Max yang duduk kursi kemudi, sekilas melirik ke arah Lyra yang diam memandang ke arah luar jendela mobil, tatapan mata Lyra acuh seolah mengabaikan kehadiran Max yang duduk di smpingnya.Pikiran Lyra saat ini hanya tertuju pada apartemen yang akan dia dan Max tinggali beberapa bulan sebagai istri dari Max.Lyra tidak tahu, apa dirinya sanggup hidup berdamoingan dengan Max dan juga Jennifer, kekasih Max, yang juga menatap di apartemen Max.Diamnya Lyra jelas membuat Max bertanya apa yang srdang Lyra pikirkn saat ini. Yng terus memndang luar seolah Lyra mengabaikan kehadirannha, membuat Max merasa tidak senang saat di acuhkan Lyra saat ini.Max menjilat bibirnya sebelum bertanya kepada Lyra. "Lyra, ada apa denganmu? Aku perhatikan sedari tadi kamu hanya diam menatap ke arah luar. Apa kamu masih tidak setuju untuk meninggalkan kediaman Ayahku, untul tinggal bersamaku di apartemen?" Max melirik Lyra dari ujung matanya.Melihat Lyra tidak bergeming, Max kembali melanjutkan ucapannya. "Tap
Entah kenapa Max menyukai wajah Lyra yang nampak cemburu, menurutnya itu...terlihat manis. Membuatnya tiba-tiba merasa berbeda dan semakin tertarik padanya. Namun, Lyra memiliki pemikiran lain tentang cara berpikir Max, bagaiaman jika posisi yang dia alami ditukar dengan Max, apa Max akan tetap mempertahankan pernikahan dengannya, di saat Max mengetahui pasangannya memiliki kekasih dan dengan terangan mengakuinya di depannya.Tentu itu tidak akan pernah terjadi, jika seandainya benar posisi mereka tertukar.huft!Lyra membuang nafas lelah, berdebat dengan Max menguras banyak tenaganya.Max yang mendengar hembusan nafas yang keluar dari mulut Lyra menoleh ke arah Lyra dengan tatapan datar."Lyra, lebih baik kamu diam dan menuruti semua yang aku lakukan, lagi pula ini semua terjadi karenamu, apa Kamu pikir aku bisa terjebak dalam pernikahan denganmu jika ini bukan kesalahanmu?" Max malah menyalahkan Lyra, seolah apa yang terjadi saat ini dengan kehidupan mereka, itu semua akibat kesala
Prang! Prang! Lyra yang sedang berada dalam kamarnya sibuk merapikan pakaian yang dia bawanya ke dalam lemari, samar mendengarkan bunyi pecahan kaca dari luar. Seketika dirinya menghentikan kegiatannya berdiri diam, mempertajam pendengarannya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi diluar sana. Lyra kemudian meletakkan pakaian yang ada di tangannya di atas tempat tidur dan berjalan mendekat ke arah pintu kamarnya, untuk menempelkan telinganya di pintu kamar mencoba mencari tahu apa yang terjadi diluar sana. "Sial! Siapa pria yang mengankat ponsel Jennifer!?"Prang! Max membanting beberapa barang yang ditemuinya dan menghancurkannya ke lantai sebagai tempat pelampiasan kemarahannya, Max benar-benar menggila saat panggilan yang dia lakukan di ponsel Jennifer, ternyata diangkat seorang pria asing yang tidak dikenalinya.Pikirannya berkecamuk, memikirkan apa yang saat ini sedang dilakukan kekasihnya di luar sana tanpa sepengetahuannya, yang semula Max mengira jika Jennifer telah kem
"Lyra, sekarang kamu terlihat sangat berani kepadaku? Apa kamu tidak takut dengan apa yang bisa aku lakukan kepadamu Kamu bisa aku...."Lyra segera menyelanya. "Tuan Max, saya tahu apa yang bisa anda lakukan, untuk itu saya meminta maaf sebelumnya, tetapi saya hanya meminta anda dengan sopan untuk keluar meninggalkan kamar saya. Walaupun kita telah menikah, tetapi tidak sepantasnya anda berada di kamar saya yang merupakan pelayan rendah di mata Anda, seperti apa yang pernah anda katakan sebelumnya.""Saya hanya memperjelasnya saja Tuan, saya tetaplah merupakan pelayan yang harus melayani Anda tidsk lebih, sehingga Anda seharusnya menjaga jarak dari saya dan bukannya datang menemui saya di dalam kamar saya, yang bisa saja diketahui oleh Jennifer kekasih Tuan dan menimbul 'kan kesalah pahaman."Lyra menarik nafas setelah mengatakannya, dia tidak akan membiarkan Max untuk menyelanya, dan membiarkannya mengeluarkan semua apa yang dia pikirkan.Max sendiri yang mulaanya memperjelas status
Hingga larut malam Max yang masih menunggu kedatangn Jennifer, memutuskan keluar dari apartemennya, memilih mencari keberadaan Jennifer di Hotel tempat dimana Max dan Jennifer sebelumnya menginap. Dengan pakaian lengkap ditubuhnya, Max berjalan keluar dari dalam kamarnya. Namun, saat melewati kamar Lyra, Langkah Max terhenti sesaat melihat pintu kamar Lyra sebelum berjalan mendekat, dan bermaksud untuk mengetuk pintu kamar Lyra. Didalam kamar, Lira yang merasa tenggorokannya kering beranjak dari atas tempat tidur, bermaksud keluar menuju dapur dan mengambil segelas air minum untuk membasahi tenggorokannya.Diluar tangann Max terjulur hendak mengetuk puntu kamar Lyra. Namun Max mengurungkan niatnya, dan berbalik hendak melangkahkan kakinya pergi. Ceklek! Lyra membuka pintu kamarnya, mengerutkan dahi menatap ke arah pengguna Max, yang berdiri membelakanginya.Lyra tidak bersuara saat melihat Max berdiri tidak jauh darinya yang perlaham melangkah pergi meninghala 'kan kamarnya. Nam
Rio melihat tangan Max mengepal kuat, menyadari jika susana hati sahabatnya tidaklah baik, Rio memutuskan untuk mengalihkan perhatin Max dari memikirkan Jennifer."Max, Jangan dengarkan apa yang barusan dikatakan Diego, mungkin saja saat ini Jennifer telah melakukan pemotretan, bukankah kamu mengatakan jika Jennifer bekerja sebagai model, itu mungkin menjadi alasan mengapa dirinya masih tidak mengangkat panggilan darimu," Rio mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja alasan mengapa Jennifer tidak mengangkat panggilan dari Max, karena saat ini Jennifer tengah bekerja.Diego mengangkat alisnya mendengar ucapan Rio yang terdengar menyalahkan jika dirinya menuduh Jennifer berselingkuh di belakang Max, Diego tidak bermaksud untuk membantah ucapan Rio, dan lebih memilih diam memandang Max yang masih diam dengan minuman keras di tangannya.Sesaat ruangan yang mereka tempati hening, satupun tidak ada yang berbicara dan mereka hanya duduk menunggu Max membuka suara."Aku setuju dengan apa
"Ini tidak akan lama," bisik Max kembali didepan wajah Lyra, dengan perlahan mulai mengecup pelan rubuh Lyra.Max merasa bahwa tubuhnya mendapatkan kenikamatan yang luar biasa dengan sensasi kenyamanan yang diberikan oleh tubuh Lyra yang menjatuhkan hujan kasih sayang di depannya. Namun, dia tidak lupa bahwa sebelumnya, dia pernah menghina Lyra dan memperjelas statusnya sebagai pelayan. "Tuan Max, tolong berhenti!""Tidak, Lyra. Jangan memintaku untuk berhenti, karena aku tidak akan bisa melakukannya."Max berpikir bahwa saat ini dia ingin menghabiskan malam penuh kegilaan bersama dengan Lyra yang sekarang menawar untuk memintanya berhenti melecehkannya. "Tetapi aku tidak mau, Tuan!" Lyra meneteskan air mata, dengan suara Lirih meminta Max untuk berhenti melecehkannya. "Ini tidak akan lama, dan kamu juga pasti akan menyukainya."Max kemudian membungkam bibir Lyra yang terus memohon di hadapannya. Matanya berkabut gairah mengabaikan wajah Lira yang memerah dengan matanya terus menet
"Lyra bersiaplah, kita akan sarapan di luar!" titah Max menatap Lyra yang saat ini berdiri di hadapannya.Lyra yang masih berada di dalam kamarnya, melirik sekilas ke arah Max. Namun, sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Max.Untik pertama kalinya, Max dengan senyum lembut meminta Lyra untuk keluar sarapan bersamanya di restoran. Max menampilkan minatnya yang sedikit berubah kepada Lyra, dengan mengajak Lyra keluar untuk sarapan bersamanya Max mengucapkan bahwa kejadian semalam mungkin membuat Lyra merasa marah padanya, tetapi Max ingin memberikan peluang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan memulai hari baru dengan mengajak Lyra sarapan bersama. Dengan demikian, Max memastikan bahwa hubungan dan pemahaman mereka satu sama lain bisa sedikit terbuka saat mereka mendapatkan ruang untuk berbicara.Lyra yang tengah mengeringkan rambutnya sama sekali tidak berniat melirik ke arah Max, yang masih duduk di atas tempat tidur menatap ke arahnya.Lyra sedang mencoba un