"Permisi nyonya, ini bubur yang anda perintahkan," Lyra yng beridir dengan gugup berharap, Tuan Muda Max tidk akan mengenalinya, saat bertemu dengannya.
Lyra benar-benar tidak tau apa yang harus dia lakjukan untuk menghindari pertemuannya dengan Tuan Muda Max, yang Lyra takutkan akan mengenalinya sebagai wanita yang tidrur dengannya semalam, begitu melihatnya berdiri didelannya."Masuklah," ucap Nona Clara, yang terdengar dari dalam kamar Tuan Muda Mas, memerintahkan Lyra untuk berjalan memasuki kamar sang Tuan Muda.Dengan menahan rasa gugup yang saat ini dirasakannya, Lyra kemudian membuka pintu kamar Tuan Muda Max, dan berjalan masuk dengan nampan yang berisi bubur hangat di tangannya, yang dapat terlihat jelas jika saat ini Lyra sangat ketakutan.Ceklek!Dengan menundukkan kepalanya, Lyra kemudian berjalan menghampiri Nyonya Clara yang terlihat sedang mendudukkan dirinya di samping putranya, yang terlihat menatap ke arahnya.Deg!!Seketika Lyra membuang muka dan menunduk dalam untuk menghindari tatapan Max, yang saat ini mengerutkan dahi menatap ke arahnya."Letakkan saja di meja," titah Nyonya Clara, yang memerintahkan Lyra. Segera Lyra menganggukinya dan meletakkan bubur yang dia bawa, kemeja samping tempat tidur, Max.Melihat pelayan yang dipertintahkannya, sudah datang membawakan bubur untuk putranya, Nyonya Clara tidak lagi memperhatikan Lyra dan hanya menatap lurus ke arah putranya, yang terlihat mengerutkan dahi melirik ke arah pelayan, yang sedang meletakkan nampan bubur diatas meja, yang ditatap, Max begitu dalam.Saat Lyra hendak berbalik pergi untuk meninggalkan kamar Max, suara panggilan dari arah belakan menghentikan langkah kaki, Lyra."Kamu. Berbalik kesini."Deg!Lyra begitu terkejut mendengar suara yng memanggilanya, dengan perasaan gugup dan tubuh yang bergetar hebat, Lyra memberanikan dirinya untuk berbalik menatap ke arah Nyonya Clara, yang sedang memanggilnya."Kamu mau ke mana?" tanya Nyonya Clara dengan tatapan meminta Lyra menjawab pertanyaannya."Sa"saya mau keluar Nyonya, saya sudah meletakkan bubur yang anda minta di atas meja," ucap Lira dengan menunduk dalam mencoba untuk menghindar dari tatapan, Max, yang masih menatapnya dengan penuh selidik.Nyonya Clara ngangguk mendengar apa yang dikatakan Lyra, yang berdiri di depannya dan kemudian mengangkat tangannya menujuk ke arah bubur, yang beberapa saat lalu diantara oleh Tutik kedalam kamar putranya."Kalau begitu kamu bawa sekalian bubur yang diantar oleh Tutik untuk kau buang di dapur, lain kali perintahkan kepala pelayan untuk melarang Tutik mengantarkan makanan ke kamar Tuan Muda," titah Nyonya Clara, yang segera diangguki oleh Lyra, dan perjalanan mendekat untuk mengambil bubur yang diantara oleh Tutik beberapa saat yang lalu, kemudian meletakkannya di atas nampan, sebelum Lyra kembali berbalik untuk keluar dari kamar, Max."Tunggu dan diam di situ!!" teriak Max, yang seketika membuat Lyra berdiri dengan kaku, memgeplkan tangan, terkejut dengan suara yang bertetiak memanggilnya dari arah belakang.Lyra tidak menyangka jika Max akan begitu cepat mengenalinya, Lyra kemudian memejamkan matanya sesaat dengan mengepalkan telapak tangannya,.mencoba menghilangkan kegugupannya agar tidak dilihat oleh, Max.Sedangkan Max yang melihat ke arah Lyra dengan penuh selidik, memintanya untuk berbalik menatap ke arahnya."Berbaliklah, aku ingin melihatmu," perintah Max, yang membuat Lira seketika menjadi takut.Lyra tidak tahu alasan apa yang harus diberikan saat ini, agar bisa segera keluar dari kamar, Max, tapi nyonya Clara juga berada di kamar Max, yang tidak mungkin Lyra menunjukkan sikap tidak hormatnya kepada Max, dengan mengacuhkan perintahnya.Dengan membuang nafas kasar, Lyra kemudian mencoba untuk bersikap biasa saja dan berbalik menoleh, menatap ke arah, Max, yang saat ini menyandarkan tubuhnya di punggung kepala tempat tidur dengan tatapan mata yang menusuk melihtanya."Kamu. Siapa namamu?" tanya Max kembali penasaran ingin menngetahui nama pelayan yang menunduk didepannya. .Lyra kemudian menyebutkan namanya dengan gugup, tetapi masih berusaha menyembunyikan wajahnya, dengan menatap ke arah lantai kamar, max."Sa-saya Lyra, Tuan Muda," Lira menyebut namanya, berharap setelahnya, Max akan melepaskannya setelah mengetahui namanya.Namun Max masih menatap Lyra dengan diam, seolah mencoba mengingat jika Lyra adalah wanita yang semalam tidur dengannya.Max benar-benar samar mengingat wajah wanita yang semalam tidur dengannya, kecuali mengingat jika wanita yang semalam tidur dengannya memiliki sebuah tanda lahir berwarna coklat di atas payudaranya,.yang seketika membuat mata, Max, tertuju kepada dada Lyra, seolah, Max, ingin membukanya dan membuktikan jika Lyra memang adalah wanita yang semalam tidur dengannya."Max, Ada apa? Kenapa kau memanggil pelayan itu?" tanya nyonya Clara, yang bingung melihat putranya menanyakan nama seorang pelayan yang bekerja di kediamannya.Nryonya Clara, melirik ke arah Lyra dengan tatapan tidak suka, menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki penampilan Lyra, yang terlihat tidak pantas jika putranya menaruh perasaan kepadanya."Keluarlah, dan segera buang bubur yang ada di tanganmu!" titah Nyonya Clara, meminta Lyra untuk segera keluar dari kamar putranya.Nyonya Clara tidak ingin melihat jika putranya menaruh hati kepada seorang pelayan, yang mungkin akan merusak reputasi keluarganya jika Max menyukainya.Nyonya Clara sangat menjunjung tinggi reputasinya dan akan memilih seorang menantu dari keluarga yang setara dengannya, jelas pelayan seperti Lyra tidak pantas untuk bersanding dengan putranya."Max, kenapa kau menata pelayan itu begitu lama. Jangan pernah berpikiran yang akan membuat ibu memecatnya," ucap Nyonya Clata penuh peringatan, saat melihat Lyra telah keluar dari kamar putranya."Mom.. apa yang Mom katakan, aku hanya ingin mengetahui namanya, dia pelayan yang bekerja di kediaman ini jadi sudah sewajarnya jika aku mengetahui nama pelayan yang ada di sini, jangan sampai aku kembali mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari pelayan-mu, Mom."Max, terdengar menyinggung pelayan yang Tutik, yang mengantarkan bubur ke kamarnya, dan bertindak tidak sopan kepadanya, membuat Max sangat marah saat memikirkannya.Nyonya Clara tidak lagi mengatakan apapun dan mengerti dengan apa yang dikatakan putranya, ini juga kesalahannya karena membuat Tutik, bertingkah tidak pantas kepada putranya.Nyonyak Clara juga tidak bisa memecat Tutik, mengingat Tutik adalah putri dari pengasuh yang pernah mengasuh suaminya sejak kecil, sehingga Nyonya Clara tidak bisa melakukanny walau Tutik sudah bertingkah tidak sopan kepada putranya."Baiklah Max. Maafkan mom, lain kali jika kau menginginkan sesuatu. mom tidak akan meminta pelayan yang bernama Tutik Untuk mengantarkan makanan ke kamarmu, Mom mengakui kesalahan dan berharap jika kamu mau memaafkan, Mom."Nyonya Clara kemudian mengambil bubur yang diletakkan oleh Lyra dan bermaksud untuk menyuapi, Max. Namun segera dibalas gelengan oleh Max, yang segera merebut mangkuk bubur yang ada di tangan Nyonya Clara."Mom, biar aku memakannya sendiri, lagi pula aku bukan anak kecil lagi Mom, aku bisa memakannya sendiri," ucap Max, kemudian segera merebut mangkuk bubur yang ada di tangan Ibunya, dan segera menghabiskan semua isi bubur di depan ibunya.Nyonya Clara tidak menyangka jika putranya bisa memakan bubur putih, yang Nyonya Clara tahu jika, Max juga memiliki kebiasaan yang sama seperti dirinya, yang tidak menyukai makanan yang begitu lunak, maka ketika Nyonya Clara melihat Max menghabiskan bubur putih yang dia makan membuat Nyonya Clara hanya menggeleng dengan tersenyum ke arah putranya."Max, Mom tidak menyangka jika kebiasaanmu yang juga tidak menyukai makanan lunak seperti Mom, ternyata bisa menghabiskan semangkuk bubur putih hingga bersih, seperti yang ada di tanganmu," tunjuknya ke arah mangkuk bubur yang telah dihabiskan, Max, tanpa menyisakan sedikitpun.Max seketika terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, dan melirik ke arah mangkuk bubur yang ada di tangannya."Mom, siapa yang membuat bubur ini? Bubur ini sangat enak, aku tidak menyangkan memakan dan malah menghabiskan semuanya," ucap Max, menatap tanya ke arah ibunya."Sepertinya pelayan yang baru saja mengantarkan bubu untukmu, dialah yang memasak makanan yang baru saja kau habiskan, jika kau menyukai masakannya, Mom akan memintanya untuk memaksakanmu makanan setiap harinya," usul Nyonya Clara, yang segera dibalas anggukan oleh Max, dan meletakkan kembali mangkuk bubur yang sudah habis kembaki ke atas meja."Iya Mom, suruh pelayan wanita itu untuk membuatkanku makanan setiap harinya, dan jangan pernah meminta pelayan yang satunya untuk membuatkanku makanan. Aku benar-benar merasa jijik kepadanya, Mom," pinta Max,dengan suara yang masih menahan amarah saat mengingat Apa yang dilakukan Tutik di kamarnya."Baiklah, Berhentilah untuk memikirkan pelayan yang sudah bersikap lancang di kamarmu. Beristirahatlah, Mom akan keluar meminta kepada Lyra, mulai saat ini membuatkan-mu makan yang kau inginkan."Max, yang baru saja menuruni anak tangga dengan pakaian rapi yang dia kenakan, segera melangkah keluar dari kediamannya menuju mobilnya yang sudsh terarkir dengan langkah lebarnya. Sore ini, Max kembali akan berkumpul bersama kedua sahabatnya, Diego dan Rio, yang beberapa saat lalu memintanya untuk datang dan bertemu bersama. Namun tanpa sengaja langkah, Max, yang baru saja akan keluar tiba-tiba ditabrak oleh seseorang, yang seketika membuat Max tampak marah melihat orang yang sudah dengan sengaja menabraknya. "Apa kau tidak menggunakan matamu saat berjalan! Kenapa kau sengaja menabrak-ku, jangan bilang kamu masih ingin berusaha untuk mendekatiku!" sergah, Max dengan marah, menatap tajam ke arah Tutik, yang saat ini sudah menundukkan wajahnya di depan, Max, Tutik sangat ketakutan mendengar perkataan tajam, yang baru saja dikatakan, Max kepadanya, Sebelumnya memang, Tutik bersalah karena telah berani merayu, Max, yang saat itu beristirahat di kamarnya, Tutik tidak memyangka Max, akan
Di ruangan Bar yang mereka bertiga tempati saat ini, terasa begitu sepi setelah mendengar cerita yang baru saja diceritakan oleh, Max kepada mereka berdua. Bagaimana tidak, Max menceritakan bagaimana dirinya yang saat itu dalam keadaan mabuk memaksa, Lyra untuk melayaninya, dimana malam itu, Max sama sekali tidak mempedulikan ringisan kesakitan serta tangisan yang di tunjukkan Lyra, saat memohon untuk, Max melepaskannya. Kedua Sahabatnya itu tidak menduga jika sesuatu hal buruk terjadi pada malam dimana mereka bertiga telah mengadakan acara pertemuan dengan sengaja membuat diri mereka mabuk, yang akhirnya berakhir dengan berakibat buruk kepada seseorang yang harus mengalami mimpi buruk seumur hidupnya. "Bagaimana dengan pelayan itu, Max? Apa dia datang dan meminta pertanggung jawaban kepadamu? Jika belum, seharusnya dia melakukan itu mengingat karena kau telah melecehkannya," Diego terlihat mengutarakan pemikirannya yang seharusnya pelayan yang dilecehkan oleh Max, datang dan memint
"Max, bagaimana dengan kekasihmu, Jenifer. Apa kau mengatakan kepadanya jika kau telah melecehkan seorang pelayan di kediaman orang tuamu?" tanya Rio yang kembali mengalihkan pembicaraan mereka, mengangkat wajahnya menatap tanya ke arah, Max, yang nampak terdiam mendengar apa yang baru saja dia katakan. "Rio, apa kau bodoh! Bagaimana mungkin aku mengatakan itu kepada Jenifer, itu sama saja akan membuatnya marah dan datang menyusulku kenegara inj. Kamu tahu benar, jika kedua orang tuaku sempat bertengkar karena Jenifer. Ayahku tidak menyukai Jenifer, tetapi berbeda dengan ibuku yang malah menyukainya." Max kembali mengingat saat Ayahnya menyuruhnya untuk melarang Jenifer datang di kediamannya, itu jelas membuat Max, sempat merasa bingung, pasalnya Jenifer adalah kekasihnya wanita yang sangat berjasa dalam hidup, Max, sehingga tidak mungkin jika Max meninggalkan Jeifer begitu saja. "Maaf Max, aku mengira mungkin kau akan mengatakan semuanya kepada Jenifer, mengingat kamu sangat mencin
"Diam! Bersikap baiklah jika kau ingin aku melepaskanmu!" Bisik Max, di telinga Lyra, seketika membuat Lyra beegidik menegang dibuatnya. Lyra tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh Max kepadanya, tetapi melihat jika tubuh Max, dirasa begitu rapat dengannya, membuat Lyra sepertinya tahu jikadirinya akan berakhir seperti malam sebelumnya. "Tuan, tolong lepaskan saya, jangan seerti ini Tuan, jangan sampai ada orang yang melihat tuan dan saya berdua seerti ini, saya bisa dipecat, Tuan," pinta Lyra, dengan memohon. Namun tubuh Max yang menegang mengabaikan permohonan serta perlawanan Lyra yang memberontak dari kungkungannya, Max yang begitu kuat memeluk Lyra dan sibuk mencumbui Lyra, membuat Lyra tidak dapat berbuat banyak. "Makanya aku meminta kepadamu untuk diam, jika kau tidak ingin membuat semua orang datang dan melihat apa yang sedang kita perbuat saat ini. Apa kau pikir mereka akan mempercayai jika aku yang mendekatimu, mereka semua akan menuduh jika kau yang telah lebih dulu men
Melihat kebingungan diwajah Lyra, Max segera membuka seluruh pakainnya didepan Lyra, seketika membuat Lyra membulatkan matanya dengan mulut terbuka, Lyra kemudian menutupi matanya menggunakan telapak tangannya, dan segera berbalik badan merasa malu dengan apa yang dilihatnya. Arghhh!!'Bagaimana mungkin tuan muda Max, berani melakukan itu di depanku, apa yang dia pikirkan saat ini atau jangan-jangan.... Apa tuan Muda Max, baik-baik saja.'Lyra berpikir jika Tuan muda Max, mungkin mengalami suatu masalah sehingga membuatnya bersikap seperti ini didepannya.Max, terkekeh melihat sikap menghindar yang ditunjukkan Lyra di depannya, saat ini dimatanya Lyra terlihat begitu menggemaskan dengan wajah malu tidak ingin menatapnya.Namun Max tidak tinggal diam, dengan pelan dia melangkahkan kakinya berjalan dengan bertelanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya, mendekat ke arah Lyra yang semakin membuat tubuh Lyra memjadi gugup dibuatnya."Tu-tuan muda Max, apa yang anda ingin lakukan Ly
Lyra yang sedang bekerja didapur, beberapa kali melakukan kesalahan, dirinya tidak bisa fokus yang twrus saja mengingat apa yang terjadi dengannya bersama dengan Max.Lyra benar-benar tidak mengira jika Max, akan kembali mengulangi perbuatannya kepadanya, tetapi Lyra tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa menerimanya.Dirinya masih membutuhkan pekerjaan di kediaman ini, dan tidak mungkin melaporkan perbuatan keji yang dilakukan Max, kepada nyonya Clara, mengingat nyonya Clara pasti tidak akan mempercayai perkataannya, dan malah menuduhnya mencoba untuk mendekati putranya.Ayah dan ibu tirinya samlai saat ini masih saja terus memaksanya untuk mengirimkan uang bulanan kepada mereka, yang selama ini tidak pernah memperlakukan Lyra dengan baik, seperti layaknya seorang anak, tetapi Lyra tidak bisa melawan ayah dan ibu tirinya, dan memilih menuruti semua permintaan mereka."Lyra, apa yang aku lakukan di situ! Kenapa kau kembali melamun?" tanya Tutik, yang baru saja berjalan masuk ke dal
Lyra melangkah mundur, saat melihat uluran tangan Max yang ingin menyentuhnya."Sa-saya tidak apa-apa Tuan. Kalau begitu saya permisi ingin melanjutkan pekerjaan saya."Lyra sengaja menghindar karena tidak ingin Max, kembali menyentuhnya, yang mengingatkannya tentang malam panas mereka semalam. Lyra hanya ingin melupakannya, namun sepertinya Max tidak akan melepaskannya pergi dari hadapannya begitu saja."Tunggu Lyra. Kau mau ke mana?" cegah Max dengan menggenggam lengan Lyra dengan kuat, membuat langkah Lyra yang ingin keluar dari dapur seketika terhenti, dan menoleh ke arah Max yang saat ini menyunggingkan senyum licik di wajahnya.Seketika tubuh Lyra berdiri menegang, dengan ketakutan melihat senyuman yang ditunjukkan Max di depannya, mengingatkannya tentang senyum Max semalam, saat mendapatkan kepuasan darinya."Tuan Max, saya masih ingin melanjutkan pekerjaan saya, jika anda berkenan tolong lepaskan tangan saya, sebelum kepala pelayan datang menemukan saya yang tidak bekerja."Lyr
Lyra yang menundukkan wajahnya saat harus bersitatap dengan mata Tuan Antoni, yang saat ini menandangnya bergantian dengan Max, yang duduk sebelahnya.Lyra tidak menyangka jika apa yang dilakukn Max kepadanya, akhirnya diketahui Tuan Anthony dan membuatnya saat ini harus mendapatkan sidang bersama dengan Max, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Siapa yang akan lebih dulu berbicara untuk menjelaskannya kepadaku?" Tuan Antoni membuka suara, sembari menatap ke arah Max dan juga Lyra bergantian.Tuan Antoni menatap ke arah putranya dan juga pelayan yang dia ketahui bernama Lyra, setelah melihat apa yang dilakukan sang putra membuat Tuan Antoni benar-benar merasa marah, tetapi dirinya tidak bisa ke gabah mengambil sikap begitu saja, memilih mendengarkan penjelasan dari Lyra maupun dari Max.Tuhan Antoni kemudian melirik ke arah sang Putra yang sedari tadi diam mengacuhkannya, seolah tidak takut dengan ancaman yang akan dia berikan padanya"Lihat Ayah, Max. Apa kau mendengar apa yang b
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay
Dengan tekad yang baru ditemukan, Max mulai bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Lyra. Dia melakukan segala pekerjaan suami yang dia bisa untuk membuat Lyra merasa dicintai dan dihargai. Setiap hari, dia memberikan perhatian maksimalnya untuk menjadi suami yang lebih baik.Setiap Max pulang dari bekerja, dia akan melakukan pekerjaan rumah untuk meringankan pekerjaan Lyra, berusaha untuk tidak membuat Lyra merasa terbebani.Lyra yang baru saja membersihkan tubuhnya setelah lelah seharian bekerja di cafe, keluar menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tengahnya meraih remote memutar siaran TV sembari menyandarkan punggungnya di sofa, mekirik sekilas Max yang saat ini berjalan menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya."Lyra, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatkanmu makan malam?" tanya Max dengan suara lembut, mencoba mengetahui keinginan istrinya. Max kemudian meletakkan cangkir kopi yang dia buat di depan Lyra, kemudian ikut mendudukan tubuhnya t
Max mengangkat sebelah bibirnya tersenyum mengejek di hadapan Jennifer, sembari menggelengkan kepalanya."Jangan pura-pura tidak tahu apa yang aku maksud jennifer. Aku sudah terlalu muak dengan kebohonganmu selama ini...." ucapnya tanpa ragu."Apa tujuanmu membohongiku selama ini, Jennifer? Bukankah selama ini aku menuruti semua keinginanmu, namun apa balasanmu?" tanya Max, suaranya terdengar tercekik oleh rasa kekecewaan. Matanya masih memandang Jennifer yang nampak terkejut dengan apa yang dia ungkapkan.Melihat Jennifer tidak mengatakan apapun, Max kembali membuka suaranya berusaha mengatakannya dengan jelas di hadapan Jennifer."Apakah kamu sangat puas telah membodohiku selama ini?" ucap Max dengan sorot tajam memandang Jennifer.Jennifer terdiam, wajahnya pucat dan tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana bisa?' pikirannya berkecamuk mendengar apa yang baru saja dikatakan Max kepadanya."Max, aku bisa jelaskan," ucapnya dengan nada gemetar. Namun, Max sudah terlalu banyak mendengar ala
Bagi Max, memilih menjauh dari Jennifer adalah salah satu cara untuk melindungi Lyra dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkannya.Sadar atau tidak, setiap keputusan yang dia buat selalu saja melukai Lyra. Untuk itu, kali ini Max berusaha keras untuk memperbaiki dirinya walaupun di satu sisi dirinya juga masih merasa terikat dengan hidup Jennifer.Max tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun untuk saat ini dirinya akan berusaha untuk memperbaiki segalanya, agar dapat mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra, walaupun itu mungkin akan menyakiti perasaan Jennifer wanita yang selama ini menemaninya.Setiap, Jennifer berusaha untuk mendekati Max, keinginan Jennifer selalu ditolaknya. Itu Max lakukan sebagai usaha agar dirinya dapat menjauhkan Jennifer dari kehidupannya.Seperti saat ini, mengetahui jika Max terus menolak panggilannya, Jennifer memilih untuk menemui Max, tanpa peduli jika Max mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Max menundukkan tatapannya, merasa bersalah