Arga duduk di meja kerjanya dengan memandang Iswandi yang saat ini duduk di depannya. Dari cara ia memandang asisten pribadinya, sudah terlihat jelas bahwa Arga sedang menunggu jawaban.
"Ada apa tuan?" tanya Iswandi yang berpura-pura tidak mengerti dengan tatapan bosnya.
"Jelaskan kepada ku, sejak kapan kamu mengenali teman Nadira?" Arga bertanya dengan raut wajah yang begitu sangat serius.
Iswandi tersenyum malu-malu ketika mendengar pertanyaan bosnya. Seperti orang yang sedang dilanda asmara, wajahnya bersemu merah saat ini.
Melihat sikap Iswandi yang malu-malu, membuat Arga terasa ingin tertawa, namun ia mencoba untuk menahan tertawanya, ia tidak ingin Iswandi merasa malu kepadanya.
"Saya mengenali Lala itu tanpa sengaja tuan. Waktu itu saya datang ke restoran, saat restoran sedang direnovasi. Di sana saya berjumpa dengan Lala. Kami berjumpa tanpa disengaja. Dia menabrak saya, dan peristiwa itu sudah terjadi sekitar 3 minggu yang lal
"Halo," jawab Lala ketika mengangkat sambungan telepon di ponselnya. Lala diam dan menunggu jawaban dari orang yang saat ini menghubunginya."Halo." Lala kembali menyapa orang yang saat ini menghubunginya. Nomor ponsel ini baru masuk di teleponnya, sehingga dirinya tidak tahu siapa yang saat ini menghubunginya."Jangan bikin emosi ya, sejak tadi aku ini sudah pengen marah-marah. Sudahlah aku lagi emosi, ini datang lagi orang nelpon yang gak jelas. Kalau mau ngomong ya jawab, jangan diam aja. bikin kesel." Lala marah."Kenapa hari ini aku apes sekali. Tau nggak sih, pagi-pagi saja aku sudah kena marah dan berhentikan kerja. Jadi jangan buat aku tambah marah."Nadira hanya tersenyum ketika mendengar omelan dari Lala. "Halo assalamualaikum," jawab Nadira."Waalaikumsalam." Lala diam mendengarkan suara yang begitu sangat dikenalnya. "Nadira?" Tanya Lala."Ha...ha... sepertinya aku menelepon diwaktu yang tidak tepat. Aku matiin aja ya telep
"Halo kanda, kanda di mana?" tanya Lala."Masih di kantor, ini lagi ada kerjaan sebentar, tunggu ya nanti begitu selesai, kanda akan langsung ke rumah Dinda," jawab Iswandi."Kalau kanda sibuk, aku ke tempat kerja pakai ojek online aja ya kanda," pinta Lala."Jangan Dinda, kanda tidak mau Dinda pakai ojek online. Tunggu kanda sebentar lagi akan selesai," jelas Iswandi."Nanti aku terlambat lagi kanda. aku gak mau di berhentikan lagi." Lala berkata dengan frustasi."Dinda tidak terlambat kok," Iswandi tersenyum kecil."Ya sudah kalau gitu, aku tunggu kanda," ucap Lala."Iya Dinda," jawab Iswandi yang kemudian memutuskan sambungan teleponnya.Lala mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Melihat sikap Iswandi kepadanya, membuat dirinya semakin takut. Pria itu memang benar-benar sangat ingin serius kepadanya, dan Lala tidak bisa membayangkan bila Iswandi mengetahui pekerjaannya. Setelah nanti pria itu mengetahui pekerjaannya,
Begitu pulang dari kantor, Arga langsung membuatkan susu hamil untuk istrinya, karena mendengar pelayan di rumahnya mengatakan bahwa Nadira tidak minum susu hari ini, namun ternyata susu yang dibuatnya tetap tidak diminum oleh istrinya.Nadira begitu senang ketika suaminya tidak memaksa dirinya untuk minum susu hamil lagi. Ia tidak menghiraukan suaminya yang baru pulang, Nadira asyik menonton film yang saat ini menjadi favoritnya.Arga duduk di tepi tempat tidur dan memandang Nadira yang terlihat cuek padanya. "Dek, Hubby mandi sebentar." Arga berkata dengan membuka dasinya."Iya by," jawab Nadira yang hanya tersenyum dan kembali fokus dengan film yang ditontonnya."Hubby mau mandi." Arga kembali mengulang kalimatnya."Iya By," Nadira tidak memandang suaminya, tatapan matanya hanya tertuju dengan televisi android yang saat ini ditontonnya. Nadira begitu tidak menghiraukan suaminya, ia hanya fokus dengan film yang ditontonnya. Bahkan dirinya tidak i
Lala berusaha untuk menenangkan dirinya di dalam kamar. Rasa takut, rasa cemas begitu sangat dirasakannya saat ini. Telapak tangannya terasa dingin dengan bibir yang pucat. Berulang kali Lala menarik nafasnya dengan panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Begitu sulit baginya untuk memberitahukan kepada Iswandi mengenai dirinya. Namun walau bagaimanapun, ia harus tetap jujur."Harusnya aku bercerita dari mana? Aku tidak mungkin menceritakan keadaan keluarga ku. Walau bagaimanapun, aku harus mampu melindungi nama keluarga ku. Aku tidak ingin dia beranggapan tidak baik dengan keluarga ku. Namun aku bingung harus memulai dari mana?" Lala terus berfikir. Selama ini dirinya selalu melindungi nama keluarganya, sehingga tidak pernah ada yang tahu seperti apa keluarganya. Berulang kali Lala mencoba merangkai kata demi kata yang sekiranya nanti diucapkannya dihadapan pria tersebut."Aku siap menerima penilaiannya tentang ku. Apa saja itu, aku akan terima. Bahka
Lala diam mendengar ucapan Iswandi.Iswandi sedikit tersenyum ketika melihat Lala yang hanya diam. Semua orang pasti tidak akan langsung bisa menjawab bila diberikan waktu yang singkat, seperti apa yang dilakukannya terhadap gadis pujaan hatinya. "Nggak usah dijawab sekarang Dinda." Iswandi mengusap kepala Lala."Tapi katanya kanda mau minta jawaban?" ucap Lala.Iswandi tertawa saat mendengar jawaban polos gadis berwajah cantik tersebut. "Nanti malam kita mau dinner, jawabannya nanti malam saja," Iswandi mengedipkan sebelah matanya.Lala tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya ketika duduk di samping pria berwajah ganteng tersebut. Diam-diam Lala memperhatikan wajah pria itu. Hidung mancung dengan matanya yang tidak lebar namun juga tidak kecil, alis tebal dan rapi, bibir sedikit tebal dan berwarna merah. Lala menggigit bibir bawahnya, saat melihat bibir milik Iswandi. Dirinya begitu sangat malu dengan apa yang sa
"Sebenarnya aku itu pernah sempat tinggal sama mama, tapi aku akhirnya minta untuk tinggal bersama dengan papa," jawab Lala."Kenapa?" tanya Iswandi."Sebenarnya papa baru itu baik sama aku, dia suka kasih aku uang untuk jajan. Tapi waktu itu aku sudah mulai besar dan dia suka peluk aku, katanya sih karena sayang. Tapi jujur aja, aku sangat risih diperlakukan seperti itu. Jadi aku putuskan untuk minta tinggal sama papa." Lala tidak menceritakan bahwa papa barunya itu pernah masuk ke kamarnya dan memegang dadanya. Bersyukur dirinya cepat bangun sehingga papa barunya itu berpura-pura menaikkan selimutnya, dan kemudian keluar dari kamarnya. Pada waktu itu Lala yang baru selesai belajar lupa menutup pintu karena ketiduran. Ia juga tidak mungkin menceritakan hal itu kepada mamanya, karena takut mamanya akan marah, dan belum tentu mamanya mempercayai apa yang diucapkannya. Pada akhirnya Lala memutuskan untuk tinggal bersama dengan papa kandungnya."Tinggal
"Aku dapat kabar, katanya Om Edwin sekarang kondisinya semakin menurun ma." Jelas Arga.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya tidak apa-apa," jawabnya santai."Apa mama tidak ingin menjenguknya?" Arga bertanya dengan memandang mamanya. Bila mamanya berkeinginan menjenguk Edwin, Arga tidak akan melarang.Luna menggelengkan kepalanya. "Buat apa mama datang menjenguk dia, bila nanti saat Mama berjumpa dengan dia, mama akan mengatakan tidak akan pernah memaafkannya." Luna berkata dengan serius."Benar juga sih ma, tapi siapa tahu saja dia ingin berjumpa dengan mama untuk yang terakhir kalinya, atau sebelum dia tutup usia," jelas Arga.Luna menggelengkan kepalanya. "Kalau mau mati, ya mati saja. Ngapain juga merepotkan orang untuk berjumpa." Luna berkata tanpa mau menghiraukan sama sekali.Arga dan Andrea hanya diam saat mendengar ucapan mama mereka. Arga begitu mengerti seperti apa perasaan mamanya."Mama tidak ingin dend
Iswandi memberhentikan mobilnya di sebuah butik ternama. Pria itu tersenyum memandang gadis yang saat ini duduk di sampingnya. "Ayo turun," ajak Iswandi."Iya kanda." Lala tersenyum. Dadanya berdegup dengan hebatnya. Hingga saat ini, Lala tidak bisa membayangkan seperti apa acara dinner yang akan dilewatinya bersama dengan Iswandi."Kenapa Dinda diam aja?" Iswandi memandang Lala."Kanda, sebelum semuanya lebih jauh apa tidak sebaiknya kanda memberitahukan kepada orang tua kanda terlebih dahulu." Lala merasa tidak tenang. Ia takut keluarga Iswandi tidak mau menerima kehadiran dirinya.Iswandi sedikit tersenyum memandang Lala."Kanda, aku takut kalau seandainya orang tua kanda tidak bisa menerima ku," ucap Lala."Usaha dong dinda," jawab Iswandi."Usaha seperti apa Kanda?" tanya Lala."Usaha menunjukkan kepada calon mertua, kalau Dinda memang calon istri yang baik. Dinda juga harus bisa membuktikan bahwa Dinda sangat mencin
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu