu kotak p3k, gadis itu buru buru duduk di samping pria yang terus menatapnya dengan senyum di balik luka lebam di bibirnya. "Biar aku obatin ya Mas?" izin Syifa yang mulai menaruh cairan alkohol ke kapas putih, Tito hanya mengangguk mempersilahkan gadis itu. "Tahan Mas," Tito sedikit membulatkan matanya ketika jarak mereka begitu dekat, bukan hanya menahan sakit jika seperti ini, namun menahan napas pun Tito lakukan. Pria tersebut begitu gugup, apalagi dengan jarak sedekat itu, fokus matanya bukan lagi ke wajah, tapi ke bibir ranum Syifa, susah payah Tito menelan ludah, dia adalah pria normal, jika berdekatan seperti ini, hasratnya pun bergejolak. "Syifa?" panggil Tito dengan suara beratnya. "Ehm?" gadis itu belum menyadari atau memang Syifa jya terlalu polos. Tersadar dari pikiran buruknya, Tito menjauhkan kepalanya, ia memalingkan wajah dengan napas yang memburu. Syifa yang memang tidak mengerti, tersentak kaget samb

  • Destiny About Me   Bab 80.

    Semenjak Rama datang mengacak acak restonya, Dafa tidak mengizinkan Aya keluar rumah, atau ikut dengan lagi ketika ia ingin ke resto atau cafenya.Meskipun kadang perempuan itu ngeyel sampai harus marah, namun Dafa tetap tegas menolak permintaan istrinya, bukan dia tidak sayang dan tidak mau, ini semua demi kebaikan Aya, sayangnya dia tidak berani mengatakan sesungguhnya. Seperti saat ini, wanita itu tengah merajuk dan merengek minta ikut suaminya yang akan pergi ke resto. "Ayolah Mas, sekali aja. Aku mau ikut, aku janji nggak akan ganggu." mohon Aya, dengan wajah berbinar. "Nggak sayang, pokoknya kamu tetap di rumah. Tolong ngertiin aku dan jangan bandel, ini demi kamu dan anak kita." ujar Dafa tegas tak ingin di bantah. "Sebenarnya Mas kenapa? aku punya salah ya?" ucap Aya berwajah sendu. "Maafin aku Mas, kalau aku hamil malah bikin Mas Dafa kesal dan nggak suka," sambung Aya lagi, gerakan tangan pun pelan. Dafa menarik dan membuang napasnya begitu pelan, sembari memijat kenin

Bab terbaru

  • Destiny About Me   Bab 126.

    Di tengah malam sekitar pukul 00:30 seorang gadis cantik, terlihat gelisah di atas kasur. Sedari tadi tubuhnya terus bergerak kesana kemari, gadis tersebut adalah Syifa, yang sedang bingung untuk mengambil keputusan apa tentang Tito. Hatinya tengah bimbang, antara masih ragu, takut dan tidak percaya. Syifa ragu jika harus menikah di usia muda, namun dia juga takut kehilangan Tito kalau sampai dirinya menolak, di sisi lain Syifa tidak percaya jika Tito merubah keputusannya menjadi menikahi dirinya, bukan untuk melamarnya. Jujur Syifa takut jika dia menikah sekarang, dirinya tak bisa membahagiakan pria tersebut, selama ini Tito begitu tulus mencintainya. Dirinya takut kalau nanti akan mengecewakan pria yang begitu dia cintai. Menghembuskan napas berulang kali, Syifa pun bermonolog. "Mungkin ini jalan terbaik, semoga apa yang sudah aku putuskan. Nggak akan salah dan merugikan semuanya." mengepalkan tangannya gadis tersebut menguatkan dirinya sendiri. "Syifa! ayo kamu pasti bisa. N

  • Destiny About Me   Bab 125.

    "Maksud Mas gimana? bukannya kita kesana baru mau membicarakan tentang hubungan kita ke Bapak?"Tito merubah posisinya, ia memegang setir dengan dua tangannya. "Mereka tetap mau menjodohkan aku dengan perempuan itu, kecuali aku sudah menikah. Maka mereka akan menghentikan perjodohan dan merelakan aku nikah sama kamu," "Tapi Mas, aku masih kuliah, memangnya Mas nggak masalah punya istri yang berstatus mahasiswa?""Memang kenapa? Mas nggak masalah. Menurut Mas lebih cepat lebih baik, atau kamu yang belum siap?" "Aku nggak tau? Aku cuma nggak mau jadi istri yang nggak baik,""Kenapa bisa mikir gitu, banyak kok di luar sana. Istrinya yang masih berstatus pelajar, dan mereka bisa menjalani itu dengan baik." lanjut Tito tak mau kalah. "Kasih aku waktu untuk mikir," putus Syifa memohon pada Tito agar pria itu mengerti dirinya juga berhak mengambil keputusan. Menarik napas panjangnya, Tito hanya bisa mengangguk pelan, menghargai keinginan gadisnya yang ingin memikirkan lebih dulu tentang

  • Destiny About Me   Bab 124.

    Hari demi hari telah di lalui oleh Aya begitu cepat, tidak terasa kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh, dan sesuai rencana. Acara tujuh bulanannya akan di adakan dikota semarang, sesuai permintaan wanita itu, tentu Dafa dengan senang hati, mempersiapkan semuanya. Dan rencananya esok lusa, mereka akan berangkat ke sana, lalu untuk masalah syifa. Dafa waktu itu turun tangan menemui orang tua Tito. Memberitahu jika putra mereka sudah memiliki pendamping, tak perlu menjodohkan karena Tito sudah memiliki wanita yang sudah pria itu pilih. Dafa sempat adu mulut dengan orang tua Tito, mereka tidak setuju jika putranya menikah dengan wanita yang bukan pilihan dari orang tuanya. Namun Dafa tidak ingin membuat sahabatnya menderita lagi oleh kelakuan orang tuanya, maka ia memberanikan diri untuk melawan ucapan kedua orang tua tersebut. "Sayang, sudah dong kamu jangan gerak kesana sini, aku nggak mau ya. Kamu kecapean," Aya mengulas senyum. Menghampiri suaminya yang berdiri sembari mel

  • Destiny About Me   Bab 123.

    Sudah berada di parkiran mobil, Aya diam berpegangan pada badan mobil lebih dulu. "Sayang, kita kerumah sakit ya?" ajak Dafa yang tak tega dan juga melihat wajah pucat kesakitan istrinya. Aya menggeleng pelan. "Nggak usah Mas, aku nggak apa-apa. Kita pulang aja.""Nggak apa-apa gimana? kamu kesakitan gini. Kita tetap kerumah sakit, oke."Dafa tidak mau terjadi sesuatu kepada calon anaknya, tapi Aya kekeuh tak ingin pergi. "Nggak usah Mas, aku mau pulang. Aku mau istirahat, aku yakin buat istirahat sudah hilang. Jadi kita pulang aja ya," mohon Aya matanya menatap sendu kepada suaminya. Dafa menghela napas panjangnya, ia paling lemah jika Aya sudah memohon seperti itu. "Oke kita pulang aja," membantu Aya masuk ke mobil dan juga memasangkan sabuk pengaman. Setelah menutup pintu ia berniat segera memutari mobilnya, namun saat berbalik badan Dafa cukup terkejut ada Pak Suryo dan Bu Sarah. "Ada apa lagi?" ucap Dafa datar. "Maaf saya harus segera pulang.""Kami ingin mengucapkan terima

  • Destiny About Me   Bab 122.

    Sudah berada di depan tempat Rama berada, Ayana meminta untuk tidak keluar terlebih dahulu, ia mengatur dirinya sendiri, agar tidak takut, tidak gugup dan yang paling harus tetap tenang. Dengan setia Dafa di sampingnya, menggengam tangan Aya yang terasa dingin dan berkeringat, sembari terus memandang sang istri dari samping, ia juga memberi kecupan di punggung tangan wanita itu. "Sebentar ya Mas," izin Aya saat menoleh mendapati sang suami menatap teduh kepadanya. "Iya sayang, aku tenangin diri dan persiapkan semuanya, aku di sini selalu jagain kamu." mengangguk pelan Aya kembali melihat kedepan, yang di mana ia sudah melihat ada Pak Suryo dan Bu Sarah sedang menunggu dirinya. Mereka tidak datang kearahnya, karena Dafa sudah memberitahu kepada mereka untuk sabar dan menunggu terlebih dahulu. Memejamkan matanya Aya seperti melafalkan doa, Dafa menepuk puncak kepala istrinya dengan sayang. Membuka matanya Aya menggerakkan tangannya. "Yuk Mas," ajak Aya yang sudah yakin. "Sudah si

  • Destiny About Me   Bab 121.

    "Sayang, bisa nggak? nggak usah dandan. Biasa aja gitu, bajunya emang nggak ada yang lain?" keluh Dafa saat melihat istrinya yang sedang memoleskan bedak ke wajahnya. Aya memutar bola matanya jengah, ini sudah yang keberapa kalinya, Dafa mengatakan hal yang sama. "Ini sudah biasa aja Mas, aku bahkan nggak pakai lipstik. Baju ini juga baju rumahan," kata Aya dengan tatapan sebalnya. "Ck_ kamu tuh terlalu cantik, Ay_ aku nggak suka,""Terus aku harus gimana? aku udah biasa aja lho. Kalau Mas terus kayak gini, mending nggak usah pergi!" ujar Aya menggunakan bahasa isyarat. "Oke, lebih baik memang seperti itu. Kita nggak usah pergi!" saut Dafa. Aya mengangguk, lalu berjalan merebahkan tubuhnya di atas kasur, melihat itu Dafa melongo tak percaya, padahal ia tidak serius. "Lho sayang, kok kamu malah tidur sih? kan kita mau ke lapa?" bangun lagi dari rebahannya, Aya kian menatap Dafa kesal. "Tadi siapa yang nyuruh nggak jadi pergi? ya udah mending aku tidur!" jawab Aya matanya pun mel

  • Destiny About Me   Bab 120.

    Brak!! Suara gebrakan terdengar begitu keras di salah satu tempat kecil dan sedikit gelap. Di sana ada satu perempuan tengah duduk di kursi tangan dalam keadaan terikat di belakang tubuhhya. Tangisan pun terdengar lirih di sela keheningan yang ada, perempuan itu tidak sendiri, ada dua laki-laki berjas hitam. "Maksud kamu apa datang ke toilet ketika sepi, dan ingin melabrak pacar saya?!" ujar suara bariton di hadapan perempuan itu, dan suara pria tersebut tak lain adalah Tito. Ia menyuruh anak buahnya untuk menculik Felly dan membawanya di salah satu gedung kosong, Tito hanya ingin sedikit memberi pelajaran kepada wanita yang sudah membuat sang kekasih ketakutan. "Kamu mau celakai Syifa? IYA?!" Felly terlonjak kaget mendengar bentakan dari Tito. "Kamu nggak tau berhadapan dengan siapa? kamu pikir saya diam aja, ketika ada orang yang mau menyakiti pacar saya."Tubuh Felly menegang, ia begitu ketakutan melihat raut wajah Tito, yang biasanya ia lihat begitu tampan, kini berubah men

  • Destiny About Me   Bab 119.

    "Syifa. Kamu nggak apa-apa kan dek?" tiba di rumah Syifa langsung di lihat kondisinya oleh sang Kakak. Tadi Dafa mendapatkan kabar dari Tito, Syifa di ganggu oleh salah satu mahasiswi di sana, tentu Dafa langsung kalang kabut bahkan ia ingin menyusul Syifa ke kampus. Namun urung, saat Tito mengatakan jika masalah ini biar dia yang mengurus. "Aku nggak apa-apa, Mas. Tadi aku telepon pihak keamanan di kampus, jadi alhamdulillah sebelum aku kenapa-napa, satpam sudah datang dan tolongin aku. Lagian tadi juga ada teman aku yang bantuin, kalau nggak ada siapa-siapa, ya aku nggak tau nasib aku." ujar Syifa. "Alhamdulillah, Mas khawatir banget sama kamu dek.""Tenang aja, Daf. Syifa aman kalau sama gue." timpal Tito. "Tolong ya ngaca. Lo ya sumber dari masalah ini," sungut Dafa kesal. "Lah kok gue?'" Iyalah, coba lo nggak caper ke mereka. Nggak ada yang bakal ganggu adek gue!""Astagfirullah_ siapa yang caper coba?!" jawab Tito tak terima. "Halah sok-sokan. Nggak mau ngaku lagi," Tito

  • Destiny About Me   Bab 118.

    Syifa berada di kamar mandi bersama satu gadis bernama Weni, dia adalah teman satu bangku dengang Syifa, keduanya terlihat asyik bercanda hingga suara bantingan pintu terdengar cukup keras membuat dua gadis itu terlonjak kaget. "Kalian apa-apaan sih! mau ngapain Hah?!" bentak Weni yang begitu berani. Syifa membulatkan matanya melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam kearahnya. Gadis itu mundur beberapa langkah, ingat pesan dari sang kekasih Syifa buru-buru masuk kedalam satu bilik kamar mandi dan menguncinya dari dalam. "Jangan sembunyi lo! keluar." bentak seorang gadis. "Kenapa, lo takut! dasar cupu." Syifa tak memperdulikan teriakan yang tak lain adalah Felly. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas, Syifa menelpon nomer keamanan kampus, beruntung pihak kampus bisa memberi nomer jika terjadi sesuatu pada mahasiswa atau mahasiswinya. "Hai! mau ngapain kalian di sini. Kalian ke kampus untuk belajar, bukan sok jadi pahlawan seperti ini!" bentak pak Rahmat, m

DMCA.com Protection Status