Lyra berdiri melihat perdebatan yang terjadi antara Tuan Anthoni dan juga putranya, Lyra tidak bersuara dan hanya diam mendengar semua ucapan yang mereka berdebatkan, yang tidak lain masalah dirinya yang menikah dengan Max.Sedari awal Lyra sudah mengetahui jika Nyonya Clara sangat menentang pernikahannya dengan ax, tetapi Tuan Anthoni tetap memaksa Max untuk bertanggung jawab dengan apa yang dia perbuat kepada Lyra."Max, kamu...""Tuan, Lyra sudah datang," kepala pelayan segera menyebutkan nama Lyra agar membuat kedua majikannya menghentikan perdebatan mereka.Jujur kepala pelayan merasa sedih melihat perdebatan sang majikan, apalagi masalah dari perdebatan mereka tidak lain karena Max dan Lyra yang menikah, yang sangat ditentang keras oleh Nyonya Clara.Dan sampai saat ini kepala pelayan masih tidak mengerti alasan mengapa Nyonya Clara begitu membenci Lyra, yang menurutnya tidak pernah melakukan kesalahan seperti pelayan lainnya dan Lyra selalu mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
""Tuan muda Max, tolong lepaskan tangan saya!" Lyra yang saat ini di seret paksa oleh Max berusaha untuk menarik lengannya yang terasa sakit, akibat kuatnya Max menyeretnya.Sebelumnya Lyra dan Max tengah berbicara bersama dengan Tuan Anthoni dan juga Nyonya Clara di meja makan, namun saat Lura hendak menolak keinginan Tuan Anthoni untuk ikut bersama dengan Max meninggalkan kekediaman Raharja, Max segera berdiri dan menariknya meninggalkan meja makan, dengan beralasan kepada ayahnya, bermaksud meminta bantuan Lyra untuk merapikan pakaian yang akan mereka bawa sore ini.Namun sebenarnya Max melakukan itu karena tidak ingin jika Lyra memberitahukan kepada ayahnya tentang hubungannya bersama dengan Jennifer, yang bisa saja membuat ayahnya semakin memusuhinya.Max menoleh dan hanya melirik Lyra sekilas tanpa mengatakan apapun, dan kembali melanjutkan menyeret lengan Lyra berjalan bersamanya menuju kamarnya."Tuan tolong lepasakan....""Lyra, kenapa kamu berani menbantahku sekarang? Aku pe
Dengan terpaksa Lyra menuruti Max, setelah merapikan pamaian Max, Lyra kembali kekamarnya guna mengambil beberapa pakaian yang akan di bawa bersamnya, untuk tinggal di apartemen Max.Ceklek!!"Lyra, enak ya kamu, sekarang kamu akan tinggal di apartemen berdua dengan Tuan muda, Max!" Tutik yang berjalan masuk ke dalam kamar Lyra tanpa mengetuknya terlebih dahulu, melontarkan sindiran untuk Lyra.Dengan berdiri melipat kedua tangannya di depan dada, Tutik memandangi Lyra dengan tatapan penuh cemohon.Lyra yang melihat kedatangan Tutik hanya mengurutkan dahinya dalam. "Tutik, apa yang kamu lakukan di kamarku? Seharusnya kamu mengetuk terlebih dahulu pintu kamarku, bukan seenaknya malah masuk ke dalam tanpa seizin dariku!" Lyra tanpa sungkan mengeluhkan sikap Tutik yang dengan lancang memasuki kamarnya.Walau Tutik seringkali menindasnya, bukan berarti Lyra akan diam membiarkan Tutik terus-menerus menindasnya.Tutik membulatkan matanya marah melihat sikap Lyra yang berani di depannya. "Ly
Setelah kepergian Tutik, Lyra kembali melanjutkan kegiatannya untuk merapikan barang yang akan dia bawa bersamanya.Sesaat dirinya terduduk di atas tempat tidur memikirkan jika keputusan yang dia pilih untuk ikut bersama dengan Max, pindah ke apartemen sudah benar.Lyra tidak tahu masalah apa yang akan dia hadapi kedepannya saat tinggal bersama dengan Max di apartemen, namun yang pasti semuanya mungkin tidaklah semudah seperti apa yang dia pikirkan. Lyra membuang nafas berat, berharap hubungannya dengan Max kedepannya tidaklah lebih buruk dari sekarang.Tok Tok TokLyra terjaga mendengar suara ketukan di pintu kamarnya, terdiam sesaat sebelum berjalan mendekat dan membukanya."Tuan.." Lyra memandang keheranan saat melihat kehadiran Max di depan pintu kamarnya, berdiri dengan tatapan datar melirik sejenak ke arahnya sebelum membuang muka."Kenapa? Apa kamu akan terus membiarkanku berdiri didepan pintu kamarmu, Lyra?" tanya Max, yang seketika membuat Lyra tersadar dan segera menyingkir
"Mom Dad, aku dan Lyra akan ke pergi sekarang, disana kami juga perlu merapikan barang bawaan kami setina kami di apartemen," Max berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang tengah duduk diruang tengah, sesaat menoleh menatap ke arahnya.Tuan Anthoni di mengangkat sebelah alisnya menatap Sang putra yang menghampirinya dan ikut mendudukkan tubuhnya di sofa tepat di hadapannya."Max, di mana, Lyra?" tanya Tuan Anthoni, saat todak melihat kehadiran menantunya, datang bersama putranya, dan hanya melihat putranya yang berjalan keluar dari dalam kamar Lyra tanpa membawa Lyra bersamanya.Max yang mendengar pertanyaan ayahnya hanya tersenyum tipis dengan wajah datar, kemudian sesaat matanya memandang ke arah belakang, punggung Ayahnya, melihat Lyra perlahan berjalan keluar dengan tas yang berisi pakaian yang akan dia bawa bersamanya.Max mengangkat dagunya menunjuk ke arah Lyra. "Ayah, menntu yang kamu cari, dia baru saja keluar dari dalam kamarnya dan saat ini tengah berjalan menghampiri, A
Max yang duduk kursi kemudi, sekilas melirik ke arah Lyra yang diam memandang ke arah luar jendela mobil, tatapan mata Lyra acuh seolah mengabaikan kehadiran Max yang duduk di smpingnya.Pikiran Lyra saat ini hanya tertuju pada apartemen yang akan dia dan Max tinggali beberapa bulan sebagai istri dari Max.Lyra tidak tahu, apa dirinya sanggup hidup berdamoingan dengan Max dan juga Jennifer, kekasih Max, yang juga menatap di apartemen Max.Diamnya Lyra jelas membuat Max bertanya apa yang srdang Lyra pikirkn saat ini. Yng terus memndang luar seolah Lyra mengabaikan kehadirannha, membuat Max merasa tidak senang saat di acuhkan Lyra saat ini.Max menjilat bibirnya sebelum bertanya kepada Lyra. "Lyra, ada apa denganmu? Aku perhatikan sedari tadi kamu hanya diam menatap ke arah luar. Apa kamu masih tidak setuju untuk meninggalkan kediaman Ayahku, untul tinggal bersamaku di apartemen?" Max melirik Lyra dari ujung matanya.Melihat Lyra tidak bergeming, Max kembali melanjutkan ucapannya. "Tap
Entah kenapa Max menyukai wajah Lyra yang nampak cemburu, menurutnya itu...terlihat manis. Membuatnya tiba-tiba merasa berbeda dan semakin tertarik padanya. Namun, Lyra memiliki pemikiran lain tentang cara berpikir Max, bagaiaman jika posisi yang dia alami ditukar dengan Max, apa Max akan tetap mempertahankan pernikahan dengannya, di saat Max mengetahui pasangannya memiliki kekasih dan dengan terangan mengakuinya di depannya.Tentu itu tidak akan pernah terjadi, jika seandainya benar posisi mereka tertukar.huft!Lyra membuang nafas lelah, berdebat dengan Max menguras banyak tenaganya.Max yang mendengar hembusan nafas yang keluar dari mulut Lyra menoleh ke arah Lyra dengan tatapan datar."Lyra, lebih baik kamu diam dan menuruti semua yang aku lakukan, lagi pula ini semua terjadi karenamu, apa Kamu pikir aku bisa terjebak dalam pernikahan denganmu jika ini bukan kesalahanmu?" Max malah menyalahkan Lyra, seolah apa yang terjadi saat ini dengan kehidupan mereka, itu semua akibat kesala
Prang! Prang! Lyra yang sedang berada dalam kamarnya sibuk merapikan pakaian yang dia bawanya ke dalam lemari, samar mendengarkan bunyi pecahan kaca dari luar. Seketika dirinya menghentikan kegiatannya berdiri diam, mempertajam pendengarannya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi diluar sana. Lyra kemudian meletakkan pakaian yang ada di tangannya di atas tempat tidur dan berjalan mendekat ke arah pintu kamarnya, untuk menempelkan telinganya di pintu kamar mencoba mencari tahu apa yang terjadi diluar sana. "Sial! Siapa pria yang mengankat ponsel Jennifer!?"Prang! Max membanting beberapa barang yang ditemuinya dan menghancurkannya ke lantai sebagai tempat pelampiasan kemarahannya, Max benar-benar menggila saat panggilan yang dia lakukan di ponsel Jennifer, ternyata diangkat seorang pria asing yang tidak dikenalinya.Pikirannya berkecamuk, memikirkan apa yang saat ini sedang dilakukan kekasihnya di luar sana tanpa sepengetahuannya, yang semula Max mengira jika Jennifer telah kem