Nadira menempati kamar hotel mewah yang berada di pusat kota Beijing. Dari atas balkon kamarnya, Nadira dapat melihat kepadatan kota Beijing. Aktivitas di kota ini sangat sibuk, Bukan hanya padat oleh kendaraan, namun juga pejalan kaki.Nadira menatap suaminya tanpa berkedip. Apa yang dilakukan Arga sungguh tidak pernah dibayangkannya. Arga memberikan kejutan yang begitu sangat luar biasa untuknya."Apa belum puas pandangi Hubby." Arga tersenyum."Dira nggak pernah puas pandang hubby." Nadira tersenyum dan kemudian mencium bibir suaminya.Arga senyum-senyum sendiri ketika mendengar jawaban istrinya. Ia begitu senang ketika mendengar gombalan Nadira. Pria itu memeluk istrinya dan mencium kening milik Nadira. "Itu anak bayinya sudah minta makan, kasih makan dulu." Arga memberikan waktu untuk Nadira mengurus anaknya terlebih dahulu, dan nanti ia akan meminta gilirannya.Nadira tertawa ketika melihat putranya yang berada di atas tempat tidur. Bayi berusia 6 bulan itu sudah mulai mengomel
Arga memeluk Nadira dari belakang. Ia tersenyum dan mencium pipi istrinya."Anak sudah tidur." Arga berbisik di telinga Nadira."Kalau sudah tidur kenapa by?" Nadira memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya. "Sudah waktunya kita berkeringat.""Apa hubby mau olahraga?""Iya dong.""Apa di sini ada untuk tempat fitness?" Nadira memandang suaminya."Di sini di sediakan tempat gym." Arga memberi tahu."Apa yang masuk di sana laki-laki semua by?""Yang masuk ke sana semua orang yang mencintai olahraga. Cewek-cewek cantik, banyak yang masuk ke sana. Pada umumnya yang bodinya…" Arga memberikan isyarat tangannya, yang menunjukkan lekuk tubuh wanita yang menggoda."Hubby nggak usah masuk ke sana." Nadira melarang Arga dengan cepat. Selama ini suaminya tidak pernah melakukan fitness di luar rumah, Arga selalu melakukan rutinitas olahraga di ruangan fitness yang berada di dalam rumahnya.Arga tersenyum tipis ketika melihat respon istrinya. "Selain tempat gym disini juga disediakan meja bi
Iswandi berjalan sambil memegang tangan istrinya. Pria itu memandang Lala dengan kening yang berkerut."Kanda, Lala mau ini." Lala memegang apa yang diinginkannya"Iya ambil." Iswandi sedikit tersenyum ketika melihat Lala yang begitu sangat senang."Kanda, ini lucu, Lala suka.""Ambil aja Dinda.""Ih, imutnya. Kanda, lihat, pandanya lucu ya, Lala suka kanda.""Kalau dinda suka, ambil saja." Iswandi mengusap kepala istrinya."Kanda, ini pisang, Lala mau.""Iya kita beli.""Kanda, yang ular, Lala juga suka, Sapinya juga sangat cantik.""Iya Dinda kita beli.""Terima kasih kanda, Lala suka." Lala tersenyum lebar dan memeluk suaminya. Dengan sangat cepat, Lala mencium bibir Iswandi. Iswandi tersenyum ketika melihat tingkah genit istrinya. Bila tidak sedang di tempat umum, Sudah pasti, akan dibalasnya. "Dinda, ini ditempat umum, apa enggak malu cuma kanda?"Lala menggelengkan kepalanya. "Kenapa harus malu?" "Bila seandainya Dinda mencium di tempat yang tertutup pastikan dia bakalan bala
Senyum mengambang di bibir, ketika menyadari bahwa saat ini dirinya duduk di atas pangkuan suaminya.Arga membuka penutup mata istrinya secara perlahan-lahan.Nadira membuka matanya ketika kain hitam yang menutupi matanya sudah dibuka oleh suaminya. Melihat menu yang terhidang di atas meja makan, sungguh menggugah seleranya. Cahaya lilin yang menjadi penerang membuat suasana terasa romantis. Nadira memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya. "Hubby, kenapa nggak cerita sih mau bikin kejutan seperti ini?" Nadira tersenyum."Kejutan dikasih tahu, apa masih jadi kejutan?" tanya Arga.Nadira tersenyum nyengir dan menggelengkan kepalanya. Ia malu sendiri ketika menyadari pertanyaan bodohnya. “Kalau seandainya Dira tahu, Dira bisa pakai gaun yang cantik dan make up juga. Gak pakai baju seperti ini." Nadira tersenyum memandang pakaian yang saat ini di pakainya."Nadira selalu cantik. Mau pakai baju apa aja tetap cantik banget, gak pakai baju juga tetap cantik Arga.” mengulum senyumnyaN
Ini merupakan pengalaman berpetualang menyusuri Tembok raksasa yang tidak akan pernah terlupakan oleh Nadira. Ia tidak menyangka bisa bisa memijakkan kakinya di tembok besar China yang memiliki nilai sejarah dan menjadi salah satu ikon kebanggaan negeri Tirai Bambu, China.Sesuai rencana, Arga membawa istri dan anaknya ke daerah yang tidak terlalu banyak turis, sehingga tidak terlalu banyak pengunjung. Di sini juga tersedia wahana seluncur dan kereta gantung untuk turun ke bawah.Nadira memegang payung, sedangkan Arga menggendong putranya dengan memakai gendongan yang menempel di depan dadanya."Hubby, dari sini ini kita bisa melihat pegunungan kemudian keindahan pemandangan." Nadhira sangat senang ketika melihat pemandangan yang indah dari atas tembok raksasa tersebut."Iya." jawab Arga."Hubby, fotokan Dira lagi." Nadira tersenyum dan memberikan ponsel di tangannya kepada suaminya.Arga menganggukkan kepalanya. Pria itu mengambil gambar istrinya, dengan menggunakan kamera ponsel mi
Tanpa terasa 1 minggu sudah dihabiskan Nadira bersama dengan suami dan putranya, di negara tirai bambu. Suaminya begitu sangat memanjakan dirinya di sini. Setiap hari Arga akan membawanya berkunjung ke tempat-tempat wisata yang begitu sangat menarik dan indah.Selama berada di Beijing, banyak sekali tempat wisata yang sudah dikunjungi Nadira. mereka berburu kuliner, yang memiliki label halal, kemudian ke tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi."Di sini, sudah banyak tempat yang sudah kita kunjungi by, tapi kenapa hubby tidak mau bawa Dira ke Tiananmen Square." Nadira memandang suaminya. Ia tidak mengerti, mengapa Arga tidak ingin membawanya ke tempat tersebut. Padahal tempat itu, begitu banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Nadira tersenyum dan kembali memasukkan bubur ke dalam mulut bayi Arkan. Saat ini Nadira berada di salah satu hotel mewah yang berada di Lhasa. Sudah dua hari mereka menginap di hotel mewah tersebut.Arga tersenyum, ketika melihat putranya makan dengan banyak
Nadira kini berada di salah satu hotel termewah yang berada di tengah kota Shanghai. Senyum penuh bahagia tidak pernah hilang dari raut wajahnya. Ditatapnya wajah suaminya yang tampan. Ia kemudian menjijitkan kakinya dan mencium bibir milik Arga yang berwarna pink secara alami. "Hubby, terima kasih." Nadira tersenyum lebar dan memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ia seakan tidak pernah bosan untuk mengatakan kalimat tersebut.Arga tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia menundukkan kepalanya dan mencium bibir istrinya. "Iya Nadira sayang," jawabnya.Nadira tersenyum saat mendengar Jawaban suaminya. "Arkan lihat sekarang kita sudah berada di Shanghai. sekarang kita lagi di hotel berbintang. Kalau mommy gak salah, kita berada di lantai 40. Sayang mommy bisa lihat ke bawah, cantik sekali ya." Nadira tersenyum memandang pemandangan kota Shanghai dari gedung tinggi tempat dirinya berada.Arkan memandang ke bawah. Mulutnya yang kecil dan bulat kini terbuka ketika melihat keindahan kota S
"By, Dira mau yang ini." Nadira tersenyum manja."Ambil saja." Arga berkata tanpa menanyakan harga dari perhiasan yang diminta istrinya."Hubby makasih." Nadira mencium pipi suaminya.Arga begitu senang ketika istrinya mencium pipinya di tempat umum seperti ini."By, apa boleh Dira beli lagi?" Nadira tersenyum."Boleh," jawab Arga."By, Dira mau cincin yang ini, cantik by."Arga melihat cincin yang diinginkan istrinya. Ia meminta pegawai toko untuk mengambil cincin yang diinginkan istrinya."Cantik by, tapi besar,” Nadira menunjukkan cincin di jarinya yang longgar."Apakah ada yang kecil?""Tidak ada tuan, cincin yang diinginkan istri Anda, hanya tersisa satu ini saja," jawab wanita tersebut.Nadira hanya diam ketika mendengar suaminya berbicara dengan bahasa Mandarin dengan pelayanan toko."Aku menginginkan cincin yang berukuran kecil, untuk istri ku.""Yang ini kecil semua ukurannya tuan." Wanita itu menunjukkan deretan cincin di bagian depan.Arga melihat deretan cincin yang ditunj
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu