"Sebenarnya aku itu pernah sempat tinggal sama mama, tapi aku akhirnya minta untuk tinggal bersama dengan papa," jawab Lala.
"Kenapa?" tanya Iswandi.
"Sebenarnya papa baru itu baik sama aku, dia suka kasih aku uang untuk jajan. Tapi waktu itu aku sudah mulai besar dan dia suka peluk aku, katanya sih karena sayang. Tapi jujur aja, aku sangat risih diperlakukan seperti itu. Jadi aku putuskan untuk minta tinggal sama papa." Lala tidak menceritakan bahwa papa barunya itu pernah masuk ke kamarnya dan memegang dadanya. Bersyukur dirinya cepat bangun sehingga papa barunya itu berpura-pura menaikkan selimutnya, dan kemudian keluar dari kamarnya. Pada waktu itu Lala yang baru selesai belajar lupa menutup pintu karena ketiduran. Ia juga tidak mungkin menceritakan hal itu kepada mamanya, karena takut mamanya akan marah, dan belum tentu mamanya mempercayai apa yang diucapkannya. Pada akhirnya Lala memutuskan untuk tinggal bersama dengan papa kandungnya.
"Tinggal
"Aku dapat kabar, katanya Om Edwin sekarang kondisinya semakin menurun ma." Jelas Arga.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya tidak apa-apa," jawabnya santai."Apa mama tidak ingin menjenguknya?" Arga bertanya dengan memandang mamanya. Bila mamanya berkeinginan menjenguk Edwin, Arga tidak akan melarang.Luna menggelengkan kepalanya. "Buat apa mama datang menjenguk dia, bila nanti saat Mama berjumpa dengan dia, mama akan mengatakan tidak akan pernah memaafkannya." Luna berkata dengan serius."Benar juga sih ma, tapi siapa tahu saja dia ingin berjumpa dengan mama untuk yang terakhir kalinya, atau sebelum dia tutup usia," jelas Arga.Luna menggelengkan kepalanya. "Kalau mau mati, ya mati saja. Ngapain juga merepotkan orang untuk berjumpa." Luna berkata tanpa mau menghiraukan sama sekali.Arga dan Andrea hanya diam saat mendengar ucapan mama mereka. Arga begitu mengerti seperti apa perasaan mamanya."Mama tidak ingin dend
Iswandi memberhentikan mobilnya di sebuah butik ternama. Pria itu tersenyum memandang gadis yang saat ini duduk di sampingnya. "Ayo turun," ajak Iswandi."Iya kanda." Lala tersenyum. Dadanya berdegup dengan hebatnya. Hingga saat ini, Lala tidak bisa membayangkan seperti apa acara dinner yang akan dilewatinya bersama dengan Iswandi."Kenapa Dinda diam aja?" Iswandi memandang Lala."Kanda, sebelum semuanya lebih jauh apa tidak sebaiknya kanda memberitahukan kepada orang tua kanda terlebih dahulu." Lala merasa tidak tenang. Ia takut keluarga Iswandi tidak mau menerima kehadiran dirinya.Iswandi sedikit tersenyum memandang Lala."Kanda, aku takut kalau seandainya orang tua kanda tidak bisa menerima ku," ucap Lala."Usaha dong dinda," jawab Iswandi."Usaha seperti apa Kanda?" tanya Lala."Usaha menunjukkan kepada calon mertua, kalau Dinda memang calon istri yang baik. Dinda juga harus bisa membuktikan bahwa Dinda sangat mencin
"Ya ampun aku geli mendengar panggilan mesra mu, Dinda dan kanda." Lena tertawa."Bila kau banyak bicara, aku tidak jadi beli," ancam Iswandi."Baiklah." Lena memegang bibirnya seakan dirinya sedang menutup resleting mulutnya."Kanda ini bajunya mahal-mahal, aku ambil satu saja, atau 2 juga tidak apa-apa," ucap Lala. Lala yang sudah berpengalaman bekerja di toko sangat memahami seperti apa sikap wanita yang saat ini ada di depannya. Wanita itu berusaha merayu pelanggannya agar mau membeli koleksi busana di butiknya."Tidak apa-apa Dinda, kita ambil semua. Nanti kita butuh banyak baju untuk acara-acara dan sebagainya." Iswandi tersenyum.Lala hanya diam dan menganggukkan kepalanya."Yang ini dicoba ya." Lena memberikan gaun berwarna merah."Iya," jawab Lala yang mengambil gaun tersebut dan kemudian mencobanya di kamar pas.Lala memandang dirinya dari pantulan cermin. Gaun berwarna merah yang dipakainya begitu melekat sempu
"Pinggangnya lagi?" tanya Arga."Iya by," jawab Nadira yang merubah posisinya menyamping.Arga mengulum senyumnya.Nadira begitu menikmati pijatan suami. Mulai dari leher, punggung hingga ke panggul. Matanya begitu mengantuk ketika menikmati pijatan suaminya. Pada akhirnya Nadira tertidur.Mata Nadira yang sudah terpejam kini terbuka lebar ketika merasakan tangan suaminya yang sedang bermain-main di tubuhnya. "Hubby lagi mau apa,” tanya Nadira."Mijat.""By, kenapa mijat di sana?""Bagian ini wajib dipijat, agar memberikan jepitan yang lebih menggigit." Arga menjawab asal."Ini bukan mijat namanya. Lagian mana mungkin bisa gigit, sudah jelas gak ada gigi," bantah Nadira. Matanya terpejam ketika tangan suaminya bermain-main di tempat yang begitu sangat disukainya tersebut.Arga tersenyum ketika istrinya mulai larut dalam permainan yang dilakukannya. Meskipun perut istrinya sudah besar seperti sekarang, namun i
Lala turun dari dalam mobil dan berjalan bersama dengan Iswandi, dan masuk ke dalam restoran.Lala memandang Iswandi yang saat ini memegang tangannya."Gugup ya?" Tanya Iswandi."Ya jelaslah kanda," jawab Lala."Nggak usah gugup santai aja." Iswandi tersenyum."Mana bisa." Lala membesarkan matanya.Iswandi tersenyum dan membawa Lala keruangan VIP yang sudah dipesannya.Lala sudah tidak berkata apa-apa, ia hanya diam mengikuti langkah kaki Iswandi. Saat ini jantungnya sudah berdegup dengan tidak karuan. Ia masuk ke dalam ruangan VIP.Lala tersenyum ketika melihat wanita paruh baya yang saat ini tersenyum kepadanya."Mama, ini Lala yang aku ceritakan dengan mama." Iswandi tersenyum memperkenalkan Lala kepada mamanya.Wanita paruh baya itu memandang Lala dari atas hingga ke bawah. Ia kemudian menganggukkan kepalanya.Lala tersenyum malu ketika melihat reaksi yang diberikan oleh wanita yang akan menjadi c
Iswandi tersenyum memandang Lala yang duduk di sampingnya. Gadis itu hanya diam dengan menundukkan kepalanya. "Kenapa diam aja?" Tanya Iswandi."Mama, kanda galak," jawab Lala dengan bibir maju ke depan."Gak kok, mama sangat baik. Tapi dia juga sangat tegas." Iswandi tersenyum saat menceritakan mamanya.Lala diam memandang Iswandi. "Pantas saja anaknya gak nikah-nikah, pasti setiap cewek yang dikenalkan anaknya selalu ditolak dengan berbagai alasan." Lala berkata dalam hatinya sambil memandang Iswandi."Kenapa lihat kanda seperti itu?" Tanya Iswandi."Sudah berapa banyak cewek yang kanda bawa ketemu sama mama, kanda?" tanya tanya Lala."Baru 1," jawab Iswandi dengan tersenyum."Nggak mungkin," ucap Lala. Melihat sikap mama Iswandi yang seperti singa betina, membuat Lala tidak bisa percaya dengan jawaban Iswandi."Alasan bilang nggak mungkin apa?" tanya Iswandi."Pasti sudah banyak ya?" Lala bertanya dengan wajah yang be
Iswandi menceritakan hal ini kepada Lala, agar Lala tidak salah paham.Iswandi menghentikan mobilnya di depan halaman rumah Lala. Ia turun dari dalam mobil dan mengantarkan Lala hingga sampai ke depan pintu rumahnya."Apa kanda mau masuk, minum dulu?" tanya Lala.Iswandi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Ini sudah malam Dinda, sudah tidak jam bertemu lagi. Kanda langsung pulang saja. Dinda masuk ke dalam rumah, kunci pintu," perinta Iswandi.Lala tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Doakan supaya Lala bisa diterima," ucapnya."Iya, pasti didoakan." Iswandi mengeluarkan kotak kecil dari dalam saku celananya. Ia kemudian membuka kotak tersebut. "Dinda ini dipakai ya, ingat ini tanda bukti dinda sudah punya kanda sekarang. Jangan genit-genit bila ketemu sama cowok.” Iswandi mengambil tangan Lala, ia memasukkan cincin ke jari manis milik Lala.Lala tersenyum ketika melihat cincin berlian yang kini melingkar di jari manisnya.
Nadira terbangun dan merasakan tangan suaminya yang saat ini berada perutnya. Ia memutar kepalanya dan tersenyum ketika melihat suaminya yang masih tertidur. "Hubby, apa nggak ke kantor?" Nadira memutar tubuhnya dan memandang wajah suaminya."Nggak," jawab Arga dengan mata yang masih terpejam."Kenapa nggak ke kantor?" tanya Nadira."Hubby bos, gak masuk ke kantor juga gak akan ada yang berani marah." Arga berkata dengan mata yang tertutup rapat."Sombong." Nadira menarik hidung mancung suaminya."Kalau bos sombong ya nggak apa-apa, namanya juga bos.""Idih, sombongnya gak mau berkurang. Sayang mommy, jangan di tiru ya sombongnya Daddy" Nadira mengusap perutnya.Arga tersenyum ketika mendengar ucapan istrinya."Kenapa nggak ke kantor By?" tanya Nadira."Lagi pengen di rumah temani Nadira." Jawab Arga"By, Dira melahirkannya masih lama by, paling cepat kata dokter tanggal 10, paling lambat akhir b