Mendengar niatannya diketahui Max, Tutik terdiam dengan menutup rapat bibirnya. Tutik tidak menyangka akan mendapatkan reaksi tidak terduga daei Max, yang begitu marah menatap ke arahnya.
Tutik mengira jika Max, mungkin akan tertarik kepadanya, tidak seperti apa yang dia lihat saat ini. Tatapan mata Max yang terlihat ingin melenyapkannya karena telah berani untuk mencoba menggodanya."Ma..maafkan Tutik, Tuan muda Max. Tutik mengaku salah!" Suara gugup Tutik yang terdengar ketakutan, menundukkan kepalanya mengabaikan rasa sakit yang saat ini dia rasakan.Tutik menunduk meminta ampun kepada Max, yang masih berdiri menatapnya dengan penuh ancaman ke arahnya. Max benar-benar marah kali ini, dengan lancang seorang pelayan berani masuk ke dalam kamarnya, untuk menggodanya.Max mengabaikan tangisan serta permohonan maaf Tutik, dan melangkah maju menginjak telapak tangan Tutik, yang saat ini menundukkan kepala di depannya.Krek!""Argghhht..!"Terdengar suara patahan tulang dari Jari tangan Tutik, yang baru saja diinjak oleh Max sebagai peringatan, membuat Tutik menjerit kesakitan hingga membuat semua penghuni kediaman Tuhan Raharja terkejut, dan segera menghampiri kamar yang ditempati Max.Nyonya Clara yang di lantai bawah, mendengar jeritan seseorang yang terdengar dari lantai atas kamar sang putra, dengan segera beranjak dari duduknya bermaksud untuk menghampiri asal suara yang menggema di kediamannya.Didampingi kepala pelayang, yang membantunya untuk berjalan ke atas, tanpa mengetuk pintu, Nyonya Clara kemudian membuka pintu kamar Max, tanpa menunggu persetujuan sang putra.Melihat apa yang terjadi di dalam kamar Sang putra, Nyonya Clara terlihat begitu terkejut, kemudian menatap tanya ke arah Max, meminta penjelasan dengan apa yang dilihatnya."Max, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menyiksa pelayan itu, dia adalah putri dari pengasuh yang pernah merawat ayahmu, Max," ujar Nyonya Clara, yang kemudian berjalan masuk untuk menghamoiri Tutik, dan segera membantu Tutik berdiri.Nyonya Clara dapat melihat tangan Tutik yang gemetar menahan rasa sakit, akibat ulah putra kesayangannya yang sudah mematahkan jarinya. Melirik ke arah kepala pelayan, Nyonya Clara meminta kepala pelayan untuk membawa Tutik melakukan pemeriksaan di rumah sakit."Kepala pelayan bawa Tutik untuk segera mengobati lukanya, biar aku berbicara dengan Max berdua," Mendengar perintah dari Nyonya Clara, kepala pelayan kemudian menganggukan kepala dan membawa Tutik keluar dari kamar Max.Dengan gemetar, Tutik melangkah keluar bersama kepala pelayan, dan salah satu pelayan yang ikut membantunya berjalan.Sekilas Tutik melirik ke arah Max, yang masih memberinya tatapan mengancam. Tutik segera menundukkan kepalanya, takut jika Tuan muda kembali menghukumnya.Setelah kepergian kepala pelayan bersama dengan Tutik, sekarang hanya tersisa Nyonya Clara berdua di dalam kamar Max, yang berdiri menatap ke arah sang putra meminta penjelasan, dengan apa yang baru saja dilihatnya."Max, Kenapa kamu mematahkan jari pelayan itu, kamu tahu jika ayahmu mengetahui ini dia bisa saja akan memarahimu," Nyonya Clara sebenarnya tidak ingin, jika suaminya mengetahui dan memarahi sang putra, tetapi melihat tangan pelayan yang bekerja di kediaman Raharja terluka parah, Nyonya Clara tidak tahan untuk tidak bertanya kepada Max, alasan Max melakukan hal itu kepada Tutik."Ibu, aku tidak tahu dengan cara ibu memilih pelayanan untuk bekerja di kediaman Raharja. Bagaimana mungkin Ibu bisa memelihara pelayan yang tidak tahu diri, yang dengan berani mencoba untuk merayu majikannya," Max kemudian kembali menyandarkan punggungnya di atas pembaringan, mengabaikan tatapan ibunya.Mendengar penjelasan Max, Nyonya Clara akhirnya mengerti alasan mengapa Max tega mematahkan jari- jari Tutik, itu sebagai peringatan atas apa yang dilakukan."Maaf Max, Ibu tidak tahu jika pelayan itu telah berbuat kesalahan yang begitu besar. Baiklah lupakan saja tentang pelayan itu, apa kau sudah memakan bubur yang Ibu perintahkan Tutik untuk mengantar ke kamarmu?" nyonya Clara menatap Max, yang belum jawaban pertanyaannya.Max hanya melirik ke arah mangkuk bubur yang belum di sentuhnya, Max tidak berniat untuk memakan bubur yang diantar oleh Tutik, setelah melihat sikap Tutik yang begitu lancang kepadanya. Bisa saja Tutik meletakkan sesuatu ke dalam makanannya, yang mungkin akan membuatnya menyesalinya."Tidak Ibu, aku tidak mau makan bubur yang diantar oleh pelayan itu. Mungkin saja pelayan itu meletakkan sesuatu ke dalam makanan yang akan aku makan," Max menjelaskan kepada ibunya, yang kemudian dibalas anggukan oleh Nyonya Clara."Baiklah, jika kau tidak ingin memakannya Tidak masalah, ibu akan meminta salah satu pelayan untuk membawakan kamu bubur yang baru," setelah mengatakan itu, Nyonya Clara kemudian memanggil kepala pelayan, untuk memintanya membawakan bubur yang baru ke kamar Max, dan mengambil kembli bubur yang telah diantarkan Tutik untuk segera dibuang.Kepala pelayan dengan Sigap berjalan ke arah dapur dan meminta Lyra yang sedang menikmati sarapan paginya bersama dengan pelayan lainnya, untuk mengantarkan bubur yang diminta Nyonya Clara ke kamar Max, mendengar itu sontak saja membuat Lyra kembali terkejut menjatuhkan sendoknya, menatap mata kepala pelayan."Kepala pelayan, bukankah Kak Tutik baru saja mengantarkan bubur ke kamar tuan muda, mengapa Nyonya Clara kembali meminta untuk mengantarkan bubur ke kamar tuan muda Max?""Tutik melakukan kesalahan, Lyra. Aku harap kau juga tidak melakukan kesalahan yang bisa membuat Tuan Max, juga memberimu hukuman," Lyra yang tidak mengerti tentu saja menatap bingun kepala pelayan, tetapi saat mendengar perkataan kepala pelayan yang mengatakan, jika Tutik melakukan kesalahan hingga membuat Tuan muda Max marah kepadanya, Lyra tiba-tiba saja menjadi gugup. Lyra takut jika Tuan muda Max dapat mengenalinya, yang mungkin saja akan memberinya hukuman seperti apa yang dia lakukan kepada Tutik."Lyra, segera kau antarkan bubur ke kamar, Tuan Max. Jangan sampai Nyonya Clara mengeluh karena kau bekerja dengan lambat," tegur kepala pelayan saat melihat Lyra masih saja duduk, tanpa bermaksud melakukan apa yang diperintahkan Nyonya Clara, yang sudah menunggu bubur untuk Tuan muda max."Kepala pelayan, bagaimana jika pelayan yang lain, yang mengantarkan bubur ke kamar Tuan muda Max, aku benar tidak bisa mengantarnya kepala pelayan" Lyra masih berusaha membujuk kepala pelayan, agar memilih pelayan lain untuk menggantikannya mengantar bubur ke kamar Tuan muda Max."Lyra, jangan membantah dan segera laksanakan apa yang diperintahkan, jangan sampai Nyonya Clara turun menghampirimu dan memberimu sebuah hukuman," teguran kepala pelayan yang memperingati Lyra, membuat Lyra dengan terpaksa mengiyakan.Tok Tok TokDengan gugup, Lyra berdiri didepan pintu kamar Max. Berharap Tuan muda Max tidak mengenalinya, jika Lyra lah wanita yang tidur dengannya semalam."Permisi nyonya, ini bubur yang anda perintahkan.""Permisi nyonya, ini bubur yang anda perintahkan," Lyra yng beridir dengan gugup berharap, Tuan Muda Max tidk akan mengenalinya, saat bertemu dengannya. Lyra benar-benar tidak tau apa yang harus dia lakjukan untuk menghindari pertemuannya dengan Tuan Muda Max, yang Lyra takutkan akan mengenalinya sebagai wanita yang tidrur dengannya semalam, begitu melihatnya berdiri didelannya. "Masuklah," ucap Nona Clara, yang terdengar dari dalam kamar Tuan Muda Mas, memerintahkan Lyra untuk berjalan memasuki kamar sang Tuan Muda. Dengan menahan rasa gugup yang saat ini dirasakannya, Lyra kemudian membuka pintu kamar Tuan Muda Max, dan berjalan masuk dengan nampan yang berisi bubur hangat di tangannya, yang dapat terlihat jelas jika saat ini Lyra sangat ketakutan. Ceklek! Dengan menundukkan kepalanya, Lyra kemudian berjalan menghampiri Nyonya Clara yang terlihat sedang mendudukkan dirinya di samping putranya, yang terlihat menatap ke arahnya. Deg!! Seketika Lyra membuang muka dan menunduk dal
Max, yang baru saja menuruni anak tangga dengan pakaian rapi yang dia kenakan, segera melangkah keluar dari kediamannya menuju mobilnya yang sudsh terarkir dengan langkah lebarnya. Sore ini, Max kembali akan berkumpul bersama kedua sahabatnya, Diego dan Rio, yang beberapa saat lalu memintanya untuk datang dan bertemu bersama. Namun tanpa sengaja langkah, Max, yang baru saja akan keluar tiba-tiba ditabrak oleh seseorang, yang seketika membuat Max tampak marah melihat orang yang sudah dengan sengaja menabraknya. "Apa kau tidak menggunakan matamu saat berjalan! Kenapa kau sengaja menabrak-ku, jangan bilang kamu masih ingin berusaha untuk mendekatiku!" sergah, Max dengan marah, menatap tajam ke arah Tutik, yang saat ini sudah menundukkan wajahnya di depan, Max, Tutik sangat ketakutan mendengar perkataan tajam, yang baru saja dikatakan, Max kepadanya, Sebelumnya memang, Tutik bersalah karena telah berani merayu, Max, yang saat itu beristirahat di kamarnya, Tutik tidak memyangka Max, akan
Di ruangan Bar yang mereka bertiga tempati saat ini, terasa begitu sepi setelah mendengar cerita yang baru saja diceritakan oleh, Max kepada mereka berdua. Bagaimana tidak, Max menceritakan bagaimana dirinya yang saat itu dalam keadaan mabuk memaksa, Lyra untuk melayaninya, dimana malam itu, Max sama sekali tidak mempedulikan ringisan kesakitan serta tangisan yang di tunjukkan Lyra, saat memohon untuk, Max melepaskannya. Kedua Sahabatnya itu tidak menduga jika sesuatu hal buruk terjadi pada malam dimana mereka bertiga telah mengadakan acara pertemuan dengan sengaja membuat diri mereka mabuk, yang akhirnya berakhir dengan berakibat buruk kepada seseorang yang harus mengalami mimpi buruk seumur hidupnya. "Bagaimana dengan pelayan itu, Max? Apa dia datang dan meminta pertanggung jawaban kepadamu? Jika belum, seharusnya dia melakukan itu mengingat karena kau telah melecehkannya," Diego terlihat mengutarakan pemikirannya yang seharusnya pelayan yang dilecehkan oleh Max, datang dan memint
"Max, bagaimana dengan kekasihmu, Jenifer. Apa kau mengatakan kepadanya jika kau telah melecehkan seorang pelayan di kediaman orang tuamu?" tanya Rio yang kembali mengalihkan pembicaraan mereka, mengangkat wajahnya menatap tanya ke arah, Max, yang nampak terdiam mendengar apa yang baru saja dia katakan. "Rio, apa kau bodoh! Bagaimana mungkin aku mengatakan itu kepada Jenifer, itu sama saja akan membuatnya marah dan datang menyusulku kenegara inj. Kamu tahu benar, jika kedua orang tuaku sempat bertengkar karena Jenifer. Ayahku tidak menyukai Jenifer, tetapi berbeda dengan ibuku yang malah menyukainya." Max kembali mengingat saat Ayahnya menyuruhnya untuk melarang Jenifer datang di kediamannya, itu jelas membuat Max, sempat merasa bingung, pasalnya Jenifer adalah kekasihnya wanita yang sangat berjasa dalam hidup, Max, sehingga tidak mungkin jika Max meninggalkan Jeifer begitu saja. "Maaf Max, aku mengira mungkin kau akan mengatakan semuanya kepada Jenifer, mengingat kamu sangat mencin
"Diam! Bersikap baiklah jika kau ingin aku melepaskanmu!" Bisik Max, di telinga Lyra, seketika membuat Lyra beegidik menegang dibuatnya. Lyra tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh Max kepadanya, tetapi melihat jika tubuh Max, dirasa begitu rapat dengannya, membuat Lyra sepertinya tahu jikadirinya akan berakhir seperti malam sebelumnya. "Tuan, tolong lepaskan saya, jangan seerti ini Tuan, jangan sampai ada orang yang melihat tuan dan saya berdua seerti ini, saya bisa dipecat, Tuan," pinta Lyra, dengan memohon. Namun tubuh Max yang menegang mengabaikan permohonan serta perlawanan Lyra yang memberontak dari kungkungannya, Max yang begitu kuat memeluk Lyra dan sibuk mencumbui Lyra, membuat Lyra tidak dapat berbuat banyak. "Makanya aku meminta kepadamu untuk diam, jika kau tidak ingin membuat semua orang datang dan melihat apa yang sedang kita perbuat saat ini. Apa kau pikir mereka akan mempercayai jika aku yang mendekatimu, mereka semua akan menuduh jika kau yang telah lebih dulu men
Melihat kebingungan diwajah Lyra, Max segera membuka seluruh pakainnya didepan Lyra, seketika membuat Lyra membulatkan matanya dengan mulut terbuka, Lyra kemudian menutupi matanya menggunakan telapak tangannya, dan segera berbalik badan merasa malu dengan apa yang dilihatnya. Arghhh!!'Bagaimana mungkin tuan muda Max, berani melakukan itu di depanku, apa yang dia pikirkan saat ini atau jangan-jangan.... Apa tuan Muda Max, baik-baik saja.'Lyra berpikir jika Tuan muda Max, mungkin mengalami suatu masalah sehingga membuatnya bersikap seperti ini didepannya.Max, terkekeh melihat sikap menghindar yang ditunjukkan Lyra di depannya, saat ini dimatanya Lyra terlihat begitu menggemaskan dengan wajah malu tidak ingin menatapnya.Namun Max tidak tinggal diam, dengan pelan dia melangkahkan kakinya berjalan dengan bertelanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya, mendekat ke arah Lyra yang semakin membuat tubuh Lyra memjadi gugup dibuatnya."Tu-tuan muda Max, apa yang anda ingin lakukan Ly
Lyra yang sedang bekerja didapur, beberapa kali melakukan kesalahan, dirinya tidak bisa fokus yang twrus saja mengingat apa yang terjadi dengannya bersama dengan Max.Lyra benar-benar tidak mengira jika Max, akan kembali mengulangi perbuatannya kepadanya, tetapi Lyra tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa menerimanya.Dirinya masih membutuhkan pekerjaan di kediaman ini, dan tidak mungkin melaporkan perbuatan keji yang dilakukan Max, kepada nyonya Clara, mengingat nyonya Clara pasti tidak akan mempercayai perkataannya, dan malah menuduhnya mencoba untuk mendekati putranya.Ayah dan ibu tirinya samlai saat ini masih saja terus memaksanya untuk mengirimkan uang bulanan kepada mereka, yang selama ini tidak pernah memperlakukan Lyra dengan baik, seperti layaknya seorang anak, tetapi Lyra tidak bisa melawan ayah dan ibu tirinya, dan memilih menuruti semua permintaan mereka."Lyra, apa yang aku lakukan di situ! Kenapa kau kembali melamun?" tanya Tutik, yang baru saja berjalan masuk ke dal
Lyra melangkah mundur, saat melihat uluran tangan Max yang ingin menyentuhnya."Sa-saya tidak apa-apa Tuan. Kalau begitu saya permisi ingin melanjutkan pekerjaan saya."Lyra sengaja menghindar karena tidak ingin Max, kembali menyentuhnya, yang mengingatkannya tentang malam panas mereka semalam. Lyra hanya ingin melupakannya, namun sepertinya Max tidak akan melepaskannya pergi dari hadapannya begitu saja."Tunggu Lyra. Kau mau ke mana?" cegah Max dengan menggenggam lengan Lyra dengan kuat, membuat langkah Lyra yang ingin keluar dari dapur seketika terhenti, dan menoleh ke arah Max yang saat ini menyunggingkan senyum licik di wajahnya.Seketika tubuh Lyra berdiri menegang, dengan ketakutan melihat senyuman yang ditunjukkan Max di depannya, mengingatkannya tentang senyum Max semalam, saat mendapatkan kepuasan darinya."Tuan Max, saya masih ingin melanjutkan pekerjaan saya, jika anda berkenan tolong lepaskan tangan saya, sebelum kepala pelayan datang menemukan saya yang tidak bekerja."Lyr
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay
Dengan tekad yang baru ditemukan, Max mulai bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Lyra. Dia melakukan segala pekerjaan suami yang dia bisa untuk membuat Lyra merasa dicintai dan dihargai. Setiap hari, dia memberikan perhatian maksimalnya untuk menjadi suami yang lebih baik.Setiap Max pulang dari bekerja, dia akan melakukan pekerjaan rumah untuk meringankan pekerjaan Lyra, berusaha untuk tidak membuat Lyra merasa terbebani.Lyra yang baru saja membersihkan tubuhnya setelah lelah seharian bekerja di cafe, keluar menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tengahnya meraih remote memutar siaran TV sembari menyandarkan punggungnya di sofa, mekirik sekilas Max yang saat ini berjalan menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya."Lyra, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatkanmu makan malam?" tanya Max dengan suara lembut, mencoba mengetahui keinginan istrinya. Max kemudian meletakkan cangkir kopi yang dia buat di depan Lyra, kemudian ikut mendudukan tubuhnya t
Max mengangkat sebelah bibirnya tersenyum mengejek di hadapan Jennifer, sembari menggelengkan kepalanya."Jangan pura-pura tidak tahu apa yang aku maksud jennifer. Aku sudah terlalu muak dengan kebohonganmu selama ini...." ucapnya tanpa ragu."Apa tujuanmu membohongiku selama ini, Jennifer? Bukankah selama ini aku menuruti semua keinginanmu, namun apa balasanmu?" tanya Max, suaranya terdengar tercekik oleh rasa kekecewaan. Matanya masih memandang Jennifer yang nampak terkejut dengan apa yang dia ungkapkan.Melihat Jennifer tidak mengatakan apapun, Max kembali membuka suaranya berusaha mengatakannya dengan jelas di hadapan Jennifer."Apakah kamu sangat puas telah membodohiku selama ini?" ucap Max dengan sorot tajam memandang Jennifer.Jennifer terdiam, wajahnya pucat dan tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana bisa?' pikirannya berkecamuk mendengar apa yang baru saja dikatakan Max kepadanya."Max, aku bisa jelaskan," ucapnya dengan nada gemetar. Namun, Max sudah terlalu banyak mendengar ala
Bagi Max, memilih menjauh dari Jennifer adalah salah satu cara untuk melindungi Lyra dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkannya.Sadar atau tidak, setiap keputusan yang dia buat selalu saja melukai Lyra. Untuk itu, kali ini Max berusaha keras untuk memperbaiki dirinya walaupun di satu sisi dirinya juga masih merasa terikat dengan hidup Jennifer.Max tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun untuk saat ini dirinya akan berusaha untuk memperbaiki segalanya, agar dapat mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra, walaupun itu mungkin akan menyakiti perasaan Jennifer wanita yang selama ini menemaninya.Setiap, Jennifer berusaha untuk mendekati Max, keinginan Jennifer selalu ditolaknya. Itu Max lakukan sebagai usaha agar dirinya dapat menjauhkan Jennifer dari kehidupannya.Seperti saat ini, mengetahui jika Max terus menolak panggilannya, Jennifer memilih untuk menemui Max, tanpa peduli jika Max mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Max menundukkan tatapannya, merasa bersalah