Lala hanya diam ketika suaminya membukakan resleting bajunya. "Kanda, apa sudah siap?" tanya Lala ketika suaminya hanya diam.
"Apa ini mau diturunkan sekalian Iswandi sedikit menurunkan baju istrinya sehingga bahu putih milik Lala sedikit terbuka.
Lala tersenyum ketika mendengar pertanyaan suaminya. Ia membalikkan tubuhnya dan mencium bibir suaminya.
Rasa lembut dan juga manis yang dirasakannya ketika Lala mencium bibirnya seperti ini, membuat Iswandi seakan kecanduan dengan rasa yang baru saja dicicipinya. Cukup lama Iswandi menikmati rasa lembut dan manis bibir istrinya, Lala kemudian melepaskan tautan bibirnya.
"Kanda, Lala mandi dulu." Lala tersenyum setelah mencium suaminya cukup lama.
Iswandi diam saat mendengar ucapan istrinya. Tanpa ada rasa bersalah, Lala pergi begitu saja. Saat ini dirinya sudah seperti layang-layang yang sedang ditarik ulur. Perasaannya dibuat obrak-abrik oleh tingkah laku istrinya. Iswandi memegang dadanya,
Iswandi menggelengkan kepalanya. "Kanda mau kasih hadiah, tapi bukan mobil sebenarnya. Hanya saja Dinda menginginkan mobil, kanda kasih.” Iswandi mengulum senyumnya."Apa ada hadiah lain lagi kanda, apa itu cincin berlian?" tanya Lala."Apa Dinda mau cincin berlian?" tanya Iswandi.Dengan cepat Lala menganggukkan kepalanya."Nanti kita beli," jawab Iswandi."Lala nggak nyangka kalau Lala bakalan dapat hadiah banyak dari kanda. Terima kasih ya kanda." Lala mencium bibir suaminya.Iswandi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ada rasa lucu yang menggelitik perutnya, ketika dirinya melihat sikap istrinya yang polos dan genit seperti ini. Belum lagi selesai Iswandi menyampaikan tujuannya, ia sudah habis-habisan dicium oleh istrinya yang genit dan juga centil. "Tapi bukan itu hadiahnya." Iswandi sudah tidak ingin lagi memberikan tebak-tebakan untuk si polos Lala."Terus hadiah apa?" tanya Lala. Lala bisa merasakan hembus
Saat ini Heru dan Lasmi berada di kamar hotel yang luas dan juga mewah. Dari teras kamarnya, ia dapat melihatBetapa padatnya ibukota Jakarta. Mulai dari padatnya jalan raya, hingga padatnya pemukiman masyarakat.Pasangan yang baru sah menikah ini, mendapatkan fasilitas kamar yang sama seperti yang saat ini tempati oleh Iswandi dan Lala. Bahkan kamar yang mereka tempati berada di samping kamar putrinya.Apa yang dilakukan Iswandi, sangat tidak dipercayai oleh Heru. Menantunya itu begitu sangat baik dan juga peduli dengan dirinya. Saat ini dirinya seperti sedang mendapatkan rezeki nomplok.Heru tersenyum tipis ketika melihat Lasmi yang duduk di tepi tempat tidur dengan bibir yang masih maju ke depan."Tadi waktu di acara, ketemu sama tamu, senyum-senyum, sudah di kamar kenapa merenggut." Heru mencoba mengajak istrinya bicara."Gimana nggak kesel sih mas, mas itu ngajak nikahnya seperti ini." Lasmi seakan masih tidak terima ketika mantan suaminya melakukan cara yang licik seperti ini.
Arga dan Nadira menghentikan candaannya ketika melihat Arkan yang tertawa dengan mulut yang terbuka lebar."Senang ya nak lihat Daddy ditindas sama mommy." Arkan tersenyum memandang putranya. Melihat Arkan yang begitu sangat menggemaskan, membuat Arga, merasa gemas gemas. Pria itu mencium pipi putarannya, hingga pipi yang tembem berisi itu menjadi merah."Biasa nih kalau cuma anaknya sampai pipinya merah gini." Nadira mengusap pipi putranya."Nggak boleh cium anaknya, cium mommy nya." Arga yang mencium pipi istrinya dengan sangat kuat, guna melampiaskan kegemasan kepada putranya."Hubby ciumnya jangan kayak gini, Dira lemas," protes Nadira. Arga tidak menghiraukan protes Nadira. Setelah puas mencium pipi istrinya, pria itu melepaskannya dan tertawa lepas."Mommy gangguin kita nyanyi ya nak."Nadira hanya diam memandang Arga, dengan bibir yang maju ke depan."Ini lagunya nggak pakai mama muda lagi, kita nyanyi Antuse."Nadira yang duduk di samping Arga mengerutkan keningnya. "Antuse
Arga duduk di kursi kerjanya. Pria itu melipatkan tangannya di bawah dadanya. Ia hanya diam memandang pria yang saat ini duduk di depannya.Melihat cara Arga memandang, membuat Iswandi bingung sendiri. "Mengapa tuan memandang saya seperti itu?" tanya Iswandi."Bukankah diri mu baru saja menikah?" tanya Arga.Iswandi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Ia tuan, hanya saja kemarin saya mengambil cuti 4 hari, dan sekarang sudah waktunya saya melanjutkan pekerjaan saya," jawab Iswandi."Bagaimana acara." Arga sedikit mengangkat jempolnya."Sukses tuan, walaupun agak sulit," jawab Iswandi dengan polos. Iswandi begitu sangat bingung, mengapa bosnya menanyakan tentang hal ini.Arga mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" tanya Arga.Iswandi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dirinya bingung untuk menjawab pertanyaan Arga. "Bobol gawang," jawabnya malu.Arga tertawa ngakak ketika mendengar jawaban Iswandi. Bukan hanya Arga saja yang tertawa ngakak pria yang duduk di samping Iswandi ikut te
"Lihat apa?" Arga melihat Nadira yang sedang memandang layar ponselnya."By, Lala lagi posting foto bulan madunya di Paris." Nadira menunjukkan foto ke arah suaminya."Mau juga?" Arga duduk di sebelah Nadira. Saat ini Nadira sedang duduk di atas tempat tidur."Mau by.""Tapi kita nikahnya sudah lama, apa masih perlu bulan madu?" Arga mengulum senyumnya."Sejak menikah, Dira belum pernah bulan madu by. Waktu hamil Arkan, Hubby ajak ke Medan dan Jepang. Ke medannya cuma 2 hari, sedangkan ke Jepangnya gak jadi." Nadira mengingat peristiwa itu.Arga tersenyum saat mendengar ucapan Nadira."By, Dira mau, Dira juga mau bulan madu. Tapi kita sudah tidak bulan madu ya by, Lagian mana ada yang bulan madu bawa anak.” Nadira tersenyum."Terus?" Tanya Arga."Kita liburan aja ya by, bawa Arkan?""Mau yang lokal atau keluar negeri?""Keluar negeri dong by. Dira juga pengen foto pakai baju muslim dingin, memakai shal, sepatu bot, sarung tangan. Seperti ini by." Nadira menunjukkan pakaian yang dipak
Lala berdiri di depan balkon kamarnya. Dari kamar yang saat ini ditempatinya, Lala dapat melihat keindahan kota Paris dan indahnya menara Eiffel ketika malam. Bisa menginjakkan kakinya di kota Paris , sungguh seperti mimpi untuknya. Lala tersenyum ketika merasakan tangan suaminya melingkar di perutnya."Di sini dingin Dinda." Iswandi memeluk istrinya dari belakang.Lala memutar kepalanya dan menganggukkan kepalanya. Sejak tadi Lala merasakan dinginnya udara di kota Paris. Namun dirinya tetap ingin menikmati malam yang indah ini."Yang diminta sama Mama, apa sudah dapat?" tanya Lala.Iswandi menganggukkan kepalanya dan meletakkan dagunya di bahu istrinya. "Mama seperti orang ngidam ya. Tapi istri kanda belum seperti itu." Iswandi tersenyum memeluk Lala.Lala tertawa mendengar ucapan suaminya. "Pengen makan ini, pengen makan itu, bukan berarti nyidam. Lagipula, selama di sini, kita selalu makan masakan ala Eropa jadi karena itu sepertinya, Mama mungkin bosan dan pengen pecel lele. Makl
Lala memandang Iswandi yang saat ini ini sedang duduk di atas tempat tidur. Dirinya ingin membahas tentang kedua orang tuanya. Ada rasa malu ketika akan membahas ini, Lala takut Iswandi beranggapan bahwa kedua orang tuanya akan membebaninya."Ada apa?" Iswandi menarik istrinya dan memeluknya. Sejak tadi wajah istrinya tampak sedang ingin menyampaikan sesuatu kepadanya."Kanda, apa boleh papa sama Mama menetap di sini saja?" Lala memandang wajah suaminya.Iswandi diam ketika mendengar permintaan istrinya."Papa dan Mama sudah nikah lagi, jujur saja Lala cemas kalau mereka kembali ke Semarang. Kanda tahu sendiri, mantan mama tiri Lala ada disana." Lala memberikan alasan Mama tirinya."Terus?" Iswandi terus menatap istrinya."Bila mama sama papa di sini, rencananya rumah Lala akan Lala kasih mama dan papa tempati, soalnya rumah itu juga tidak ditempati." Lala menjelaskan."Iya boleh." Iswandi menganggukkan kepalanya."Tapi masalahnya kanda, bila mama sama papa di sini, mereka pasti tida
Sepulang dari kantor, Arga akan menghabiskan waktunya bermain-main bersama dengan putranya. Ia menikmati peranan barunya menjadi seorang ayah. Apalagi sekarang bayi Arkan sudah sangat pintar diajak bermain.Arga berbaring di atas tempat tidur dengan posisi telungkup sama seperti yang sedang dilakukan oleh bayi Arkan. "Tangan Daddy jangan digigit-gigit nak." Arga tertawa ketika bayi Arkan sedang menggigit jari telunjuknya."Sepertinya gigi anak sudah mau tumbuh by. Kerjanya asik gigit-gigit terus. Apa lagi kalau lagi nyusu. Sampai sakit dan perih. Dira jerit dianya malah senyum dan gigit kuat. " Nadira mengadu. Saat ini, ia berada di atas punggung suaminya dengan posisi telungkup."Jari digigit sama anaknya, sedangkan mommy nya, tidur di atas punggung. Lengkap sudah." Arga menoleh ke belakangnya.Nadira tertawa mendengar ucapan suaminya. Ia kemudian mencium pipi Arga kiri dan kanan. "Dira sudah bayar, jadi tidak apa-apa lagi." Nadira tersenyum manja."Jadi baring di atas punggung H
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu