Tok Tok Tok"Tuan Muda, Nyonya Clara dan Tuan Anthoni sudah menunggu anda di meja makan untuk makan siang bersama Tuan Muda," Tutik berdiri tegak di depan pintu kamar Max, yang siang ini di tugaskan oleh Nyonya Clara untuk memanggil Max makan siang bersama dengannya di meja makan.Tutik sesekali merapikan penampilannya memastikan jika penampilannya saat Max membuka pintu kamarnya, dan melihatnya membuat Max teresona akan kecantikanny yang tak kalah dari Lyra. Tutik merasa cemburu mengetahu jika Lyra bisa menarik perhatian Max, sedangkan dirinya jauh lebih cantik dari Lyra, sama sekali tidak dapat membuat Max tertarik kepadanya.Hal itu jelas buat Tutik merasa iri. Bagaimana tidak, Lyra yang merupakan pelayan rendahan dengan luka bakar di kakinya, mampu membuat Max tertarik, sedangkan dirinya yang jauh di atas Lyra, membuat Max meliriknya pun enggan."Ck, sial. kenapa Lyra begitu beruntung dariku!"Ceklek!Pintu kamar Max terbuka, dengan senyum merekah dari Turuik. Max berdiri memanda
Lyra berdiri melihat perdebatan yang terjadi antara Tuan Anthoni dan juga putranya, Lyra tidak bersuara dan hanya diam mendengar semua ucapan yang mereka berdebatkan, yang tidak lain masalah dirinya yang menikah dengan Max.Sedari awal Lyra sudah mengetahui jika Nyonya Clara sangat menentang pernikahannya dengan ax, tetapi Tuan Anthoni tetap memaksa Max untuk bertanggung jawab dengan apa yang dia perbuat kepada Lyra."Max, kamu...""Tuan, Lyra sudah datang," kepala pelayan segera menyebutkan nama Lyra agar membuat kedua majikannya menghentikan perdebatan mereka.Jujur kepala pelayan merasa sedih melihat perdebatan sang majikan, apalagi masalah dari perdebatan mereka tidak lain karena Max dan Lyra yang menikah, yang sangat ditentang keras oleh Nyonya Clara.Dan sampai saat ini kepala pelayan masih tidak mengerti alasan mengapa Nyonya Clara begitu membenci Lyra, yang menurutnya tidak pernah melakukan kesalahan seperti pelayan lainnya dan Lyra selalu mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
""Tuan muda Max, tolong lepaskan tangan saya!" Lyra yang saat ini di seret paksa oleh Max berusaha untuk menarik lengannya yang terasa sakit, akibat kuatnya Max menyeretnya.Sebelumnya Lyra dan Max tengah berbicara bersama dengan Tuan Anthoni dan juga Nyonya Clara di meja makan, namun saat Lura hendak menolak keinginan Tuan Anthoni untuk ikut bersama dengan Max meninggalkan kekediaman Raharja, Max segera berdiri dan menariknya meninggalkan meja makan, dengan beralasan kepada ayahnya, bermaksud meminta bantuan Lyra untuk merapikan pakaian yang akan mereka bawa sore ini.Namun sebenarnya Max melakukan itu karena tidak ingin jika Lyra memberitahukan kepada ayahnya tentang hubungannya bersama dengan Jennifer, yang bisa saja membuat ayahnya semakin memusuhinya.Max menoleh dan hanya melirik Lyra sekilas tanpa mengatakan apapun, dan kembali melanjutkan menyeret lengan Lyra berjalan bersamanya menuju kamarnya."Tuan tolong lepasakan....""Lyra, kenapa kamu berani menbantahku sekarang? Aku pe
Dengan terpaksa Lyra menuruti Max, setelah merapikan pamaian Max, Lyra kembali kekamarnya guna mengambil beberapa pakaian yang akan di bawa bersamnya, untuk tinggal di apartemen Max.Ceklek!!"Lyra, enak ya kamu, sekarang kamu akan tinggal di apartemen berdua dengan Tuan muda, Max!" Tutik yang berjalan masuk ke dalam kamar Lyra tanpa mengetuknya terlebih dahulu, melontarkan sindiran untuk Lyra.Dengan berdiri melipat kedua tangannya di depan dada, Tutik memandangi Lyra dengan tatapan penuh cemohon.Lyra yang melihat kedatangan Tutik hanya mengurutkan dahinya dalam. "Tutik, apa yang kamu lakukan di kamarku? Seharusnya kamu mengetuk terlebih dahulu pintu kamarku, bukan seenaknya malah masuk ke dalam tanpa seizin dariku!" Lyra tanpa sungkan mengeluhkan sikap Tutik yang dengan lancang memasuki kamarnya.Walau Tutik seringkali menindasnya, bukan berarti Lyra akan diam membiarkan Tutik terus-menerus menindasnya.Tutik membulatkan matanya marah melihat sikap Lyra yang berani di depannya. "Ly
Setelah kepergian Tutik, Lyra kembali melanjutkan kegiatannya untuk merapikan barang yang akan dia bawa bersamanya.Sesaat dirinya terduduk di atas tempat tidur memikirkan jika keputusan yang dia pilih untuk ikut bersama dengan Max, pindah ke apartemen sudah benar.Lyra tidak tahu masalah apa yang akan dia hadapi kedepannya saat tinggal bersama dengan Max di apartemen, namun yang pasti semuanya mungkin tidaklah semudah seperti apa yang dia pikirkan. Lyra membuang nafas berat, berharap hubungannya dengan Max kedepannya tidaklah lebih buruk dari sekarang.Tok Tok TokLyra terjaga mendengar suara ketukan di pintu kamarnya, terdiam sesaat sebelum berjalan mendekat dan membukanya."Tuan.." Lyra memandang keheranan saat melihat kehadiran Max di depan pintu kamarnya, berdiri dengan tatapan datar melirik sejenak ke arahnya sebelum membuang muka."Kenapa? Apa kamu akan terus membiarkanku berdiri didepan pintu kamarmu, Lyra?" tanya Max, yang seketika membuat Lyra tersadar dan segera menyingkir
"Mom Dad, aku dan Lyra akan ke pergi sekarang, disana kami juga perlu merapikan barang bawaan kami setina kami di apartemen," Max berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang tengah duduk diruang tengah, sesaat menoleh menatap ke arahnya.Tuan Anthoni di mengangkat sebelah alisnya menatap Sang putra yang menghampirinya dan ikut mendudukkan tubuhnya di sofa tepat di hadapannya."Max, di mana, Lyra?" tanya Tuan Anthoni, saat todak melihat kehadiran menantunya, datang bersama putranya, dan hanya melihat putranya yang berjalan keluar dari dalam kamar Lyra tanpa membawa Lyra bersamanya.Max yang mendengar pertanyaan ayahnya hanya tersenyum tipis dengan wajah datar, kemudian sesaat matanya memandang ke arah belakang, punggung Ayahnya, melihat Lyra perlahan berjalan keluar dengan tas yang berisi pakaian yang akan dia bawa bersamanya.Max mengangkat dagunya menunjuk ke arah Lyra. "Ayah, menntu yang kamu cari, dia baru saja keluar dari dalam kamarnya dan saat ini tengah berjalan menghampiri, A
Max yang duduk kursi kemudi, sekilas melirik ke arah Lyra yang diam memandang ke arah luar jendela mobil, tatapan mata Lyra acuh seolah mengabaikan kehadiran Max yang duduk di smpingnya.Pikiran Lyra saat ini hanya tertuju pada apartemen yang akan dia dan Max tinggali beberapa bulan sebagai istri dari Max.Lyra tidak tahu, apa dirinya sanggup hidup berdamoingan dengan Max dan juga Jennifer, kekasih Max, yang juga menatap di apartemen Max.Diamnya Lyra jelas membuat Max bertanya apa yang srdang Lyra pikirkn saat ini. Yng terus memndang luar seolah Lyra mengabaikan kehadirannha, membuat Max merasa tidak senang saat di acuhkan Lyra saat ini.Max menjilat bibirnya sebelum bertanya kepada Lyra. "Lyra, ada apa denganmu? Aku perhatikan sedari tadi kamu hanya diam menatap ke arah luar. Apa kamu masih tidak setuju untuk meninggalkan kediaman Ayahku, untul tinggal bersamaku di apartemen?" Max melirik Lyra dari ujung matanya.Melihat Lyra tidak bergeming, Max kembali melanjutkan ucapannya. "Tap
Entah kenapa Max menyukai wajah Lyra yang nampak cemburu, menurutnya itu...terlihat manis. Membuatnya tiba-tiba merasa berbeda dan semakin tertarik padanya. Namun, Lyra memiliki pemikiran lain tentang cara berpikir Max, bagaiaman jika posisi yang dia alami ditukar dengan Max, apa Max akan tetap mempertahankan pernikahan dengannya, di saat Max mengetahui pasangannya memiliki kekasih dan dengan terangan mengakuinya di depannya.Tentu itu tidak akan pernah terjadi, jika seandainya benar posisi mereka tertukar.huft!Lyra membuang nafas lelah, berdebat dengan Max menguras banyak tenaganya.Max yang mendengar hembusan nafas yang keluar dari mulut Lyra menoleh ke arah Lyra dengan tatapan datar."Lyra, lebih baik kamu diam dan menuruti semua yang aku lakukan, lagi pula ini semua terjadi karenamu, apa Kamu pikir aku bisa terjebak dalam pernikahan denganmu jika ini bukan kesalahanmu?" Max malah menyalahkan Lyra, seolah apa yang terjadi saat ini dengan kehidupan mereka, itu semua akibat kesala
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay
Dengan tekad yang baru ditemukan, Max mulai bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Lyra. Dia melakukan segala pekerjaan suami yang dia bisa untuk membuat Lyra merasa dicintai dan dihargai. Setiap hari, dia memberikan perhatian maksimalnya untuk menjadi suami yang lebih baik.Setiap Max pulang dari bekerja, dia akan melakukan pekerjaan rumah untuk meringankan pekerjaan Lyra, berusaha untuk tidak membuat Lyra merasa terbebani.Lyra yang baru saja membersihkan tubuhnya setelah lelah seharian bekerja di cafe, keluar menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tengahnya meraih remote memutar siaran TV sembari menyandarkan punggungnya di sofa, mekirik sekilas Max yang saat ini berjalan menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya."Lyra, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatkanmu makan malam?" tanya Max dengan suara lembut, mencoba mengetahui keinginan istrinya. Max kemudian meletakkan cangkir kopi yang dia buat di depan Lyra, kemudian ikut mendudukan tubuhnya t
Max mengangkat sebelah bibirnya tersenyum mengejek di hadapan Jennifer, sembari menggelengkan kepalanya."Jangan pura-pura tidak tahu apa yang aku maksud jennifer. Aku sudah terlalu muak dengan kebohonganmu selama ini...." ucapnya tanpa ragu."Apa tujuanmu membohongiku selama ini, Jennifer? Bukankah selama ini aku menuruti semua keinginanmu, namun apa balasanmu?" tanya Max, suaranya terdengar tercekik oleh rasa kekecewaan. Matanya masih memandang Jennifer yang nampak terkejut dengan apa yang dia ungkapkan.Melihat Jennifer tidak mengatakan apapun, Max kembali membuka suaranya berusaha mengatakannya dengan jelas di hadapan Jennifer."Apakah kamu sangat puas telah membodohiku selama ini?" ucap Max dengan sorot tajam memandang Jennifer.Jennifer terdiam, wajahnya pucat dan tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana bisa?' pikirannya berkecamuk mendengar apa yang baru saja dikatakan Max kepadanya."Max, aku bisa jelaskan," ucapnya dengan nada gemetar. Namun, Max sudah terlalu banyak mendengar ala
Bagi Max, memilih menjauh dari Jennifer adalah salah satu cara untuk melindungi Lyra dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkannya.Sadar atau tidak, setiap keputusan yang dia buat selalu saja melukai Lyra. Untuk itu, kali ini Max berusaha keras untuk memperbaiki dirinya walaupun di satu sisi dirinya juga masih merasa terikat dengan hidup Jennifer.Max tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun untuk saat ini dirinya akan berusaha untuk memperbaiki segalanya, agar dapat mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra, walaupun itu mungkin akan menyakiti perasaan Jennifer wanita yang selama ini menemaninya.Setiap, Jennifer berusaha untuk mendekati Max, keinginan Jennifer selalu ditolaknya. Itu Max lakukan sebagai usaha agar dirinya dapat menjauhkan Jennifer dari kehidupannya.Seperti saat ini, mengetahui jika Max terus menolak panggilannya, Jennifer memilih untuk menemui Max, tanpa peduli jika Max mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Max menundukkan tatapannya, merasa bersalah