Lala berdiri di depan balkon kamarnya. Dari kamar yang saat ini ditempatinya, Lala dapat melihat keindahan kota Paris dan indahnya menara Eiffel ketika malam. Bisa menginjakkan kakinya di kota Paris , sungguh seperti mimpi untuknya. Lala tersenyum ketika merasakan tangan suaminya melingkar di perutnya."Di sini dingin Dinda." Iswandi memeluk istrinya dari belakang.Lala memutar kepalanya dan menganggukkan kepalanya. Sejak tadi Lala merasakan dinginnya udara di kota Paris. Namun dirinya tetap ingin menikmati malam yang indah ini."Yang diminta sama Mama, apa sudah dapat?" tanya Lala.Iswandi menganggukkan kepalanya dan meletakkan dagunya di bahu istrinya. "Mama seperti orang ngidam ya. Tapi istri kanda belum seperti itu." Iswandi tersenyum memeluk Lala.Lala tertawa mendengar ucapan suaminya. "Pengen makan ini, pengen makan itu, bukan berarti nyidam. Lagipula, selama di sini, kita selalu makan masakan ala Eropa jadi karena itu sepertinya, Mama mungkin bosan dan pengen pecel lele. Makl
Lala memandang Iswandi yang saat ini ini sedang duduk di atas tempat tidur. Dirinya ingin membahas tentang kedua orang tuanya. Ada rasa malu ketika akan membahas ini, Lala takut Iswandi beranggapan bahwa kedua orang tuanya akan membebaninya."Ada apa?" Iswandi menarik istrinya dan memeluknya. Sejak tadi wajah istrinya tampak sedang ingin menyampaikan sesuatu kepadanya."Kanda, apa boleh papa sama Mama menetap di sini saja?" Lala memandang wajah suaminya.Iswandi diam ketika mendengar permintaan istrinya."Papa dan Mama sudah nikah lagi, jujur saja Lala cemas kalau mereka kembali ke Semarang. Kanda tahu sendiri, mantan mama tiri Lala ada disana." Lala memberikan alasan Mama tirinya."Terus?" Iswandi terus menatap istrinya."Bila mama sama papa di sini, rencananya rumah Lala akan Lala kasih mama dan papa tempati, soalnya rumah itu juga tidak ditempati." Lala menjelaskan."Iya boleh." Iswandi menganggukkan kepalanya."Tapi masalahnya kanda, bila mama sama papa di sini, mereka pasti tida
Sepulang dari kantor, Arga akan menghabiskan waktunya bermain-main bersama dengan putranya. Ia menikmati peranan barunya menjadi seorang ayah. Apalagi sekarang bayi Arkan sudah sangat pintar diajak bermain.Arga berbaring di atas tempat tidur dengan posisi telungkup sama seperti yang sedang dilakukan oleh bayi Arkan. "Tangan Daddy jangan digigit-gigit nak." Arga tertawa ketika bayi Arkan sedang menggigit jari telunjuknya."Sepertinya gigi anak sudah mau tumbuh by. Kerjanya asik gigit-gigit terus. Apa lagi kalau lagi nyusu. Sampai sakit dan perih. Dira jerit dianya malah senyum dan gigit kuat. " Nadira mengadu. Saat ini, ia berada di atas punggung suaminya dengan posisi telungkup."Jari digigit sama anaknya, sedangkan mommy nya, tidur di atas punggung. Lengkap sudah." Arga menoleh ke belakangnya.Nadira tertawa mendengar ucapan suaminya. Ia kemudian mencium pipi Arga kiri dan kanan. "Dira sudah bayar, jadi tidak apa-apa lagi." Nadira tersenyum manja."Jadi baring di atas punggung H
"Kenapa bisa seperti ini, tadi kanda tinggalin sewaktu ke kantor baik-baik saja." Iswandi mengusap kepala istrinya. Saat ini ia memilih untuk di antar supir pribadinya."Lala juga gak tahu. Setelah kanda berangkat ke kantor, tiba-tiba aja mual." Lala menjelaskan."Sekarang apa masih mual?" Iswandi memeluk istrinya." Sejak tadi Lala selalu memeluknya dan menempel kepadanya."Kanda, mudah-mudahan saja Lala gak sakit parah ya. Lala gak mau di rawat dan di suntik." Lala merengek dan ketakutan seperti anak kecil."Enggak Dinda, ini enggak sakit berat kok. Cuman masuk angin sepertinya." Iswandi menenangkan istrinya."Lala nggak perlu ditawarkan kanda?" Lala sangat takut bila berkaitan dengan suntik dan infus."Gak sayang." Iswandi menjawab dengan ragu.Mobil yang dikemudikan oleh sopir Iswandi, berhenti di depan pintu masuk rumah sakit. Iswandi turun dari mobil, pria itu kemudian menggendong istrinya masuk ke dalam rumah sakit. Sedangkan supirnya, memarkirkan mobil di parkiran"Ini pak k
"Enggak Lah, masak sih, istri sama anak mau datang dilarang." Arga mengulum senyumnya.Nadira begitu sangat senang mendengar ucapan suaminya. Sebagai seorang istri, dirinya begitu sangat cemburuan. Ada rasa takut setiap saat, bila membayangkan suaminya di kantor dan banyak karyawan wanitanya. Nadira tahu, bahwa wanita yang bekerja di kantoran, hampir rata-rata memiliki wajah yang cantik. Walau bagaimanapun Nadira harus menunjukkan kepada karyawan Arga, bahwa dirinya adalah istri dari pemilik perusahaan tersebut. Agar tidak ada yang mau mengganggu suaminya. Apalagi sekarang kondisi Nadira sudah memiliki anak dan bentuk tubuhnya juga terlihat lebih gendut daripada biasanya dan hal ini yang membuat dirinya semakin panik."Tapi Dira nggak gendut gendut amat kan by?" tanya Nadira.Arga menggelengkan kepalanya. "Kalau sekarang ngaku istri bos, orang sudah percaya," jawabnya."Kenapa gitu ?" tanya Nadira."kalau kemarin ngaku jadi istri bos, orang nggak percaya, karena terlalu kurus. Pasti o
"Ya jalan-jalannya ke restoran. Bagi Arkan, ke restoran saja sudah jalan-jalan." Arga tertawa.Nadira hanya diam ketika mendengar keterangan suaminya. "Kirain mau dibawa jalan-jalan ke mall, eh nyatanya ke restoran. Restoran itu bukannya tempat jalan-jalan, tapi tempat makan." Nadira berkata dengan memutar bola matanya.Melihat respon istrinya membuat warga tertawa ngakak. "Apa si mommy pengen jalan-jalan ke mall?" Tanya Arga.Dengan cepat Nadira menganggukkan kepalanya."Nanti kita ke mall, sepulang dari kantor. Apa mau?" tanya Arga."Mau," jawab Nadira dengan cepat."Kalau nggak capek ya," jawab Arga.Nadira menganggukkan kepalanya dengan bibir yang maju ke depan."Rayu dulu." Arga memandang istrinya dengan tersenyum tipis. Hanya diam di rumah, sudah pasti membuat Nadira merasa bosan. Arga memahami kejeniusan istrinya.Nadira beranjak dari duduknya. ia menggendong putranya dan kemudian berjalan mendekati arga yang saat ini sedang duduk di kursi kerjanya.Arga hanya diam dan menunggu
Iswandi membuka pakaiannya dan melingkarkan handuk di pinggangnya. Setelah membuka pakaiannya, pria itu kemudian membukakan mini dress yang saat ini dipakai istrinya. Baru melihat seperti ini saja, ia sudah menginginkan istrinya, namun pria itu harus mampu menahan kehendaknya.Berulang kali, Iswandi menelan air ludahnya, ketika melihat kulit mulus istrinya.Setelah membuka pakaian istrinya, Iswandi menggendong Lala ke kamar mandi."Kanda mandikan Dinda dulu, nanti setelah ini, kanda akan mandi," usul Iswandi."Lala, ingin mandi berdua." Lala menolak usulan yang diberikan oleh suaminya."Kalau Dinda, mau seperti itu boleh," ucap Iswandi yang akhirnya tidak bisa menolak kehendak istrinya.Lala tersenyum, ia mandi bersama dengan suaminya. Lala yang usil, genit dan juga manja, tidak ada henti-hentinya menggoda suaminya ketika mandi.Iswandi harus menahan hasrat dirinya, ketika mandi berdua bersama dengan Lala. Lala menggodanya habis-habisan, membuat Pria itu kesulitan, ketika harus menaha
"Arkan, aunty datang." Lala tersenyum memandang Arkan yang saat ini memandangnya."Akhirnya nanti Lala datang juga." Nadira tersenyum memandang sahabatnya."Maafin aunty ya sayang, sebenarnya aunty, pengen kali datang ke sini, rindu sama Arkan. Tapi mau gimana lagi, calon adiknya manja nggak bolehin nanti keluar rumah. Lala tersenyum dan mengambil Arkan yang saat ini sedang tengkurap di lantai."Udah berapa bulan?" Nadira tersenyum dan mengusap perut sahabatnya."Masuk 4 bulan. Kamu bayangin aja, aku bener-bener nggak bisa bangkit dari tempat tidur. Bawaannya, kepala pusing selalu. Mual juga, muntah. Tapi bersyukurnya, rasa mual setelah makan itu hilang ketika aku makan bersama kanda. Jadi kanda, setiap hari pulang ke rumah di saat jam makan siang, karena takut aku bakalan muntah pas makan siang." Lala tersenyum ketika menceritakan morning sickness yang dialaminya.Nadira memandang Lala dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kelewatan manja ini," ucap Nadira yang mengusap perut La