"Ini tidak akan lama," bisik Max kembali didepan wajah Lyra, dengan perlahan mulai mengecup pelan rubuh Lyra.Max merasa bahwa tubuhnya mendapatkan kenikamatan yang luar biasa dengan sensasi kenyamanan yang diberikan oleh tubuh Lyra yang menjatuhkan hujan kasih sayang di depannya. Namun, dia tidak lupa bahwa sebelumnya, dia pernah menghina Lyra dan memperjelas statusnya sebagai pelayan. "Tuan Max, tolong berhenti!""Tidak, Lyra. Jangan memintaku untuk berhenti, karena aku tidak akan bisa melakukannya."Max berpikir bahwa saat ini dia ingin menghabiskan malam penuh kegilaan bersama dengan Lyra yang sekarang menawar untuk memintanya berhenti melecehkannya. "Tetapi aku tidak mau, Tuan!" Lyra meneteskan air mata, dengan suara Lirih meminta Max untuk berhenti melecehkannya. "Ini tidak akan lama, dan kamu juga pasti akan menyukainya."Max kemudian membungkam bibir Lyra yang terus memohon di hadapannya. Matanya berkabut gairah mengabaikan wajah Lira yang memerah dengan matanya terus menet
"Lyra bersiaplah, kita akan sarapan di luar!" titah Max menatap Lyra yang saat ini berdiri di hadapannya.Lyra yang masih berada di dalam kamarnya, melirik sekilas ke arah Max. Namun, sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Max.Untik pertama kalinya, Max dengan senyum lembut meminta Lyra untuk keluar sarapan bersamanya di restoran. Max menampilkan minatnya yang sedikit berubah kepada Lyra, dengan mengajak Lyra keluar untuk sarapan bersamanya Max mengucapkan bahwa kejadian semalam mungkin membuat Lyra merasa marah padanya, tetapi Max ingin memberikan peluang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan memulai hari baru dengan mengajak Lyra sarapan bersama. Dengan demikian, Max memastikan bahwa hubungan dan pemahaman mereka satu sama lain bisa sedikit terbuka saat mereka mendapatkan ruang untuk berbicara.Lyra yang tengah mengeringkan rambutnya sama sekali tidak berniat melirik ke arah Max, yang masih duduk di atas tempat tidur menatap ke arahnya.Lyra sedang mencoba un
Max dengan nafas memburu menatap Jennifer yang berdiri dengan wajahnya yang memerah memandang ke arahnya, Max dapat melihat di mata Jennifer hanyalah kemarahan melihat kedatangan yang langsung memberi sebuah pukulan keras di wajah pria yang semoga berbincang dengannya."Seharusnya aku yang bertanya, Jennifer. Siapa dia? Apa yang kamu lakukan dengannya? Dan juga, Kenapa kamu tidak menerima panggilan dariku, malah sebaliknya setiap kali aku menghubungimu kamu mengacuh 'kan panggilanku," Max tidak dapat lagi menahan kemarahannya, mengingat puluhan panggilan yang ia lakukan pada ponsel Jennifer, yang sama sekali tidak membalas satupun panggilan darinya.Entah apa yang dilakukan Jennifer sehingga Jennifer tidak memiliki waktu untuk mengangkat panggilan darinya, sehingga membuatnya terus berpikir tentang keberadaan Jennifer yang sama sekali tidak memberi kabar kepadanya.Jennifer tiba-tiba sadar dengan apa yang dikatakan Max kepadanya, tetapi dirinya masih tidak terima saat Max datang dan l
Max duduk di dalam mobilnya, beberapa kali melampiaskan kekesalannya dengan meninju setir mobil miliknya. Bugh! Bugh! "Brengsek! Jennifer, kamu berani sekali lebih memihak pria asing itu daripada diriku, aku yang selama ini telah menjalin hubungan denganmu, dan membantu karirmu, tetapi kenapa kamu lebih membelanya daripada diriku," geram Max, yang mengepalkan tinjunya, mengingat kembali sikap Jennifer yang lebih membela Damian daripada dirinya.Pikiran Max terus tertuju kepada sikap acuh Jennifer yang terangan memilih membela Damian daripada dirinya didepan banyak orang, membuat Max merasa sangat malu saat melihat semua tatapan pengunjung restoran yang mencemohnya, mengatakan sesuatu hal buruk tentangnya.Padahal dirinya adalah kekasih dari Jennifer, entah apa yang diberikan oleh pria itu sehingga Jennifer lebih memihaknya daripada dirinya.Semakin memikirkannya kepala Max tiba-tiba terasa sakit, Max kemudian memutuskan kembali ke apartemennya untuk beristirahat, Max memilih menun
"Jennifer, apa kamu tahu jika ucapanmu sebelumnya terlanjur membuatku marah, dengan lantang Kamu adalah membela pria itu daripada aku yang merupakan kekasihmu selama ini. Jadi jangan salahkan jika kamu mendengar jawaban yang tidak mengenakkan dariku."Max Sebenarnya masih menaruh perasaan kepada Jennifer, tetapi melihat sikap Jennifer yang lebih melindungi pria asing yang dia temui, membuat amarahnya kembali memuncak.Lyra yang sedang mendengarkan perdebatan antara Max suaminya, bersama dengan Jennifer, terlihat memijat keningnya yang berdenyut.Lyra merasa aneh melihat perdebatan suaminya bersama dengan Jennifer yang membahas masalah hubungan percintaan mereka, tepat di hadapannya. Seolah keberadaannya sama sekali tidak dipedulikan oleh mereka berdua. "Max, harusnya kamu mengerti alasan mengapa aku melakukan itu, kamu datang secara tiba-tiba dan melayang ke sebuah pukulan di wajah, Damian. Itu bisa saja membuatku kehilangan pekerjaan, mengingat Damian adalah orang penting yang bisa
Lyra melihat Jennifer siap untuk menembakkan pukulan ke wajahnya, tanpa berpikir Lyra akan menghentikannya, dan membuat Jennifer merasa terkejut melihat keberanian Lyra dalam menentangnya.Dengan cepat, Lyra menangkap pergelangan tangan Jennifer dan menghempaskannya kasar sebelum situasi menjadi lebih buruk, Lyra melangkah mundur menjaga jarak. "Lyra, berani sekali kamu menghentikan pukulanku! Apa kamu tidak takut kepadaku?" sergah Jennifer dengan marah, menatap Lyra penuh kebencian.Jennifer tidak terima Lyra menghentikan pukulan yang hendak ia berikan kepadanya, yang membuatnya semakin merasa kesal melihat raut wajah Lyra yang menunjukkan ketidak bersalahan di depannya.'Benar-benar wanita murahan, dengan tanpa bersalahnya berdiri menantang di depanku!'Lyra mengurutkan dahinya berdiri menatap Jennifer dengan datar. "Aku tidak tahu letak salahku di mana, tetapi melihat anda bermaksud untuk menganiaya saya tentu saja aku tidak akan menerimanya begitu saja," tanpa sungkan Lyra membal
Lyra merapikan penampilannya sebelum keluar meninggalkan kamarnya. Namun, behitu kelaur, tanpa sengaja matanya saling bersitatap dengan Jennifer yang kebetulan masih duduk di sofa, memandang ke arahnya.Jennifer, yang melihat Lira keluar daei kamarnya, sekilas melirik penampilan Lyra yang terlihat rapi dengan pakaian pudar yang dia kenakan, seolah Lyra akan keluar. Melihat Lyra, Jennifer tidak tahan untuk tidak membuka suara dengan menatap sinis ke arah Lira. "Hm.. berhubung kamu ada di sini segera ke dapur dan buatkan aku makanan. Jangan menolak seolah Kamu adalah majikan di sini. Ingat, kamu hanyalah seorang pelayan yang beranjak menjadi seorang istri karena berani menjebak majikannya dengan menaiki tempat tidurnya," sindiran keras yang diberikan Jennifer membuat Lyra mengepalkan tangannya marah. Jennifer daat melihat itu dan hanya menyunggingkan senyum mencibir di wajahnya.Dengan tatapan penuh cemoohan Jennifer kembali mengulang ucapannya. "Lyra, Apa lagi yang kmu tunggu! Apa ka
Max tidak menyangka, jikaJennifer benar akan menyiram, Lyra. Tetapi untung saja air yang disiramkan Jennifer tidak mengenai, Lyra. Sebaliknya malah mengenai tubuh, Max.Jennifer membulat, tidak menyangka jika air yang hendak dia siramkan ke tubuh Lyra, malah mengenai tubuh Max. Dengan perasaan bersalah Jennifer menatap Max yang menatap suram ke arahnya. Wajah Max saat ini diliputi oleh Aura menakutkan, yang membuat Jennifer segera mengakui kesalahannya."M-max, maaf 'kan aku. Aku tidak bermaksud untuk menyiram mu, a-aku ingin meyiram ke araha Lyra..." tunjuk Jennifer pada Lyra.Wajah Max semakin suram mendengarnya. "Cukup Jennifer! Aku sudah muak mendengar alasanmu. Sudah aku peringatkan sebelumnya kepadamu untuk keluar meninggalkan apartemenku." Max menatap Jennifer dengan perasaan kesal. "Lagi pula apa yang ingin kamu lakukan di sini, Jennifer? Bukankah kamu lebih memilih untuk tinggal di hotel agar kamu leluasa keluar bertemu dengan pria itu!" tuduh Max, yang membuat Jennifer meng
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay
Dengan tekad yang baru ditemukan, Max mulai bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Lyra. Dia melakukan segala pekerjaan suami yang dia bisa untuk membuat Lyra merasa dicintai dan dihargai. Setiap hari, dia memberikan perhatian maksimalnya untuk menjadi suami yang lebih baik.Setiap Max pulang dari bekerja, dia akan melakukan pekerjaan rumah untuk meringankan pekerjaan Lyra, berusaha untuk tidak membuat Lyra merasa terbebani.Lyra yang baru saja membersihkan tubuhnya setelah lelah seharian bekerja di cafe, keluar menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tengahnya meraih remote memutar siaran TV sembari menyandarkan punggungnya di sofa, mekirik sekilas Max yang saat ini berjalan menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya."Lyra, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatkanmu makan malam?" tanya Max dengan suara lembut, mencoba mengetahui keinginan istrinya. Max kemudian meletakkan cangkir kopi yang dia buat di depan Lyra, kemudian ikut mendudukan tubuhnya t
Max mengangkat sebelah bibirnya tersenyum mengejek di hadapan Jennifer, sembari menggelengkan kepalanya."Jangan pura-pura tidak tahu apa yang aku maksud jennifer. Aku sudah terlalu muak dengan kebohonganmu selama ini...." ucapnya tanpa ragu."Apa tujuanmu membohongiku selama ini, Jennifer? Bukankah selama ini aku menuruti semua keinginanmu, namun apa balasanmu?" tanya Max, suaranya terdengar tercekik oleh rasa kekecewaan. Matanya masih memandang Jennifer yang nampak terkejut dengan apa yang dia ungkapkan.Melihat Jennifer tidak mengatakan apapun, Max kembali membuka suaranya berusaha mengatakannya dengan jelas di hadapan Jennifer."Apakah kamu sangat puas telah membodohiku selama ini?" ucap Max dengan sorot tajam memandang Jennifer.Jennifer terdiam, wajahnya pucat dan tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana bisa?' pikirannya berkecamuk mendengar apa yang baru saja dikatakan Max kepadanya."Max, aku bisa jelaskan," ucapnya dengan nada gemetar. Namun, Max sudah terlalu banyak mendengar ala
Bagi Max, memilih menjauh dari Jennifer adalah salah satu cara untuk melindungi Lyra dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkannya.Sadar atau tidak, setiap keputusan yang dia buat selalu saja melukai Lyra. Untuk itu, kali ini Max berusaha keras untuk memperbaiki dirinya walaupun di satu sisi dirinya juga masih merasa terikat dengan hidup Jennifer.Max tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun untuk saat ini dirinya akan berusaha untuk memperbaiki segalanya, agar dapat mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra, walaupun itu mungkin akan menyakiti perasaan Jennifer wanita yang selama ini menemaninya.Setiap, Jennifer berusaha untuk mendekati Max, keinginan Jennifer selalu ditolaknya. Itu Max lakukan sebagai usaha agar dirinya dapat menjauhkan Jennifer dari kehidupannya.Seperti saat ini, mengetahui jika Max terus menolak panggilannya, Jennifer memilih untuk menemui Max, tanpa peduli jika Max mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Max menundukkan tatapannya, merasa bersalah