Sepulang dari kantor, Arga akan menghabiskan waktunya bermain-main bersama dengan putranya. Ia menikmati peranan barunya menjadi seorang ayah. Apalagi sekarang bayi Arkan sudah sangat pintar diajak bermain.Arga berbaring di atas tempat tidur dengan posisi telungkup sama seperti yang sedang dilakukan oleh bayi Arkan. "Tangan Daddy jangan digigit-gigit nak." Arga tertawa ketika bayi Arkan sedang menggigit jari telunjuknya."Sepertinya gigi anak sudah mau tumbuh by. Kerjanya asik gigit-gigit terus. Apa lagi kalau lagi nyusu. Sampai sakit dan perih. Dira jerit dianya malah senyum dan gigit kuat. " Nadira mengadu. Saat ini, ia berada di atas punggung suaminya dengan posisi telungkup."Jari digigit sama anaknya, sedangkan mommy nya, tidur di atas punggung. Lengkap sudah." Arga menoleh ke belakangnya.Nadira tertawa mendengar ucapan suaminya. Ia kemudian mencium pipi Arga kiri dan kanan. "Dira sudah bayar, jadi tidak apa-apa lagi." Nadira tersenyum manja."Jadi baring di atas punggung H
"Kenapa bisa seperti ini, tadi kanda tinggalin sewaktu ke kantor baik-baik saja." Iswandi mengusap kepala istrinya. Saat ini ia memilih untuk di antar supir pribadinya."Lala juga gak tahu. Setelah kanda berangkat ke kantor, tiba-tiba aja mual." Lala menjelaskan."Sekarang apa masih mual?" Iswandi memeluk istrinya." Sejak tadi Lala selalu memeluknya dan menempel kepadanya."Kanda, mudah-mudahan saja Lala gak sakit parah ya. Lala gak mau di rawat dan di suntik." Lala merengek dan ketakutan seperti anak kecil."Enggak Dinda, ini enggak sakit berat kok. Cuman masuk angin sepertinya." Iswandi menenangkan istrinya."Lala nggak perlu ditawarkan kanda?" Lala sangat takut bila berkaitan dengan suntik dan infus."Gak sayang." Iswandi menjawab dengan ragu.Mobil yang dikemudikan oleh sopir Iswandi, berhenti di depan pintu masuk rumah sakit. Iswandi turun dari mobil, pria itu kemudian menggendong istrinya masuk ke dalam rumah sakit. Sedangkan supirnya, memarkirkan mobil di parkiran"Ini pak k
"Enggak Lah, masak sih, istri sama anak mau datang dilarang." Arga mengulum senyumnya.Nadira begitu sangat senang mendengar ucapan suaminya. Sebagai seorang istri, dirinya begitu sangat cemburuan. Ada rasa takut setiap saat, bila membayangkan suaminya di kantor dan banyak karyawan wanitanya. Nadira tahu, bahwa wanita yang bekerja di kantoran, hampir rata-rata memiliki wajah yang cantik. Walau bagaimanapun Nadira harus menunjukkan kepada karyawan Arga, bahwa dirinya adalah istri dari pemilik perusahaan tersebut. Agar tidak ada yang mau mengganggu suaminya. Apalagi sekarang kondisi Nadira sudah memiliki anak dan bentuk tubuhnya juga terlihat lebih gendut daripada biasanya dan hal ini yang membuat dirinya semakin panik."Tapi Dira nggak gendut gendut amat kan by?" tanya Nadira.Arga menggelengkan kepalanya. "Kalau sekarang ngaku istri bos, orang sudah percaya," jawabnya."Kenapa gitu ?" tanya Nadira."kalau kemarin ngaku jadi istri bos, orang nggak percaya, karena terlalu kurus. Pasti o
"Ya jalan-jalannya ke restoran. Bagi Arkan, ke restoran saja sudah jalan-jalan." Arga tertawa.Nadira hanya diam ketika mendengar keterangan suaminya. "Kirain mau dibawa jalan-jalan ke mall, eh nyatanya ke restoran. Restoran itu bukannya tempat jalan-jalan, tapi tempat makan." Nadira berkata dengan memutar bola matanya.Melihat respon istrinya membuat warga tertawa ngakak. "Apa si mommy pengen jalan-jalan ke mall?" Tanya Arga.Dengan cepat Nadira menganggukkan kepalanya."Nanti kita ke mall, sepulang dari kantor. Apa mau?" tanya Arga."Mau," jawab Nadira dengan cepat."Kalau nggak capek ya," jawab Arga.Nadira menganggukkan kepalanya dengan bibir yang maju ke depan."Rayu dulu." Arga memandang istrinya dengan tersenyum tipis. Hanya diam di rumah, sudah pasti membuat Nadira merasa bosan. Arga memahami kejeniusan istrinya.Nadira beranjak dari duduknya. ia menggendong putranya dan kemudian berjalan mendekati arga yang saat ini sedang duduk di kursi kerjanya.Arga hanya diam dan menunggu
Iswandi membuka pakaiannya dan melingkarkan handuk di pinggangnya. Setelah membuka pakaiannya, pria itu kemudian membukakan mini dress yang saat ini dipakai istrinya. Baru melihat seperti ini saja, ia sudah menginginkan istrinya, namun pria itu harus mampu menahan kehendaknya.Berulang kali, Iswandi menelan air ludahnya, ketika melihat kulit mulus istrinya.Setelah membuka pakaian istrinya, Iswandi menggendong Lala ke kamar mandi."Kanda mandikan Dinda dulu, nanti setelah ini, kanda akan mandi," usul Iswandi."Lala, ingin mandi berdua." Lala menolak usulan yang diberikan oleh suaminya."Kalau Dinda, mau seperti itu boleh," ucap Iswandi yang akhirnya tidak bisa menolak kehendak istrinya.Lala tersenyum, ia mandi bersama dengan suaminya. Lala yang usil, genit dan juga manja, tidak ada henti-hentinya menggoda suaminya ketika mandi.Iswandi harus menahan hasrat dirinya, ketika mandi berdua bersama dengan Lala. Lala menggodanya habis-habisan, membuat Pria itu kesulitan, ketika harus menaha
"Arkan, aunty datang." Lala tersenyum memandang Arkan yang saat ini memandangnya."Akhirnya nanti Lala datang juga." Nadira tersenyum memandang sahabatnya."Maafin aunty ya sayang, sebenarnya aunty, pengen kali datang ke sini, rindu sama Arkan. Tapi mau gimana lagi, calon adiknya manja nggak bolehin nanti keluar rumah. Lala tersenyum dan mengambil Arkan yang saat ini sedang tengkurap di lantai."Udah berapa bulan?" Nadira tersenyum dan mengusap perut sahabatnya."Masuk 4 bulan. Kamu bayangin aja, aku bener-bener nggak bisa bangkit dari tempat tidur. Bawaannya, kepala pusing selalu. Mual juga, muntah. Tapi bersyukurnya, rasa mual setelah makan itu hilang ketika aku makan bersama kanda. Jadi kanda, setiap hari pulang ke rumah di saat jam makan siang, karena takut aku bakalan muntah pas makan siang." Lala tersenyum ketika menceritakan morning sickness yang dialaminya.Nadira memandang Lala dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kelewatan manja ini," ucap Nadira yang mengusap perut La
Nadira sudah terlihat cantik dengan memakai dress panjang selutut berwarna mocca. Ia sudah siap untuk pergi jalan-jalan bersama dengan suami dan putranya. Disaat libur seperti ini, suaminya akan selalu membawanya jalan-jalan bersama dengan anaknya."Anak mommy sudah keren." Nadira tersenyum ketika memasangkan topi untuk putranya. Ia juga memakaikan bayi Arkan kacamata."Apa sudah selesai?" Arga tersenyum ketika melihat istri dan putranya."Anak sayang Daddy, tampan sekali." Arga mengambil bayi Arkan yang berada di atas tempat tidur."Sudah, ayo dad, kami sudah tidak sabar ingin jalan-jalan." Nadira tersenyum dan memeluk suaminya."Cium dulu," pinta Arga. Penampilan pria 1 anak itu, sangat kompak dengan putranya. Ia memakai baju kemeja berwarna hitam sama dengan Arkan, kemudian topi dan kacamata hitam. Semua barang yang di pakainya, sama dengan yang di pakai Arkan.Dengan cepat nadira mencium bibir suaminya dengan jumlah yang banyak. Kemudian pipi kiri dan pipi kanan, dagu meskipun dit
"Arkan, Kita mau jalan-jalan. Apa anak mommy tahu, kita mau kemana?" Nadira berkata ketika Arkan sudah bangun.Arkan memandang wajah mommynya dengan bibir yang membulat.Nadira tertawa ketika melihat ekspresi wajah putranya ketika diajak berbicara. "Kita mau ke Tiongkok. Nanti kita akan melihat tembok besar China. Nanti anak bayi mommy, akan berjalan di tembok besar dan panjang." Nadira bercerita dengan penuh semangat."Kita coba lihat ya nak, sanggup nggak mommy jalan di tembok besar China." Arga tersenyum dan mencubit hidung istrinya."Sanggup dong," jawab Nadira dengan yakin."Percaya nak?""Percaya dong." Nadira tersenyum. "Mommy sudah tidak sabar lagi untuk bisa sampai ke Tiongkok. By ini masih lama gak sampainya." Nadira memandang ke arah jendela."Bila pesawat mendarat, itu artinya sampai." Arga menjawab pertanyaan Nadira sesuka hatinya."Ooo kalau gitu Dira gak perlu tanya lagi ya." Nadira membesarkan matanya."Tuh tahu." Arga dengan sengaja mencium pipi bulat Arkan, agar di
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu