Setelah kepergian Tutik, Lyra kembali melanjutkan kegiatannya untuk merapikan barang yang akan dia bawa bersamanya.Sesaat dirinya terduduk di atas tempat tidur memikirkan jika keputusan yang dia pilih untuk ikut bersama dengan Max, pindah ke apartemen sudah benar.Lyra tidak tahu masalah apa yang akan dia hadapi kedepannya saat tinggal bersama dengan Max di apartemen, namun yang pasti semuanya mungkin tidaklah semudah seperti apa yang dia pikirkan. Lyra membuang nafas berat, berharap hubungannya dengan Max kedepannya tidaklah lebih buruk dari sekarang.Tok Tok TokLyra terjaga mendengar suara ketukan di pintu kamarnya, terdiam sesaat sebelum berjalan mendekat dan membukanya."Tuan.." Lyra memandang keheranan saat melihat kehadiran Max di depan pintu kamarnya, berdiri dengan tatapan datar melirik sejenak ke arahnya sebelum membuang muka."Kenapa? Apa kamu akan terus membiarkanku berdiri didepan pintu kamarmu, Lyra?" tanya Max, yang seketika membuat Lyra tersadar dan segera menyingkir
"Mom Dad, aku dan Lyra akan ke pergi sekarang, disana kami juga perlu merapikan barang bawaan kami setina kami di apartemen," Max berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang tengah duduk diruang tengah, sesaat menoleh menatap ke arahnya.Tuan Anthoni di mengangkat sebelah alisnya menatap Sang putra yang menghampirinya dan ikut mendudukkan tubuhnya di sofa tepat di hadapannya."Max, di mana, Lyra?" tanya Tuan Anthoni, saat todak melihat kehadiran menantunya, datang bersama putranya, dan hanya melihat putranya yang berjalan keluar dari dalam kamar Lyra tanpa membawa Lyra bersamanya.Max yang mendengar pertanyaan ayahnya hanya tersenyum tipis dengan wajah datar, kemudian sesaat matanya memandang ke arah belakang, punggung Ayahnya, melihat Lyra perlahan berjalan keluar dengan tas yang berisi pakaian yang akan dia bawa bersamanya.Max mengangkat dagunya menunjuk ke arah Lyra. "Ayah, menntu yang kamu cari, dia baru saja keluar dari dalam kamarnya dan saat ini tengah berjalan menghampiri, A
Max yang duduk kursi kemudi, sekilas melirik ke arah Lyra yang diam memandang ke arah luar jendela mobil, tatapan mata Lyra acuh seolah mengabaikan kehadiran Max yang duduk di smpingnya.Pikiran Lyra saat ini hanya tertuju pada apartemen yang akan dia dan Max tinggali beberapa bulan sebagai istri dari Max.Lyra tidak tahu, apa dirinya sanggup hidup berdamoingan dengan Max dan juga Jennifer, kekasih Max, yang juga menatap di apartemen Max.Diamnya Lyra jelas membuat Max bertanya apa yang srdang Lyra pikirkn saat ini. Yng terus memndang luar seolah Lyra mengabaikan kehadirannha, membuat Max merasa tidak senang saat di acuhkan Lyra saat ini.Max menjilat bibirnya sebelum bertanya kepada Lyra. "Lyra, ada apa denganmu? Aku perhatikan sedari tadi kamu hanya diam menatap ke arah luar. Apa kamu masih tidak setuju untuk meninggalkan kediaman Ayahku, untul tinggal bersamaku di apartemen?" Max melirik Lyra dari ujung matanya.Melihat Lyra tidak bergeming, Max kembali melanjutkan ucapannya. "Tap
Entah kenapa Max menyukai wajah Lyra yang nampak cemburu, menurutnya itu...terlihat manis. Membuatnya tiba-tiba merasa berbeda dan semakin tertarik padanya. Namun, Lyra memiliki pemikiran lain tentang cara berpikir Max, bagaiaman jika posisi yang dia alami ditukar dengan Max, apa Max akan tetap mempertahankan pernikahan dengannya, di saat Max mengetahui pasangannya memiliki kekasih dan dengan terangan mengakuinya di depannya.Tentu itu tidak akan pernah terjadi, jika seandainya benar posisi mereka tertukar.huft!Lyra membuang nafas lelah, berdebat dengan Max menguras banyak tenaganya.Max yang mendengar hembusan nafas yang keluar dari mulut Lyra menoleh ke arah Lyra dengan tatapan datar."Lyra, lebih baik kamu diam dan menuruti semua yang aku lakukan, lagi pula ini semua terjadi karenamu, apa Kamu pikir aku bisa terjebak dalam pernikahan denganmu jika ini bukan kesalahanmu?" Max malah menyalahkan Lyra, seolah apa yang terjadi saat ini dengan kehidupan mereka, itu semua akibat kesala
Prang! Prang! Lyra yang sedang berada dalam kamarnya sibuk merapikan pakaian yang dia bawanya ke dalam lemari, samar mendengarkan bunyi pecahan kaca dari luar. Seketika dirinya menghentikan kegiatannya berdiri diam, mempertajam pendengarannya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi diluar sana. Lyra kemudian meletakkan pakaian yang ada di tangannya di atas tempat tidur dan berjalan mendekat ke arah pintu kamarnya, untuk menempelkan telinganya di pintu kamar mencoba mencari tahu apa yang terjadi diluar sana. "Sial! Siapa pria yang mengankat ponsel Jennifer!?"Prang! Max membanting beberapa barang yang ditemuinya dan menghancurkannya ke lantai sebagai tempat pelampiasan kemarahannya, Max benar-benar menggila saat panggilan yang dia lakukan di ponsel Jennifer, ternyata diangkat seorang pria asing yang tidak dikenalinya.Pikirannya berkecamuk, memikirkan apa yang saat ini sedang dilakukan kekasihnya di luar sana tanpa sepengetahuannya, yang semula Max mengira jika Jennifer telah kem
"Lyra, sekarang kamu terlihat sangat berani kepadaku? Apa kamu tidak takut dengan apa yang bisa aku lakukan kepadamu Kamu bisa aku...."Lyra segera menyelanya. "Tuan Max, saya tahu apa yang bisa anda lakukan, untuk itu saya meminta maaf sebelumnya, tetapi saya hanya meminta anda dengan sopan untuk keluar meninggalkan kamar saya. Walaupun kita telah menikah, tetapi tidak sepantasnya anda berada di kamar saya yang merupakan pelayan rendah di mata Anda, seperti apa yang pernah anda katakan sebelumnya.""Saya hanya memperjelasnya saja Tuan, saya tetaplah merupakan pelayan yang harus melayani Anda tidsk lebih, sehingga Anda seharusnya menjaga jarak dari saya dan bukannya datang menemui saya di dalam kamar saya, yang bisa saja diketahui oleh Jennifer kekasih Tuan dan menimbul 'kan kesalah pahaman."Lyra menarik nafas setelah mengatakannya, dia tidak akan membiarkan Max untuk menyelanya, dan membiarkannya mengeluarkan semua apa yang dia pikirkan.Max sendiri yang mulaanya memperjelas status
Hingga larut malam Max yang masih menunggu kedatangn Jennifer, memutuskan keluar dari apartemennya, memilih mencari keberadaan Jennifer di Hotel tempat dimana Max dan Jennifer sebelumnya menginap. Dengan pakaian lengkap ditubuhnya, Max berjalan keluar dari dalam kamarnya. Namun, saat melewati kamar Lyra, Langkah Max terhenti sesaat melihat pintu kamar Lyra sebelum berjalan mendekat, dan bermaksud untuk mengetuk pintu kamar Lyra. Didalam kamar, Lira yang merasa tenggorokannya kering beranjak dari atas tempat tidur, bermaksud keluar menuju dapur dan mengambil segelas air minum untuk membasahi tenggorokannya.Diluar tangann Max terjulur hendak mengetuk puntu kamar Lyra. Namun Max mengurungkan niatnya, dan berbalik hendak melangkahkan kakinya pergi. Ceklek! Lyra membuka pintu kamarnya, mengerutkan dahi menatap ke arah pengguna Max, yang berdiri membelakanginya.Lyra tidak bersuara saat melihat Max berdiri tidak jauh darinya yang perlaham melangkah pergi meninghala 'kan kamarnya. Nam
Rio melihat tangan Max mengepal kuat, menyadari jika susana hati sahabatnya tidaklah baik, Rio memutuskan untuk mengalihkan perhatin Max dari memikirkan Jennifer."Max, Jangan dengarkan apa yang barusan dikatakan Diego, mungkin saja saat ini Jennifer telah melakukan pemotretan, bukankah kamu mengatakan jika Jennifer bekerja sebagai model, itu mungkin menjadi alasan mengapa dirinya masih tidak mengangkat panggilan darimu," Rio mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja alasan mengapa Jennifer tidak mengangkat panggilan dari Max, karena saat ini Jennifer tengah bekerja.Diego mengangkat alisnya mendengar ucapan Rio yang terdengar menyalahkan jika dirinya menuduh Jennifer berselingkuh di belakang Max, Diego tidak bermaksud untuk membantah ucapan Rio, dan lebih memilih diam memandang Max yang masih diam dengan minuman keras di tangannya.Sesaat ruangan yang mereka tempati hening, satupun tidak ada yang berbicara dan mereka hanya duduk menunggu Max membuka suara."Aku setuju dengan apa