Di ruangan Bar yang mereka bertiga tempati saat ini, terasa begitu sepi setelah mendengar cerita yang baru saja diceritakan oleh, Max kepada mereka berdua.
Bagaimana tidak, Max menceritakan bagaimana dirinya yang saat itu dalam keadaan mabuk memaksa, Lyra untuk melayaninya, dimana malam itu, Max sama sekali tidak mempedulikan ringisan kesakitan serta tangisan yang di tunjukkan Lyra, saat memohon untuk, Max melepaskannya.Kedua Sahabatnya itu tidak menduga jika sesuatu hal buruk terjadi pada malam dimana mereka bertiga telah mengadakan acara pertemuan dengan sengaja membuat diri mereka mabuk, yang akhirnya berakhir dengan berakibat buruk kepada seseorang yang harus mengalami mimpi buruk seumur hidupnya."Bagaimana dengan pelayan itu, Max? Apa dia datang dan meminta pertanggung jawaban kepadamu? Jika belum, seharusnya dia melakukan itu mengingat karena kau telah melecehkannya," Diego terlihat mengutarakan pemikirannya yang seharusnya pelayan yang dilecehkan oleh Max, datang dan meminta pertanggung jawaban kepada, Max, apalagi mengingat jika pada malam itu, Max pulang dalam keadaan mabuk dan tidak sepenuhnya sadar, memaksa pelayan itu untuk melayaninya, memikirkan sampai disana seharusnya pelayan itu datang dan meminta pertanggung jawaban, Max."Tidak Rio, malah pelayan itu memilih untuk menghindar dariku, seakan jika dirinya sangat takut untuk bertemu kembali denganku," ucap Max, dengan menghisap nikotin yang ada di tangannya, dan menghembuskan asapnya keluar beterbangan di sekitar ruangan tempat mereka duduk bersama."Aneh... Seharusnya wanita itu datang dan memintamu untuk bertanggung jawab... Paling tidak dia meminta kompensasi atas apa yang kau lakukan, Max," Rio ikut berucap, yang membuat Max menoleh menatap ke arahnya."Apa maksudmu, Rio, tanya Max, dengan tatapan bingung mengerutkan dahi menatap tanya ke arah Rio, ya sedang ikut menikmati minuman yang ada di tangannya.Rio kemudian meletakkan gelas yang berisi minuman beralkohol yang ada di tangannya ke depan meja, dan menatap ke arah, Max, yang terlihat menampilkan wajah tidak mengerti dengan apa yang baru saja dia katakan."Begini Max, bisa saja pelayan itu merasa dirugikan dan seharusnya dia datang dan meminta kompensasi atau meminta mempertanggung jawaban kepadamu, sebagai ganti rugi atas apa yang sudah kau lakukan kepadanya, walauoun saat itu kau dal pemgaruh alkohol, seharusnya pelayan dirumahmu melakukan itu," Rio mencoba menjelaskan secara perlahan kepada, Max."Tetapi seperti yang kau bilang, Max, pelayan itu malah menghindar darimu. Jika benar dia merasa ketakutan dan menghindar agar tidak bertemu denganmu, menurutku itu sangat aneh saja. Apa benar, kau tidak menaruh curiga jika wanita itu mungkin sengaja menghindarimu, dan bersikap seolah dia jual mahal kepadamu, untuk menarik perharianmu, Max?" Rio terdengar curiga dengan sikap Lyra yang mencoba menghindarinya, dan mengira seharusnya Lyra meminta pertanggungjawaban kepada, Max karena telah melecehkannya, memikirkan itu, Max balas menggelengkan kepalanya mendengar perkataan, Rio."Tidak Rio, sepertinya dia bukan wanita seperti itu, dia menghindar dariku seolah pada malam itu tidak terjadi apa-apa antara aku dengan dirinya, mungkin dia tahu jika malam itu aku dalam pengaruh alkohol dan mengira jika aku mungkin tidak mengenalinya, tetapi aku tahu jelas jika dia adalah wanita yang malam itu, karena-," Max menggantung ucapannya, dan kembali menghisap nikotin yang ada di tangannya sebelum menghembuskan asapnya, membuat Rio dan Diego saling melirik memikirkan apa yang igin dikatakan, Max selanjutnya.Namun saat mereka menunggu untuk Max, kembali menunjukkan perkataannya, Max tetap diam dan tidak mengatakan apapun, yang semakin membuat mereka penasaran."Jadi bagaimana Max, apa yang akan kau lakukan kepada wanita itu, apa kau akan menemuinya secara pribadi dan mengatakan jika kau adalah pria yang malam itu," Diego lembali ikut bertanya, yang seketika membuat Max, menoleh saat mendengar apa yang baru saja dikatakan sahabatnya itu.Benar, Max memang tidak berpikir untuk menemui Lyra, apalagi Lira terlihat mencoba untuk menghindarinya, seolah malam itu mereka tidak pernah saling berbagi peluh, lagi pula malam itu hanyalah sebuah kecelakaan yang tidak disengaja oleh Max, karena efek mabuk akibat minuman beralkohol yang diminumnya."Aku tidak berpikir sampai ke situ, Diego, aku hanya ingin mencoba melupakannya, seperti apa yang pelayan itu Inginkan, di saat dia memcoba menghindariku, seolah dia juga tidak ingin jika kembali mengingat pelakuanku kepadanya malam itu, dan aku pikir itu juga baik untuk kami saling melupakannya," pungkas Max, menjelaskan kepada kedua sahabatnya, alasan mengapa dirinya tidak ingin menemui Lyra dan berbicara bersamanya, karena Max, memang mencoba untuk berpikir malam itu tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan juga Lyra."Jika itu yang kau pikirkan maka ituungkin keputusan yng baik, lagi pula pelayan itu juga tidak ingin memintamu untuk bertanggungjawab kepadanya. Tapi Max, bagaimana jika wanita itu datang dan memintamu untuk menikahinya, apa yang akan kau lakukan dengan itu, Max?" tanya Rio kembali, saat memikirkan jika seandainya Lyra pelayan yang tidur dengan, Max, memang benar datang dan meminta pertanggungjawaban, kira-kira apa yang akan dilakukan, Max, dengan permintaan Lyra tersebu.t"Hehehe," bukannya menjawab, Max, malah terkekeh didean kedua sahabatnya, yang membuat kedua sahabatnya nampak bingung melihat apa yang ditunjukkan Max, kepada mereka.Rio yang melihat Max, terkekeh, tidak taham untuk tidak bertanya kepada Max, saat melihat sikap sahabatnya yang membuatnya bingung"Max, kenapa kau tertawa, apa yang lucu? Dan bukannya kau menjawab pertanyaanku, kau malah terkekeh didepanku. Bagaimana jika seandainya wanita itu datang dan memintamu untuk menikahinya, apa yng akan kau lakukan, Max? Rio kembali mengulang pertanyaan-nya saat melihat Max tidak menjawabnya, yang kemudian Max, malah menjulurkan tangannya untuk menambah isi gelasnya dengan minuman beralkohol, sebelum meneguknya dan menoleh ke arah Rio."Itu tidak mungkinterjadi, Rio, karena wanita itu memang tidak berniat untuk aku nikahi. Sebenarnya aku terkekeh karena merasa lucu, saat memikirkan wanita pada malam itu, kau tahu wanita itu sangat nikmat di atas ranjang, aku belum pernah mendapatkan kenikmatan yang seperti itu sebelumnya, begitu banyak wanita yang berada di sekitarku tapi tidak ada yang bisa membuatku merasakannya, tidak seperti saat aku bermain dengan pelayan itu," ucap, Max, yang mengingat kembali percintaannya bersama dengan Lyra, yang tersa begitu Nikmat, membuatnya sangat bersemangat.Tanpa Max sadari, tiba-tiba saja dirinya menegang, yang juga disadari oleh temannya saat melihat area tengah paha Max, terlihat mengeras membuat kedua temannya menggelengkan kepala dengan mengejek."Max, kau, baru saja menceritakannya dan itu sudah membuatmu menegang, sepertinya memang benar jika wanita itu mampu membuatmu merasakan kenikmatan yang sesungguhnya," ejek Rio, yang melontarkan candaan kepada, Max, namun hanya dibalas senyuman kecil oleh MaxDiego yang melihat kedua sahabat, temga bercanda kemudian ikut menimpali dengan memberi pertanyaan kepada, Max."Berarti wanita itu masih perawan saat kau melecehkannya, Max. Apa kau tidak merasa menyesal karena telah menodai wanita yang masih suci itu!" tanya Diego, yang seketika membuat Max dan juga Rio menghentikan tawanya, dan menoleh ke arah Diego......Hening sesaat di ruangan di mana mereka duduk saat ini, tidak ada jawaban dari, Max, saat Diego melontarkan pertanyaan kepadanya, yang terlihat diam menikmati minuman yang ada di gelasnya.Menyadari keheningan akibat pertanyaan yang dilontarkan Diego kepada Max, Rio kemudian mencoba untuk mengalihkan Max, dari pertanyaan yang diberikan Diego kepada Max, dengan melontarkan candaan kepada, Max."Diego, berhenti bertanya seperti itu kepada, Max! Apa kau tidak memdengar jika, Max, sebelumnya belum pernah merasakan kenikmatan yang sesungguhnya, kau dengar sendiri bukan. Berarti selama ini semua wanita yang berada di sampingnya tidak mampu untuk membuatnya merasakan kenikmatan sesungguhnya, tidak seperti yang dilakukan pelayanan itu kepada, Max," ucap Rio yang nampak terkekeh, namun tidak dihiraukan Diego dan Max.Saat mengira jika Max mungkin tidak akan menjawab pertanyaannya, tiba-tiba saja Max mengangkat tatapannya dan menatap ke arah Diego dengan berkata."Aku tidak merasa menyesal, Diego! Lagi pula aku berharap aku bisa mengulanginya kembali, dan dia hanya seorang pelayannya yang bekerja di kediaman ayahku, yang tidak perlu aku berikam rasa iba kepadanya," ucap Max,yang terdengar begitu kejam di telinga Diego, Diego tidak lagi mengatakan apapun dan hanya mengangguk setelah mendengar jawaban yang diberikan, Max kepadanya.Tidak ingin suasana mereka kembali canggung, Rio kemudian menjulurkan tangannya dan menuangkan alkohol di gelas Diego dan Max, hingga penuh, dan meminta kedua sahabatnya untuk melupakan semua pembahasan mereka tentang pelayan yang dilecehkan oleh, Max."Max, bagaimana dengan kekasihmu, Jenifer. Apa kau mengatakan kepadanya jika kau telah melecehkan seorang pelayan di kediaman orang tuamu?" tanya Rio yang kembali mengalihkan pembicaraan mereka, mengangkat wajahnya menatap tanya ke arah, Max, yang nampak terdiam mendengar apa yang baru saja dia katakan. "Rio, apa kau bodoh! Bagaimana mungkin aku mengatakan itu kepada Jenifer, itu sama saja akan membuatnya marah dan datang menyusulku kenegara inj. Kamu tahu benar, jika kedua orang tuaku sempat bertengkar karena Jenifer. Ayahku tidak menyukai Jenifer, tetapi berbeda dengan ibuku yang malah menyukainya." Max kembali mengingat saat Ayahnya menyuruhnya untuk melarang Jenifer datang di kediamannya, itu jelas membuat Max, sempat merasa bingung, pasalnya Jenifer adalah kekasihnya wanita yang sangat berjasa dalam hidup, Max, sehingga tidak mungkin jika Max meninggalkan Jeifer begitu saja. "Maaf Max, aku mengira mungkin kau akan mengatakan semuanya kepada Jenifer, mengingat kamu sangat mencin
"Diam! Bersikap baiklah jika kau ingin aku melepaskanmu!" Bisik Max, di telinga Lyra, seketika membuat Lyra beegidik menegang dibuatnya. Lyra tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh Max kepadanya, tetapi melihat jika tubuh Max, dirasa begitu rapat dengannya, membuat Lyra sepertinya tahu jikadirinya akan berakhir seperti malam sebelumnya. "Tuan, tolong lepaskan saya, jangan seerti ini Tuan, jangan sampai ada orang yang melihat tuan dan saya berdua seerti ini, saya bisa dipecat, Tuan," pinta Lyra, dengan memohon. Namun tubuh Max yang menegang mengabaikan permohonan serta perlawanan Lyra yang memberontak dari kungkungannya, Max yang begitu kuat memeluk Lyra dan sibuk mencumbui Lyra, membuat Lyra tidak dapat berbuat banyak. "Makanya aku meminta kepadamu untuk diam, jika kau tidak ingin membuat semua orang datang dan melihat apa yang sedang kita perbuat saat ini. Apa kau pikir mereka akan mempercayai jika aku yang mendekatimu, mereka semua akan menuduh jika kau yang telah lebih dulu men
Melihat kebingungan diwajah Lyra, Max segera membuka seluruh pakainnya didepan Lyra, seketika membuat Lyra membulatkan matanya dengan mulut terbuka, Lyra kemudian menutupi matanya menggunakan telapak tangannya, dan segera berbalik badan merasa malu dengan apa yang dilihatnya. Arghhh!!'Bagaimana mungkin tuan muda Max, berani melakukan itu di depanku, apa yang dia pikirkan saat ini atau jangan-jangan.... Apa tuan Muda Max, baik-baik saja.'Lyra berpikir jika Tuan muda Max, mungkin mengalami suatu masalah sehingga membuatnya bersikap seperti ini didepannya.Max, terkekeh melihat sikap menghindar yang ditunjukkan Lyra di depannya, saat ini dimatanya Lyra terlihat begitu menggemaskan dengan wajah malu tidak ingin menatapnya.Namun Max tidak tinggal diam, dengan pelan dia melangkahkan kakinya berjalan dengan bertelanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya, mendekat ke arah Lyra yang semakin membuat tubuh Lyra memjadi gugup dibuatnya."Tu-tuan muda Max, apa yang anda ingin lakukan Ly
Lyra yang sedang bekerja didapur, beberapa kali melakukan kesalahan, dirinya tidak bisa fokus yang twrus saja mengingat apa yang terjadi dengannya bersama dengan Max.Lyra benar-benar tidak mengira jika Max, akan kembali mengulangi perbuatannya kepadanya, tetapi Lyra tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya bisa menerimanya.Dirinya masih membutuhkan pekerjaan di kediaman ini, dan tidak mungkin melaporkan perbuatan keji yang dilakukan Max, kepada nyonya Clara, mengingat nyonya Clara pasti tidak akan mempercayai perkataannya, dan malah menuduhnya mencoba untuk mendekati putranya.Ayah dan ibu tirinya samlai saat ini masih saja terus memaksanya untuk mengirimkan uang bulanan kepada mereka, yang selama ini tidak pernah memperlakukan Lyra dengan baik, seperti layaknya seorang anak, tetapi Lyra tidak bisa melawan ayah dan ibu tirinya, dan memilih menuruti semua permintaan mereka."Lyra, apa yang aku lakukan di situ! Kenapa kau kembali melamun?" tanya Tutik, yang baru saja berjalan masuk ke dal
Lyra melangkah mundur, saat melihat uluran tangan Max yang ingin menyentuhnya."Sa-saya tidak apa-apa Tuan. Kalau begitu saya permisi ingin melanjutkan pekerjaan saya."Lyra sengaja menghindar karena tidak ingin Max, kembali menyentuhnya, yang mengingatkannya tentang malam panas mereka semalam. Lyra hanya ingin melupakannya, namun sepertinya Max tidak akan melepaskannya pergi dari hadapannya begitu saja."Tunggu Lyra. Kau mau ke mana?" cegah Max dengan menggenggam lengan Lyra dengan kuat, membuat langkah Lyra yang ingin keluar dari dapur seketika terhenti, dan menoleh ke arah Max yang saat ini menyunggingkan senyum licik di wajahnya.Seketika tubuh Lyra berdiri menegang, dengan ketakutan melihat senyuman yang ditunjukkan Max di depannya, mengingatkannya tentang senyum Max semalam, saat mendapatkan kepuasan darinya."Tuan Max, saya masih ingin melanjutkan pekerjaan saya, jika anda berkenan tolong lepaskan tangan saya, sebelum kepala pelayan datang menemukan saya yang tidak bekerja."Lyr
Lyra yang menundukkan wajahnya saat harus bersitatap dengan mata Tuan Antoni, yang saat ini menandangnya bergantian dengan Max, yang duduk sebelahnya.Lyra tidak menyangka jika apa yang dilakukn Max kepadanya, akhirnya diketahui Tuan Anthony dan membuatnya saat ini harus mendapatkan sidang bersama dengan Max, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Siapa yang akan lebih dulu berbicara untuk menjelaskannya kepadaku?" Tuan Antoni membuka suara, sembari menatap ke arah Max dan juga Lyra bergantian.Tuan Antoni menatap ke arah putranya dan juga pelayan yang dia ketahui bernama Lyra, setelah melihat apa yang dilakukan sang putra membuat Tuan Antoni benar-benar merasa marah, tetapi dirinya tidak bisa ke gabah mengambil sikap begitu saja, memilih mendengarkan penjelasan dari Lyra maupun dari Max.Tuhan Antoni kemudian melirik ke arah sang Putra yang sedari tadi diam mengacuhkannya, seolah tidak takut dengan ancaman yang akan dia berikan padanya"Lihat Ayah, Max. Apa kau mendengar apa yang b
"Lyra, selesaikan semua masakan ini! Jangan mentang-mentang kamu berhasil menipu Tuan Muda Max, sehingga kau bisa lepas dari tanggung jawabmu!" Tutik berkata dengan marah saat memerinta Mia, mengetahui jika Tuan Muda Max akan menikah dengan Lyra yang membuatnya merasa cemburu.Tutik tidak menyangka jika Lyra benar berhasil membuat Max yang selama ini berusaha untuk dia dekati qkan menikahi Lyra.'sial! kenapa wanita cacat ini begitu beruntung menikahi Tuan Max.'"Baik Tutik," tanpa mengatakan apapun Lyra segera mengambil pekerjaan yang ditugaskan Tutik kepadanya untuk segera menyiapkan makanan siang anggota keluarga yang tinggal di kediaman ini.Lyra juga mendapatakan tatapan tidak suka dari pelayan lainnya saat mereka mendengar kabar Tuan Muda Max akan menikah dengannya, yang diumumkan langsung oleh Tuan Antoni dengan alasan dia tidak ingin jika kelak akan ada gosip saat melihat kedekatannya bersama dengan Tuan Muda Max, menjadi perbicangan semua orwng yang tinggal dikediaman ini.Mel
"Tandatangani berkas ini! Dan jangan menolaknya atau mengatakan apapun karena aku tidak ingin mendengar sedikitpun suaramu!" Max menatap penuh peringatan saat menghampiri Lyra di dapur, dengan sebua kertas ditangannya untuk dia berikan kepada Lyra, yang saat ini tengah membersihkan beberapa piring kotor yang ada di pencucian piring, Lyra sesaat terkejut mendengar suara Max, yang terdengar menghampirinya dari arah belakang punggungnya.Lyra kemudian menoleh menatap ke arah Max, dengan tatapan bingung terutama saat melihat ke arah kertas yang baru saja diletakkan, Max.Melihat itu, Lyra kemudian menghentikan pekerjaannya tanpa bersuara dan membersihkan tangannya sebelum perlahan berjalan menghampiri berkas yang dilemparkan Max di atas meja dapur.Perlahan tangan Lyra terjulur untuk mengambil kertas yang ada diatas meja untuk dia baca Seperti apa yang diminta Max padanya, yang meminta Lyra untuk tidak membuka suara, Lyra melakukan seperti apa yang dikatakan Max, saat Lyra membaca kertas
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay
Dengan tekad yang baru ditemukan, Max mulai bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Lyra. Dia melakukan segala pekerjaan suami yang dia bisa untuk membuat Lyra merasa dicintai dan dihargai. Setiap hari, dia memberikan perhatian maksimalnya untuk menjadi suami yang lebih baik.Setiap Max pulang dari bekerja, dia akan melakukan pekerjaan rumah untuk meringankan pekerjaan Lyra, berusaha untuk tidak membuat Lyra merasa terbebani.Lyra yang baru saja membersihkan tubuhnya setelah lelah seharian bekerja di cafe, keluar menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tengahnya meraih remote memutar siaran TV sembari menyandarkan punggungnya di sofa, mekirik sekilas Max yang saat ini berjalan menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya."Lyra, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatkanmu makan malam?" tanya Max dengan suara lembut, mencoba mengetahui keinginan istrinya. Max kemudian meletakkan cangkir kopi yang dia buat di depan Lyra, kemudian ikut mendudukan tubuhnya t
Max mengangkat sebelah bibirnya tersenyum mengejek di hadapan Jennifer, sembari menggelengkan kepalanya."Jangan pura-pura tidak tahu apa yang aku maksud jennifer. Aku sudah terlalu muak dengan kebohonganmu selama ini...." ucapnya tanpa ragu."Apa tujuanmu membohongiku selama ini, Jennifer? Bukankah selama ini aku menuruti semua keinginanmu, namun apa balasanmu?" tanya Max, suaranya terdengar tercekik oleh rasa kekecewaan. Matanya masih memandang Jennifer yang nampak terkejut dengan apa yang dia ungkapkan.Melihat Jennifer tidak mengatakan apapun, Max kembali membuka suaranya berusaha mengatakannya dengan jelas di hadapan Jennifer."Apakah kamu sangat puas telah membodohiku selama ini?" ucap Max dengan sorot tajam memandang Jennifer.Jennifer terdiam, wajahnya pucat dan tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana bisa?' pikirannya berkecamuk mendengar apa yang baru saja dikatakan Max kepadanya."Max, aku bisa jelaskan," ucapnya dengan nada gemetar. Namun, Max sudah terlalu banyak mendengar ala
Bagi Max, memilih menjauh dari Jennifer adalah salah satu cara untuk melindungi Lyra dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkannya.Sadar atau tidak, setiap keputusan yang dia buat selalu saja melukai Lyra. Untuk itu, kali ini Max berusaha keras untuk memperbaiki dirinya walaupun di satu sisi dirinya juga masih merasa terikat dengan hidup Jennifer.Max tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun untuk saat ini dirinya akan berusaha untuk memperbaiki segalanya, agar dapat mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra, walaupun itu mungkin akan menyakiti perasaan Jennifer wanita yang selama ini menemaninya.Setiap, Jennifer berusaha untuk mendekati Max, keinginan Jennifer selalu ditolaknya. Itu Max lakukan sebagai usaha agar dirinya dapat menjauhkan Jennifer dari kehidupannya.Seperti saat ini, mengetahui jika Max terus menolak panggilannya, Jennifer memilih untuk menemui Max, tanpa peduli jika Max mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Max menundukkan tatapannya, merasa bersalah