Iswandi memberhentikan mobilnya di sebuah butik ternama. Pria itu tersenyum memandang gadis yang saat ini duduk di sampingnya. "Ayo turun," ajak Iswandi.
"Iya kanda." Lala tersenyum. Dadanya berdegup dengan hebatnya. Hingga saat ini, Lala tidak bisa membayangkan seperti apa acara dinner yang akan dilewatinya bersama dengan Iswandi.
"Kenapa Dinda diam aja?" Iswandi memandang Lala.
"Kanda, sebelum semuanya lebih jauh apa tidak sebaiknya kanda memberitahukan kepada orang tua kanda terlebih dahulu." Lala merasa tidak tenang. Ia takut keluarga Iswandi tidak mau menerima kehadiran dirinya.
Iswandi sedikit tersenyum memandang Lala.
"Kanda, aku takut kalau seandainya orang tua kanda tidak bisa menerima ku," ucap Lala.
"Usaha dong dinda," jawab Iswandi.
"Usaha seperti apa Kanda?" tanya Lala.
"Usaha menunjukkan kepada calon mertua, kalau Dinda memang calon istri yang baik. Dinda juga harus bisa membuktikan bahwa Dinda sangat mencin
"Ya ampun aku geli mendengar panggilan mesra mu, Dinda dan kanda." Lena tertawa."Bila kau banyak bicara, aku tidak jadi beli," ancam Iswandi."Baiklah." Lena memegang bibirnya seakan dirinya sedang menutup resleting mulutnya."Kanda ini bajunya mahal-mahal, aku ambil satu saja, atau 2 juga tidak apa-apa," ucap Lala. Lala yang sudah berpengalaman bekerja di toko sangat memahami seperti apa sikap wanita yang saat ini ada di depannya. Wanita itu berusaha merayu pelanggannya agar mau membeli koleksi busana di butiknya."Tidak apa-apa Dinda, kita ambil semua. Nanti kita butuh banyak baju untuk acara-acara dan sebagainya." Iswandi tersenyum.Lala hanya diam dan menganggukkan kepalanya."Yang ini dicoba ya." Lena memberikan gaun berwarna merah."Iya," jawab Lala yang mengambil gaun tersebut dan kemudian mencobanya di kamar pas.Lala memandang dirinya dari pantulan cermin. Gaun berwarna merah yang dipakainya begitu melekat sempu
"Pinggangnya lagi?" tanya Arga."Iya by," jawab Nadira yang merubah posisinya menyamping.Arga mengulum senyumnya.Nadira begitu menikmati pijatan suami. Mulai dari leher, punggung hingga ke panggul. Matanya begitu mengantuk ketika menikmati pijatan suaminya. Pada akhirnya Nadira tertidur.Mata Nadira yang sudah terpejam kini terbuka lebar ketika merasakan tangan suaminya yang sedang bermain-main di tubuhnya. "Hubby lagi mau apa,” tanya Nadira."Mijat.""By, kenapa mijat di sana?""Bagian ini wajib dipijat, agar memberikan jepitan yang lebih menggigit." Arga menjawab asal."Ini bukan mijat namanya. Lagian mana mungkin bisa gigit, sudah jelas gak ada gigi," bantah Nadira. Matanya terpejam ketika tangan suaminya bermain-main di tempat yang begitu sangat disukainya tersebut.Arga tersenyum ketika istrinya mulai larut dalam permainan yang dilakukannya. Meskipun perut istrinya sudah besar seperti sekarang, namun i
Lala turun dari dalam mobil dan berjalan bersama dengan Iswandi, dan masuk ke dalam restoran.Lala memandang Iswandi yang saat ini memegang tangannya."Gugup ya?" Tanya Iswandi."Ya jelaslah kanda," jawab Lala."Nggak usah gugup santai aja." Iswandi tersenyum."Mana bisa." Lala membesarkan matanya.Iswandi tersenyum dan membawa Lala keruangan VIP yang sudah dipesannya.Lala sudah tidak berkata apa-apa, ia hanya diam mengikuti langkah kaki Iswandi. Saat ini jantungnya sudah berdegup dengan tidak karuan. Ia masuk ke dalam ruangan VIP.Lala tersenyum ketika melihat wanita paruh baya yang saat ini tersenyum kepadanya."Mama, ini Lala yang aku ceritakan dengan mama." Iswandi tersenyum memperkenalkan Lala kepada mamanya.Wanita paruh baya itu memandang Lala dari atas hingga ke bawah. Ia kemudian menganggukkan kepalanya.Lala tersenyum malu ketika melihat reaksi yang diberikan oleh wanita yang akan menjadi c
Iswandi tersenyum memandang Lala yang duduk di sampingnya. Gadis itu hanya diam dengan menundukkan kepalanya. "Kenapa diam aja?" Tanya Iswandi."Mama, kanda galak," jawab Lala dengan bibir maju ke depan."Gak kok, mama sangat baik. Tapi dia juga sangat tegas." Iswandi tersenyum saat menceritakan mamanya.Lala diam memandang Iswandi. "Pantas saja anaknya gak nikah-nikah, pasti setiap cewek yang dikenalkan anaknya selalu ditolak dengan berbagai alasan." Lala berkata dalam hatinya sambil memandang Iswandi."Kenapa lihat kanda seperti itu?" Tanya Iswandi."Sudah berapa banyak cewek yang kanda bawa ketemu sama mama, kanda?" tanya tanya Lala."Baru 1," jawab Iswandi dengan tersenyum."Nggak mungkin," ucap Lala. Melihat sikap mama Iswandi yang seperti singa betina, membuat Lala tidak bisa percaya dengan jawaban Iswandi."Alasan bilang nggak mungkin apa?" tanya Iswandi."Pasti sudah banyak ya?" Lala bertanya dengan wajah yang be
Iswandi menceritakan hal ini kepada Lala, agar Lala tidak salah paham.Iswandi menghentikan mobilnya di depan halaman rumah Lala. Ia turun dari dalam mobil dan mengantarkan Lala hingga sampai ke depan pintu rumahnya."Apa kanda mau masuk, minum dulu?" tanya Lala.Iswandi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Ini sudah malam Dinda, sudah tidak jam bertemu lagi. Kanda langsung pulang saja. Dinda masuk ke dalam rumah, kunci pintu," perinta Iswandi.Lala tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Doakan supaya Lala bisa diterima," ucapnya."Iya, pasti didoakan." Iswandi mengeluarkan kotak kecil dari dalam saku celananya. Ia kemudian membuka kotak tersebut. "Dinda ini dipakai ya, ingat ini tanda bukti dinda sudah punya kanda sekarang. Jangan genit-genit bila ketemu sama cowok.” Iswandi mengambil tangan Lala, ia memasukkan cincin ke jari manis milik Lala.Lala tersenyum ketika melihat cincin berlian yang kini melingkar di jari manisnya.
Nadira terbangun dan merasakan tangan suaminya yang saat ini berada perutnya. Ia memutar kepalanya dan tersenyum ketika melihat suaminya yang masih tertidur. "Hubby, apa nggak ke kantor?" Nadira memutar tubuhnya dan memandang wajah suaminya."Nggak," jawab Arga dengan mata yang masih terpejam."Kenapa nggak ke kantor?" tanya Nadira."Hubby bos, gak masuk ke kantor juga gak akan ada yang berani marah." Arga berkata dengan mata yang tertutup rapat."Sombong." Nadira menarik hidung mancung suaminya."Kalau bos sombong ya nggak apa-apa, namanya juga bos.""Idih, sombongnya gak mau berkurang. Sayang mommy, jangan di tiru ya sombongnya Daddy" Nadira mengusap perutnya.Arga tersenyum ketika mendengar ucapan istrinya."Kenapa nggak ke kantor By?" tanya Nadira."Lagi pengen di rumah temani Nadira." Jawab Arga"By, Dira melahirkannya masih lama by, paling cepat kata dokter tanggal 10, paling lambat akhir b
Arga masuk kedalam kamarnya, ia tersenyum saat memandang istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan meminum jus mangga."Lagi minum apa?""Jus mangga by," jawab Nadira dengan tersenyum."Pasti pakai es." Arga mengambil gelas yang ada di tangan Nadira. Ia memegang gelas yang terasa dingin tersebut."Iya by, Dira lagi pengen," jawab Nadira. Di usia kehamilannya yang sudah menunggu hari ini, Nadira begitu sering minum es. Bisa dikatakan, dirinya lebih memilih minum daripada makan."Kata dokter gak boleh, nanti anak besar." Arga meletakkan gelas jus di atas nakas.Nadira memajukan bibirnya. "Padahal Dira sudah minum es secara sembunyi-sembunyi, namun tetap saja ketahuan.”Arga tersenyum tipis saat mendengar celoteh istrinya. "Sengaja ya?" Arga memandang Nadira dari atas hingga kebawah.Nadira menggelengkan kepalanya. "Dira kepanasan by," Dirinya membuka pakaian saat Arga keluar dari dalam kamar. Nadira
Iswandi duduk di meja kerjanya. Meskipun tatapan matanya terfokus dengan layar laptop yang ada di atas mejanya, namun pikirannya sedang berada di tempat yang lain."Permisi pak," ucap pria yang berdiri di ambang pintu."Iya masuk." Iswandi sedikit tersenyum."Ini pak laporan yang anda minta." Pria yang mengenakan baju kemeja berwarna biru pekat itu memberikan map yang berisikan dokumen-dokumen yang minta Iswandi.Iswandi mengambil map yang diberikan pria yang berstatus detektif swasta. Wajahnya itu terlihat begitu fokus melihat kertas yang ada di atas mejanya. Sebelum dirinya menikah dengan Lala, Iswandi mencari tahu terlebih dahulu tentang wanita yang akan menjadi istrinya."Kedua orang tua Lala berpisah sejak Lala masih SD. Setelah kedua orang tuanya berpisah, Lala tinggal bersama dengan mamanya yang bernama Nia. Namun suami baru dari mamanya ini, orangnya cukup genit. Ia hanya bekerja sebagai tukang ojek dan dia juga begitu sangat suka bermain d
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu