Max dengan nafas memburu menatap Jennifer yang berdiri dengan wajahnya yang memerah memandang ke arahnya, Max dapat melihat di mata Jennifer hanyalah kemarahan melihat kedatangan yang langsung memberi sebuah pukulan keras di wajah pria yang semoga berbincang dengannya."Seharusnya aku yang bertanya, Jennifer. Siapa dia? Apa yang kamu lakukan dengannya? Dan juga, Kenapa kamu tidak menerima panggilan dariku, malah sebaliknya setiap kali aku menghubungimu kamu mengacuh 'kan panggilanku," Max tidak dapat lagi menahan kemarahannya, mengingat puluhan panggilan yang ia lakukan pada ponsel Jennifer, yang sama sekali tidak membalas satupun panggilan darinya.Entah apa yang dilakukan Jennifer sehingga Jennifer tidak memiliki waktu untuk mengangkat panggilan darinya, sehingga membuatnya terus berpikir tentang keberadaan Jennifer yang sama sekali tidak memberi kabar kepadanya.Jennifer tiba-tiba sadar dengan apa yang dikatakan Max kepadanya, tetapi dirinya masih tidak terima saat Max datang dan l
Max duduk di dalam mobilnya, beberapa kali melampiaskan kekesalannya dengan meninju setir mobil miliknya. Bugh! Bugh! "Brengsek! Jennifer, kamu berani sekali lebih memihak pria asing itu daripada diriku, aku yang selama ini telah menjalin hubungan denganmu, dan membantu karirmu, tetapi kenapa kamu lebih membelanya daripada diriku," geram Max, yang mengepalkan tinjunya, mengingat kembali sikap Jennifer yang lebih membela Damian daripada dirinya.Pikiran Max terus tertuju kepada sikap acuh Jennifer yang terangan memilih membela Damian daripada dirinya didepan banyak orang, membuat Max merasa sangat malu saat melihat semua tatapan pengunjung restoran yang mencemohnya, mengatakan sesuatu hal buruk tentangnya.Padahal dirinya adalah kekasih dari Jennifer, entah apa yang diberikan oleh pria itu sehingga Jennifer lebih memihaknya daripada dirinya.Semakin memikirkannya kepala Max tiba-tiba terasa sakit, Max kemudian memutuskan kembali ke apartemennya untuk beristirahat, Max memilih menun
"Jennifer, apa kamu tahu jika ucapanmu sebelumnya terlanjur membuatku marah, dengan lantang Kamu adalah membela pria itu daripada aku yang merupakan kekasihmu selama ini. Jadi jangan salahkan jika kamu mendengar jawaban yang tidak mengenakkan dariku."Max Sebenarnya masih menaruh perasaan kepada Jennifer, tetapi melihat sikap Jennifer yang lebih melindungi pria asing yang dia temui, membuat amarahnya kembali memuncak.Lyra yang sedang mendengarkan perdebatan antara Max suaminya, bersama dengan Jennifer, terlihat memijat keningnya yang berdenyut.Lyra merasa aneh melihat perdebatan suaminya bersama dengan Jennifer yang membahas masalah hubungan percintaan mereka, tepat di hadapannya. Seolah keberadaannya sama sekali tidak dipedulikan oleh mereka berdua. "Max, harusnya kamu mengerti alasan mengapa aku melakukan itu, kamu datang secara tiba-tiba dan melayang ke sebuah pukulan di wajah, Damian. Itu bisa saja membuatku kehilangan pekerjaan, mengingat Damian adalah orang penting yang bisa
Lyra melihat Jennifer siap untuk menembakkan pukulan ke wajahnya, tanpa berpikir Lyra akan menghentikannya, dan membuat Jennifer merasa terkejut melihat keberanian Lyra dalam menentangnya.Dengan cepat, Lyra menangkap pergelangan tangan Jennifer dan menghempaskannya kasar sebelum situasi menjadi lebih buruk, Lyra melangkah mundur menjaga jarak. "Lyra, berani sekali kamu menghentikan pukulanku! Apa kamu tidak takut kepadaku?" sergah Jennifer dengan marah, menatap Lyra penuh kebencian.Jennifer tidak terima Lyra menghentikan pukulan yang hendak ia berikan kepadanya, yang membuatnya semakin merasa kesal melihat raut wajah Lyra yang menunjukkan ketidak bersalahan di depannya.'Benar-benar wanita murahan, dengan tanpa bersalahnya berdiri menantang di depanku!'Lyra mengurutkan dahinya berdiri menatap Jennifer dengan datar. "Aku tidak tahu letak salahku di mana, tetapi melihat anda bermaksud untuk menganiaya saya tentu saja aku tidak akan menerimanya begitu saja," tanpa sungkan Lyra membal
Lyra merapikan penampilannya sebelum keluar meninggalkan kamarnya. Namun, behitu kelaur, tanpa sengaja matanya saling bersitatap dengan Jennifer yang kebetulan masih duduk di sofa, memandang ke arahnya.Jennifer, yang melihat Lira keluar daei kamarnya, sekilas melirik penampilan Lyra yang terlihat rapi dengan pakaian pudar yang dia kenakan, seolah Lyra akan keluar. Melihat Lyra, Jennifer tidak tahan untuk tidak membuka suara dengan menatap sinis ke arah Lira. "Hm.. berhubung kamu ada di sini segera ke dapur dan buatkan aku makanan. Jangan menolak seolah Kamu adalah majikan di sini. Ingat, kamu hanyalah seorang pelayan yang beranjak menjadi seorang istri karena berani menjebak majikannya dengan menaiki tempat tidurnya," sindiran keras yang diberikan Jennifer membuat Lyra mengepalkan tangannya marah. Jennifer daat melihat itu dan hanya menyunggingkan senyum mencibir di wajahnya.Dengan tatapan penuh cemoohan Jennifer kembali mengulang ucapannya. "Lyra, Apa lagi yang kmu tunggu! Apa ka
Max tidak menyangka, jikaJennifer benar akan menyiram, Lyra. Tetapi untung saja air yang disiramkan Jennifer tidak mengenai, Lyra. Sebaliknya malah mengenai tubuh, Max.Jennifer membulat, tidak menyangka jika air yang hendak dia siramkan ke tubuh Lyra, malah mengenai tubuh Max. Dengan perasaan bersalah Jennifer menatap Max yang menatap suram ke arahnya. Wajah Max saat ini diliputi oleh Aura menakutkan, yang membuat Jennifer segera mengakui kesalahannya."M-max, maaf 'kan aku. Aku tidak bermaksud untuk menyiram mu, a-aku ingin meyiram ke araha Lyra..." tunjuk Jennifer pada Lyra.Wajah Max semakin suram mendengarnya. "Cukup Jennifer! Aku sudah muak mendengar alasanmu. Sudah aku peringatkan sebelumnya kepadamu untuk keluar meninggalkan apartemenku." Max menatap Jennifer dengan perasaan kesal. "Lagi pula apa yang ingin kamu lakukan di sini, Jennifer? Bukankah kamu lebih memilih untuk tinggal di hotel agar kamu leluasa keluar bertemu dengan pria itu!" tuduh Max, yang membuat Jennifer meng
Lyra yang meninggalkan apartemen milik, Max. Menyusuri jalan menggunakan taksi untuk mencari lowongan pekerjaan yang mungkin bisa dia dapatkan.Lyra yang hanya memiliki pendidikan menengah atas, memilih mencari pekerjaan sebagai seorang pelayan seperti pekerjaan yang selama ini dikerjakannya. Alasan Lyra tidak hanya karena memiliki pendidikan Sekolah Menengah Atas, tetapi juga karena luka bakar yang ada di kakinya,yang membuatnya sedikit kesusahan untuk mendapat pekerjaan, mengingat langkahnya saat berjalan tidak seperti lainnya. Saat Lyra tengah melamun, sopir taksi yang tengah mengemudikan mobil, melirik ke arahnya dan membuka suara yang membuat Lyra segera tersadar dari lamunannya."Nona, apa Nona masih ingin berkeliling atau Nona ingin saya turunkan disini, Nona?" tanya sopir taksi, yang sedari tadi melihat Lyr hanya duduk diam, di dalam taksinya tanpa mengatakan Arah tujuannya, dan hanya memintanya untuk membawanya berkeliling mengitari kota yang dia tempati.Sopir taksi juga t
Lyra menunduk malu saat melihat tatapan mata pria aaing yang berdiri di hadapannya, terlihat sedang memperhatikan penampilannya dengan mata yang terus menelisik tubuhnya."Nona, jika saya tidak salah melihat anda saat ini sedang mencari pekerjaan, Apakah saya benar? Ucapnya yang membuat Lyra mengangkat tatapannya, menatap tidak percaya pada pria yang berdiri di hadapannya.Bagaimana pria yang baru saja ditemuinya bisa mengetahui jika saat ini dia sedang mencari pekerjaan, padahal Lyra tidak pernah mengatakan sebelumnya kepadanya, ataupun bertemu dengan pria ini saat melamar pekerjaan.Merasa bingung, Lyra kemudian mengajukan pertanyaan."Tuan, bagaimana anda mengetahui jika saya sedang mencari pekerjaan, padahal saya tidak pernah mengatakannya kepada anda?"Pria yang berdiri di hadapannya tersenyum tipis mendengarkan perkataan Lyra. "Nona, anda tidak perlu mengatakannya, Semua orang pasti akan mengetahuinya saat melihat beberapa berkas yang ada di tangan Anda terkihat jelas jika anda