Max, yang baru saja menuruni anak tangga dengan pakaian rapi yang dia kenakan, segera melangkah keluar dari kediamannya menuju mobilnya yang sudsh terarkir dengan langkah lebarnya. Sore ini, Max kembali akan berkumpul bersama kedua sahabatnya, Diego dan Rio, yang beberapa saat lalu memintanya untuk datang dan bertemu bersama.
Namun tanpa sengaja langkah, Max, yang baru saja akan keluar tiba-tiba ditabrak oleh seseorang, yang seketika membuat Max tampak marah melihat orang yang sudah dengan sengaja menabraknya."Apa kau tidak menggunakan matamu saat berjalan! Kenapa kau sengaja menabrak-ku, jangan bilang kamu masih ingin berusaha untuk mendekatiku!" sergah, Max dengan marah, menatap tajam ke arah Tutik, yang saat ini sudah menundukkan wajahnya di depan, Max, Tutik sangat ketakutan mendengar perkataan tajam, yang baru saja dikatakan, Max kepadanya,Sebelumnya memang, Tutik bersalah karena telah berani merayu, Max, yang saat itu beristirahat di kamarnya, Tutik tidak memyangka Max, akan marah setelah mengetahui niatnya, dan.malah menghukumnya dengan sangat kejam. Max, ternyata seorang pria yang tidak mudah untuk dirayu, sehingga Tutik menyesali perbuatan yang telah dia lakukan kepada, Max."Maaf tuan, saya tidak sengaja!" ucap Tutik, yang masih menundukkan wajahnya di depan Max, dan masih takut untuk menatap ke arah Max, mengingat perbuatan lancangnya yang sudah berani menggoda majikannya"Minggir dari hadapanku! Dan jangan menghalangi langkahku!" ucap Max, yng tidak ingin mendengarkan penjelasan Tutik dan malah menendang kaki Tuti hingga membuat Tutik terjatuh ke lantai.Bruk!!!"Aww..!" Jerit Tutik yang terdengar sangat kesakitan saat dirinya terjatuh ke lantai, akibat tendang yang diberika, Max, kepadanya.Max sangat tidak suka, menatap ke arah Tutik, saat tiba-tiba saja dirinyab kembali mengingat perbuatan yang sudah dilakukan, Tutik, dengan lancang menggodanya, Max tidak bisa menahan amarahnya, dan melampiaskan dengan menendang kaki Tutik, sehingga membuat Tutik terjatuh, hingga membuat dahinya kembali membentur di lantai."Tuan, maafkan saya, saya memang lancang sebelumnya, sa-saya minta maaf!" ucap Tutik dengan gugup, yang mengetahui kesalahannya. Tutik memundukkan kepala dengan memandang ke arah sepatu yang dikenakan, Max, Tutik masih tidak berani untuk menatap wajah, Max, yangbterlihatbakan melenyapkannya dan memilih untuk memandang ke arah sepatu yang dikenakan, Max, di mana Max saat ini masih berdiri di depannya."Lain kali perhatikan langkahmu. Kamu tahu, jika kamu bekerja sebagai pelayan di sini! Dan jangan pernah berani untuk berpikir bisa mendekatiku!" Cerca Max, berdiri idepan Tutik yang terlihat meringis kesakitan, menahan nyeri yang dia rasakan.Lyra yang berdiri bersembunyi di balik pilar rumah, melihat semua apa yang dilakukan, Max kepada Tutik, Lyra tidak menyangka jika seandainya dirinya yang berada di posisi Tutik, dan mendapatkan tendangan seperti itu dari, Max, mungkin saja akan membuatnya tidak akan berani menunjukkan wajahnya di depan, Max.Saat Lyla masih berdiri dengan memandang ke arah Tutik, yang terbaring kesakitan, tergeletak di lantai didepan Max, tiba-tiba saja Lyra merasa punggungnya tersa dingin, yang membuatnya segera mengusap lengannya, dan saat Lyra bermaksud hendak berbalik untuk kembali ke dapur, tanpa sengaja Lyra bersitatap dengan mata tajam, Max, yang menatap lurus ke arahnya, seketika membuat Lyra berdiri dengan tubuh menegang, melihat tatapan yang diberikan, Max, kepadanya.Lyra tidak tahu jika, Max melihatnya yang saat ini masih bersembunyi, mengira jika tempatnya bersembunyi sangatlah aman dan tidak mungkin untuk seseorang dapat melihatnya, Lyra tidak mengira jika Max, ternyata bisa menemukan dirinya yang sedang bersembunyi.Tidak ingin bersitatap dengan, Max lebih lama, Lyra kemudian hanya menundukkan wajahnya dan berbalik berjalan kembali ke dapur mengabaikan seringai licik Yang terukir jelas di bibir, Max, saat menatapnyaMax, kemudian mengalihkan tatapannya dari Lyra yang berdiri bersembunyi, dan kembali memberi tatapan tajam ke arah Tutil yang masih menangis tergugu di lantai tepat di depannya."Ingat, lain kali jika kau masih dengan lancang berani menggodaku, akan aku pastikan kau akan menyesalinya," ucap Max memberi peringatan kepada Tutik, yang masih tergeletak dilantai, membuat Tutik bergetar hebat mendengar peringatan yang dikatakan Max padanya."Iya Tuan, sekali lagi saya minta maaf! Saya janji tidak akan bersikap lancan kepada anda," ucap Tutik seraya menganggukkan kepalaz seolah menunjukkan kepada Max Jika dia memang benar tidak akan berani untuk merayu, Max lagi ke depannya.Tutik merutuki kebodohannya karena telah lancang dan demgan beraninya menggoda, Max, yang tidak pernah dia sangka akan mendapat hukuman sekejam ini dari, Max.Max, ternyata memiliki sifat yang berbeda dengan Tuan Anthony yang begitu baik kepada para pelayan, berbeda dengan sikap Max, yang terlihat jauh berbeda dengan sikap ramah Tuan Antoni, Membuat Tutik kembalibberpikir untuk mendekati, Max.Setelah memberi peringatan kepada Tutik, Max, kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju mobilnya, untuk segera bertemu dengan kedua sahabatnya."Astaga... Tutik, apa yang terkadi dengan kepalamu! Kenapa kepalamu bisa kembali terluka?" tanya Lyra dan pelayan lainnya yang melihat Tutik berjalan masuk ke arah dapur, dan segera menghampiri Tutik untuk membantunya membersihkan luka yang terlihat mengeluarkan darah."Lyra!... Apa yang kau lakukan di situ, cepat bantu aku dengan mengambil obat, kau harus segera mengobati lukaku, Dasar bodoh!" Teriak Tutik, dengan marah saat melihat jika Lyra hanya berdiri diam dan melihatnya yang saat ini merasakan sakit di keningnya, tanpa bergerak untuk datang membantunya. Luka akibat benturan kuat saat dirinya terjatuh akibat tendangan yang diberikan oleh Max kepadanya"Baik, sebentar saya akan mengambilkannya," Lyra segera berdiri untuk mengambil kotak obat yang ada didapur untuk segera membantu mengobati luka yang ada di kening Tutik."Kenapa Kau lambat sekali, Lyra! Apa kau senang melihatku merasa kesakitan. Kamu memang benar sangat jahat, aku harap kau kelak juga akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini!" ucap Tutik dengan marah, menyumpahi Lyra yang duduk didepannya, seketika membuat Lyra yang hendak membersihkan luka yang ada di kening Tutik, terhenti dan menatap diam ke arah Tutik.Lyra bergidik ngeri memikirkan apa yang baru saja dikatakan Tutik, jika memang benar apa yang dikatakan Tutik kelak terjadi kepadanya, Lyra tidak bisa membayangkan seperti apa dirinya saat mendapatkan tendangan seperti apa ya diberikan, Max, kepada Tutik."Kenapa kau hanya diam saja, Lyra, dan bukannya cepat kau datang mengobati Lukaku! Jangan hanya melamun di situ, Dasar idiot!" serga Tutik, Saat melihat Lyra termenung dengan menatap ke arahnya.Mendapati teguran yang diberikan oleh Tutik kepadanya, Lyra kemudian tersadar dari lamunannya dan segera kembali melanjutkan dengan menjulurkan tangannya untuk mengobati luka yang ada di kening Tutik."Pelan-pelan bodoh! Apa kau sengaja ingin melihatku kesakitan," ucap Tutik dengan marah, sembari menepis kasar tangan Lyra, yang hendak membantunya membuat Lyra kesakitan dibuatnya."Tutik, Kenapa kau menepis kasar tanganku, jika kau tidak ingin aku membanru mengobatimu, maka baiklah, aku akan menyuruh pelayan yang lain untuk datang dan membantumu mengobati lukamu," Lyrakemudian berdiribdari duduknya, dan meninggalkan Tutik yang masih menatapnya dengan benci, Lyra tidak ingin duduk lebih lama dengan Tutik, yang Lyra tau jika Tutik akan semakin menyakitinya, jika dia masih berada di dekat Tutik."Cepat kau panggil pelayan, yang lain untuk datang mengobatiku! Aku tidak ingin jika kau yang mengobatiku yang mungkin saja kau akan membuat lukaku semakin terasa sakit," ucap Tutik memerintahkan Lyra, yang kemudian segera Lyra kerjakan, Lyra juga tidak ingin jika dia yang harus membersihkan luka Tutik yang mungkin akan menjadi tempat Tutik melampiaskan kemarahan Tutik."Max, apa semalam kau baik-baik saja?" tanya Rio, yang memberikan pertanyaan kepda Max, saat melihat Max melangkah masuk kedalam ruangan dimana mereka membuat janji sore ini.Namun Max tidak mengatakan apapun dan hanya melirik ke arah Diego, yang saat ini duduk dengan menikmati minuman yang ada di tangannya."Max, kenapa kau menatapku seperti itu? Maaf, semalam aku tidak bisa mengantarmu untuk kembali ke kamarmu, aku juga harus segera kembali ke apartemenku, apa lagi hari yang sudah sangat larut," jelas Diego, memberikan alasan kepada, Max, jika dirinya tidak bisa mengantar Max hingga ke kamarnya.Di ruangan Bar yang mereka bertiga tempati saat ini, terasa begitu sepi setelah mendengar cerita yang baru saja diceritakan oleh, Max kepada mereka berdua. Bagaimana tidak, Max menceritakan bagaimana dirinya yang saat itu dalam keadaan mabuk memaksa, Lyra untuk melayaninya, dimana malam itu, Max sama sekali tidak mempedulikan ringisan kesakitan serta tangisan yang di tunjukkan Lyra, saat memohon untuk, Max melepaskannya. Kedua Sahabatnya itu tidak menduga jika sesuatu hal buruk terjadi pada malam dimana mereka bertiga telah mengadakan acara pertemuan dengan sengaja membuat diri mereka mabuk, yang akhirnya berakhir dengan berakibat buruk kepada seseorang yang harus mengalami mimpi buruk seumur hidupnya. "Bagaimana dengan pelayan itu, Max? Apa dia datang dan meminta pertanggung jawaban kepadamu? Jika belum, seharusnya dia melakukan itu mengingat karena kau telah melecehkannya," Diego terlihat mengutarakan pemikirannya yang seharusnya pelayan yang dilecehkan oleh Max, datang dan memint
"Max, bagaimana dengan kekasihmu, Jenifer. Apa kau mengatakan kepadanya jika kau telah melecehkan seorang pelayan di kediaman orang tuamu?" tanya Rio yang kembali mengalihkan pembicaraan mereka, mengangkat wajahnya menatap tanya ke arah, Max, yang nampak terdiam mendengar apa yang baru saja dia katakan. "Rio, apa kau bodoh! Bagaimana mungkin aku mengatakan itu kepada Jenifer, itu sama saja akan membuatnya marah dan datang menyusulku kenegara inj. Kamu tahu benar, jika kedua orang tuaku sempat bertengkar karena Jenifer. Ayahku tidak menyukai Jenifer, tetapi berbeda dengan ibuku yang malah menyukainya." Max kembali mengingat saat Ayahnya menyuruhnya untuk melarang Jenifer datang di kediamannya, itu jelas membuat Max, sempat merasa bingung, pasalnya Jenifer adalah kekasihnya wanita yang sangat berjasa dalam hidup, Max, sehingga tidak mungkin jika Max meninggalkan Jeifer begitu saja. "Maaf Max, aku mengira mungkin kau akan mengatakan semuanya kepada Jenifer, mengingat kamu sangat mencin
"Diam! Bersikap baiklah jika kau ingin aku melepaskanmu!" Bisik Max, di telinga Lyra, seketika membuat Lyra beegidik menegang dibuatnya. Lyra tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh Max kepadanya, tetapi melihat jika tubuh Max, dirasa begitu rapat dengannya, membuat Lyra sepertinya tahu jikadirinya akan berakhir seperti malam sebelumnya. "Tuan, tolong lepaskan saya, jangan seerti ini Tuan, jangan sampai ada orang yang melihat tuan dan saya berdua seerti ini, saya bisa dipecat, Tuan," pinta Lyra, dengan memohon. Namun tubuh Max yang menegang mengabaikan permohonan serta perlawanan Lyra yang memberontak dari kungkungannya, Max yang begitu kuat memeluk Lyra dan sibuk mencumbui Lyra, membuat Lyra tidak dapat berbuat banyak. "Makanya aku meminta kepadamu untuk diam, jika kau tidak ingin membuat semua orang datang dan melihat apa yang sedang kita perbuat saat ini. Apa kau pikir mereka akan mempercayai jika aku yang mendekatimu, mereka semua akan menuduh jika kau yang telah lebih dulu men
Melihat kebingungan diwajah Lyra, Max segera membuka seluruh pakainnya didepan Lyra, seketika membuat Lyra membulatkan matanya dengan mulut terbuka, Lyra kemudian menutupi matanya menggunakan telapak tangannya, dan segera berbalik badan merasa malu dengan apa yang dilihatnya. Arghhh!!'Bagaimana mungkin tuan muda Max, berani melakukan itu di depanku, apa yang dia pikirkan saat ini atau jangan-jangan.... Apa tuan Muda Max, baik-baik saja.'Lyra berpikir jika Tuan muda Max, mungkin mengalami suatu masalah sehingga membuatnya bersikap seperti ini didepannya.Max, terkekeh melihat sikap menghindar yang ditunjukkan Lyra di depannya, saat ini dimatanya Lyra terlihat begitu menggemaskan dengan wajah malu tidak ingin menatapnya.Namun Max tidak tinggal diam, dengan pelan dia melangkahkan kakinya berjalan dengan bertelanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya, mendekat ke arah Lyra yang semakin membuat tubuh Lyra memjadi gugup dibuatnya."Tu-tuan muda Max, apa yang anda ingin lakukan Ly
Lyra yang sedang bekerja didapur, beberapa kali melakukan kesalahan, dirinya tidak bisa fokus yang twrus saja mengingat apa yang terjadi dengannya bersama dengan Max.Lyra benar-benar tidak mengira jika Max, akan kembali mengulangi perbuatannya kepadanya, tetapi Lyra tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa menerimanya.Dirinya masih membutuhkan pekerjaan di kediaman ini, dan tidak mungkin melaporkan perbuatan keji yang dilakukan Max, kepada nyonya Clara, mengingat nyonya Clara pasti tidak akan mempercayai perkataannya, dan malah menuduhnya mencoba untuk mendekati putranya.Ayah dan ibu tirinya samlai saat ini masih saja terus memaksanya untuk mengirimkan uang bulanan kepada mereka, yang selama ini tidak pernah memperlakukan Lyra dengan baik, seperti layaknya seorang anak, tetapi Lyra tidak bisa melawan ayah dan ibu tirinya, dan memilih menuruti semua permintaan mereka."Lyra, apa yang aku lakukan di situ! Kenapa kau kembali melamun?" tanya Tutik, yang baru saja berjalan masuk ke dal
Lyra melangkah mundur, saat melihat uluran tangan Max yang ingin menyentuhnya."Sa-saya tidak apa-apa Tuan. Kalau begitu saya permisi ingin melanjutkan pekerjaan saya."Lyra sengaja menghindar karena tidak ingin Max, kembali menyentuhnya, yang mengingatkannya tentang malam panas mereka semalam. Lyra hanya ingin melupakannya, namun sepertinya Max tidak akan melepaskannya pergi dari hadapannya begitu saja."Tunggu Lyra. Kau mau ke mana?" cegah Max dengan menggenggam lengan Lyra dengan kuat, membuat langkah Lyra yang ingin keluar dari dapur seketika terhenti, dan menoleh ke arah Max yang saat ini menyunggingkan senyum licik di wajahnya.Seketika tubuh Lyra berdiri menegang, dengan ketakutan melihat senyuman yang ditunjukkan Max di depannya, mengingatkannya tentang senyum Max semalam, saat mendapatkan kepuasan darinya."Tuan Max, saya masih ingin melanjutkan pekerjaan saya, jika anda berkenan tolong lepaskan tangan saya, sebelum kepala pelayan datang menemukan saya yang tidak bekerja."Lyr
Lyra yang menundukkan wajahnya saat harus bersitatap dengan mata Tuan Antoni, yang saat ini menandangnya bergantian dengan Max, yang duduk sebelahnya.Lyra tidak menyangka jika apa yang dilakukn Max kepadanya, akhirnya diketahui Tuan Anthony dan membuatnya saat ini harus mendapatkan sidang bersama dengan Max, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Siapa yang akan lebih dulu berbicara untuk menjelaskannya kepadaku?" Tuan Antoni membuka suara, sembari menatap ke arah Max dan juga Lyra bergantian.Tuan Antoni menatap ke arah putranya dan juga pelayan yang dia ketahui bernama Lyra, setelah melihat apa yang dilakukan sang putra membuat Tuan Antoni benar-benar merasa marah, tetapi dirinya tidak bisa ke gabah mengambil sikap begitu saja, memilih mendengarkan penjelasan dari Lyra maupun dari Max.Tuhan Antoni kemudian melirik ke arah sang Putra yang sedari tadi diam mengacuhkannya, seolah tidak takut dengan ancaman yang akan dia berikan padanya"Lihat Ayah, Max. Apa kau mendengar apa yang b
"Lyra, selesaikan semua masakan ini! Jangan mentang-mentang kamu berhasil menipu Tuan Muda Max, sehingga kau bisa lepas dari tanggung jawabmu!" Tutik berkata dengan marah saat memerinta Mia, mengetahui jika Tuan Muda Max akan menikah dengan Lyra yang membuatnya merasa cemburu.Tutik tidak menyangka jika Lyra benar berhasil membuat Max yang selama ini berusaha untuk dia dekati qkan menikahi Lyra.'sial! kenapa wanita cacat ini begitu beruntung menikahi Tuan Max.'"Baik Tutik," tanpa mengatakan apapun Lyra segera mengambil pekerjaan yang ditugaskan Tutik kepadanya untuk segera menyiapkan makanan siang anggota keluarga yang tinggal di kediaman ini.Lyra juga mendapatakan tatapan tidak suka dari pelayan lainnya saat mereka mendengar kabar Tuan Muda Max akan menikah dengannya, yang diumumkan langsung oleh Tuan Antoni dengan alasan dia tidak ingin jika kelak akan ada gosip saat melihat kedekatannya bersama dengan Tuan Muda Max, menjadi perbicangan semua orwng yang tinggal dikediaman ini.Mel
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay
Dengan tekad yang baru ditemukan, Max mulai bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Lyra. Dia melakukan segala pekerjaan suami yang dia bisa untuk membuat Lyra merasa dicintai dan dihargai. Setiap hari, dia memberikan perhatian maksimalnya untuk menjadi suami yang lebih baik.Setiap Max pulang dari bekerja, dia akan melakukan pekerjaan rumah untuk meringankan pekerjaan Lyra, berusaha untuk tidak membuat Lyra merasa terbebani.Lyra yang baru saja membersihkan tubuhnya setelah lelah seharian bekerja di cafe, keluar menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tengahnya meraih remote memutar siaran TV sembari menyandarkan punggungnya di sofa, mekirik sekilas Max yang saat ini berjalan menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya."Lyra, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatkanmu makan malam?" tanya Max dengan suara lembut, mencoba mengetahui keinginan istrinya. Max kemudian meletakkan cangkir kopi yang dia buat di depan Lyra, kemudian ikut mendudukan tubuhnya t
Max mengangkat sebelah bibirnya tersenyum mengejek di hadapan Jennifer, sembari menggelengkan kepalanya."Jangan pura-pura tidak tahu apa yang aku maksud jennifer. Aku sudah terlalu muak dengan kebohonganmu selama ini...." ucapnya tanpa ragu."Apa tujuanmu membohongiku selama ini, Jennifer? Bukankah selama ini aku menuruti semua keinginanmu, namun apa balasanmu?" tanya Max, suaranya terdengar tercekik oleh rasa kekecewaan. Matanya masih memandang Jennifer yang nampak terkejut dengan apa yang dia ungkapkan.Melihat Jennifer tidak mengatakan apapun, Max kembali membuka suaranya berusaha mengatakannya dengan jelas di hadapan Jennifer."Apakah kamu sangat puas telah membodohiku selama ini?" ucap Max dengan sorot tajam memandang Jennifer.Jennifer terdiam, wajahnya pucat dan tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana bisa?' pikirannya berkecamuk mendengar apa yang baru saja dikatakan Max kepadanya."Max, aku bisa jelaskan," ucapnya dengan nada gemetar. Namun, Max sudah terlalu banyak mendengar ala
Bagi Max, memilih menjauh dari Jennifer adalah salah satu cara untuk melindungi Lyra dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkannya.Sadar atau tidak, setiap keputusan yang dia buat selalu saja melukai Lyra. Untuk itu, kali ini Max berusaha keras untuk memperbaiki dirinya walaupun di satu sisi dirinya juga masih merasa terikat dengan hidup Jennifer.Max tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun untuk saat ini dirinya akan berusaha untuk memperbaiki segalanya, agar dapat mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra, walaupun itu mungkin akan menyakiti perasaan Jennifer wanita yang selama ini menemaninya.Setiap, Jennifer berusaha untuk mendekati Max, keinginan Jennifer selalu ditolaknya. Itu Max lakukan sebagai usaha agar dirinya dapat menjauhkan Jennifer dari kehidupannya.Seperti saat ini, mengetahui jika Max terus menolak panggilannya, Jennifer memilih untuk menemui Max, tanpa peduli jika Max mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Max menundukkan tatapannya, merasa bersalah