Lyra melihat Jennifer siap untuk menembakkan pukulan ke wajahnya, tanpa berpikir Lyra akan menghentikannya, dan membuat Jennifer merasa terkejut melihat keberanian Lyra dalam menentangnya.Dengan cepat, Lyra menangkap pergelangan tangan Jennifer dan menghempaskannya kasar sebelum situasi menjadi lebih buruk, Lyra melangkah mundur menjaga jarak. "Lyra, berani sekali kamu menghentikan pukulanku! Apa kamu tidak takut kepadaku?" sergah Jennifer dengan marah, menatap Lyra penuh kebencian.Jennifer tidak terima Lyra menghentikan pukulan yang hendak ia berikan kepadanya, yang membuatnya semakin merasa kesal melihat raut wajah Lyra yang menunjukkan ketidak bersalahan di depannya.'Benar-benar wanita murahan, dengan tanpa bersalahnya berdiri menantang di depanku!'Lyra mengurutkan dahinya berdiri menatap Jennifer dengan datar. "Aku tidak tahu letak salahku di mana, tetapi melihat anda bermaksud untuk menganiaya saya tentu saja aku tidak akan menerimanya begitu saja," tanpa sungkan Lyra membal
Lyra merapikan penampilannya sebelum keluar meninggalkan kamarnya. Namun, behitu kelaur, tanpa sengaja matanya saling bersitatap dengan Jennifer yang kebetulan masih duduk di sofa, memandang ke arahnya.Jennifer, yang melihat Lira keluar daei kamarnya, sekilas melirik penampilan Lyra yang terlihat rapi dengan pakaian pudar yang dia kenakan, seolah Lyra akan keluar. Melihat Lyra, Jennifer tidak tahan untuk tidak membuka suara dengan menatap sinis ke arah Lira. "Hm.. berhubung kamu ada di sini segera ke dapur dan buatkan aku makanan. Jangan menolak seolah Kamu adalah majikan di sini. Ingat, kamu hanyalah seorang pelayan yang beranjak menjadi seorang istri karena berani menjebak majikannya dengan menaiki tempat tidurnya," sindiran keras yang diberikan Jennifer membuat Lyra mengepalkan tangannya marah. Jennifer daat melihat itu dan hanya menyunggingkan senyum mencibir di wajahnya.Dengan tatapan penuh cemoohan Jennifer kembali mengulang ucapannya. "Lyra, Apa lagi yang kmu tunggu! Apa ka
Max tidak menyangka, jikaJennifer benar akan menyiram, Lyra. Tetapi untung saja air yang disiramkan Jennifer tidak mengenai, Lyra. Sebaliknya malah mengenai tubuh, Max.Jennifer membulat, tidak menyangka jika air yang hendak dia siramkan ke tubuh Lyra, malah mengenai tubuh Max. Dengan perasaan bersalah Jennifer menatap Max yang menatap suram ke arahnya. Wajah Max saat ini diliputi oleh Aura menakutkan, yang membuat Jennifer segera mengakui kesalahannya."M-max, maaf 'kan aku. Aku tidak bermaksud untuk menyiram mu, a-aku ingin meyiram ke araha Lyra..." tunjuk Jennifer pada Lyra.Wajah Max semakin suram mendengarnya. "Cukup Jennifer! Aku sudah muak mendengar alasanmu. Sudah aku peringatkan sebelumnya kepadamu untuk keluar meninggalkan apartemenku." Max menatap Jennifer dengan perasaan kesal. "Lagi pula apa yang ingin kamu lakukan di sini, Jennifer? Bukankah kamu lebih memilih untuk tinggal di hotel agar kamu leluasa keluar bertemu dengan pria itu!" tuduh Max, yang membuat Jennifer meng
Lyra yang meninggalkan apartemen milik, Max. Menyusuri jalan menggunakan taksi untuk mencari lowongan pekerjaan yang mungkin bisa dia dapatkan.Lyra yang hanya memiliki pendidikan menengah atas, memilih mencari pekerjaan sebagai seorang pelayan seperti pekerjaan yang selama ini dikerjakannya. Alasan Lyra tidak hanya karena memiliki pendidikan Sekolah Menengah Atas, tetapi juga karena luka bakar yang ada di kakinya,yang membuatnya sedikit kesusahan untuk mendapat pekerjaan, mengingat langkahnya saat berjalan tidak seperti lainnya. Saat Lyra tengah melamun, sopir taksi yang tengah mengemudikan mobil, melirik ke arahnya dan membuka suara yang membuat Lyra segera tersadar dari lamunannya."Nona, apa Nona masih ingin berkeliling atau Nona ingin saya turunkan disini, Nona?" tanya sopir taksi, yang sedari tadi melihat Lyr hanya duduk diam, di dalam taksinya tanpa mengatakan Arah tujuannya, dan hanya memintanya untuk membawanya berkeliling mengitari kota yang dia tempati.Sopir taksi juga t
Lyra menunduk malu saat melihat tatapan mata pria aaing yang berdiri di hadapannya, terlihat sedang memperhatikan penampilannya dengan mata yang terus menelisik tubuhnya."Nona, jika saya tidak salah melihat anda saat ini sedang mencari pekerjaan, Apakah saya benar? Ucapnya yang membuat Lyra mengangkat tatapannya, menatap tidak percaya pada pria yang berdiri di hadapannya.Bagaimana pria yang baru saja ditemuinya bisa mengetahui jika saat ini dia sedang mencari pekerjaan, padahal Lyra tidak pernah mengatakan sebelumnya kepadanya, ataupun bertemu dengan pria ini saat melamar pekerjaan.Merasa bingung, Lyra kemudian mengajukan pertanyaan."Tuan, bagaimana anda mengetahui jika saya sedang mencari pekerjaan, padahal saya tidak pernah mengatakannya kepada anda?"Pria yang berdiri di hadapannya tersenyum tipis mendengarkan perkataan Lyra. "Nona, anda tidak perlu mengatakannya, Semua orang pasti akan mengetahuinya saat melihat beberapa berkas yang ada di tangan Anda terkihat jelas jika anda
Lyra dengan semangat perjalanan menuju Cafe, tempat di mana pria asing yang bernama Arga semula menawarkan pekerjaan kepadanya. Dengan senyum merekah yang terlihat jelas di wajahnya, Lyra memasuki Cafe dan menghampiri salah satu pegawai Cafe untuk menanyakan tempat melakukan wawancara pekerjaan. "Nona, Permisi. Apa saya bisa bertemu dengan HRD Cafe ini, saya bermaksud untuk menyerahkan berkas lamaran saya," ujar Lyra yang berdiri di depan kasir sembari menunjuk berkas yang ada ditangannya.Kasir menunjukkan raut wajah tidak suka melihat keberadaan, Lyra. Namun, saat matanya melirik pintu masuk, dimana Arga berjalan tegak memasuki Cafe l, segera kasir itu merubah raut wajahnya, tersenyum menunjukkan tempat di mana Lyra bisa menyerahkan lamarannya."Kamu bisa naik ke lantai 2, di lantai atas kamu hanya perlu belok kiri untuk melihat ruangan HRD, di sana kamu bisa mengetuk pintu dan masuk menyerahkan lamaran mu," ujarnya memberitahukan, yang dibalas anggukan kepala oleh Lyra. "Terima ka
"Dewi, berhenti melirik ke arah, pak Arga. Jangan sampai mata pegawai lainnya, melihat apa yang Kita lakukan, dan mengetahui jika kita senang membincangkan, pak Arga," Lyra memperhatikan ke arah sekitar, memastikan jika tidak ada karyawan yang mendengar perbincangannya bersama dengan, Dewi. Lyra tidak ingin di hari pertamanya dirinya bekerja akan mendapatkan musuh yang akan mengganggu pekerjaannya."Baiklah Lyra, berhenti menatapku seperti itu. Lagi pula tidak akan ada yang marah saat mengetahui jika kita sedang membincangkan, pak Arga. Pak Arga pria lajang, sudah sewajarnya semua wanita pasti tertarik kepadanya, termasuk juga diriku." Dewi tanpa sungkan mengatakan kekagumannya kepada Arga di depan Lyra.Lyra terkejut mendengar ucapan Dewi yang mengakui jika dirinya juga tertarik kepada Arga atasan mereka. Namun, Lyra tidak peduli, lagi pula itu urusan Dewi jika dia menyukai pak Arga. Lyra hanya meminta Dewi untuk menemanninya menyelesaikan melihat-lihat Cafe tempat di mana dia akan m
Lyra yang menerima ajakan Arga untuk makan siang bersama, sedikit merasa sungkan saat melihat beberapa tatapan mata melirik ke arahnya. Entah apa maksud dari tatapan semua orang yang melirik ke arahnya. Namun, beberapa bisikan terdengar di telinganya membuat Lyra menyesali keputusannya untuk menerima ajakan Arga."Abaikan mereka, Lyra. Lagi pula kita disini untuk makan bukan untuk mendengarkan gosip yang mereka bicarakan," Arga mengetahui apa yang saat ini sedang dipikirkan, Lyra. Arga dapat melihatnya daei raut wajah Lyra yang nampak muram, setelah mendengar beberapa bisikan yang dapat terdengar di telinga mereka.Lyra, mengangkat tataoannya menatap Arga, sembari memaksakan senyumannya. "Terima kasih Pak Arga, sebenarnya saya sedikit merasa sungkan untuk menerima ajakan Bapak untuk makan siang bersama, tetapi karena saya ingin membalas budi karena Bapak telah membantu saya mendapatkan pekerjaan, saya tidak berani untuk menolaknya."Arga mengangguk mengerti. "Aku tahu, Lyra. Baiklah, k