Anna merasakan seseorang tengah menyelamatkan dirinya yang memiliki mengakhiri hidup dengan melompat dari jembatan. Samar-samar terdengar suara seorang pria, Anna tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu karena ia tidak sadarkan diri.
“Sial, kenapa aku membantu gadis ini,” umpatnya.
Pria itu merebahkan tubuhnya di samping tubuh Anna yang tengah tidak sadarkan. Sejenak ia melirik wanita yang baru saja diselamatkan olehnya itu.
“Tuan …” panggil seorang pria mengunakan jas rapi, dilengannya terlihat sebuah jas. “Anda tidak apa-apa,”
Pria yang diajaknya berbicara itu, mencoba mengatur nafas.
“Coba kau periksa apa gadis ini masih hidup atau tidak,” titahnya, kemudian di turuti oleh asistenya.
Asistennya mengikuti perintah yang diberikannya, mengecek keadaan Anna, hal itu membuatnya membulatkan mata. “T-tuan, dia tidak bernafas,”
Mendengar hal itu, ia segera beranjak dan seketika mengecek kondisi Anna, benar saja jantung Anna berhenti.
“Sial. Jika dia tidak hidup, percuma aku menyelamatkannya,” umpatnya sambil melepaskan satu kancing atas kemeja miliknya, kemudian memberikan isyarat agar asistennya menjauh dari Anna.
Ia mencoba melakukan pertolongan pada Anna, dengan menekan dada bagian atas, sesekali memberikan nafas buatan. Beberapa kali ia melakukannya, hingga jantung Anna kembali berdetak dan memuntahkan air yang telah ditelan olehnya.
Samar-samar, Anna melihat wajah pria yang telah menyelamatkannya dari maut. Tapi, matanya masih terlalu berat untuk di buka.
“Dia tidak apa-apa, tuan. Sebaiknya kita pergi dari sini,” suara pria lain terdengar kembali di telinganya.
“Jika kau tidak melakukan kesalahan, buktikan. Jangan lemah. Balas segala yang telah mereka lakukan padamu. Jangan diam saja, kamu berhak membalaskan dendammu,” ucap pria itu setelah melakukan pertolongan pertama pada Anna.
Sebelum pergi, ia mengecek kondisi Anna terlebih dahulu. Anna yang mendengar hal itu, mencoba meraih tangan pria yang telah menyelamatkannya. Ia ingin berterima kasih, tetapi ia tidak memiliki tenaga lagi, membuatnya tidak sadarkan diri.
Bau disefektan tercium pekat dihidung, samar-samar ia membuka mata terlihat langit-langit kamar berwarna putih. Ia melirik ke kiri dan ke kanan, ia bisa mengetahui jika dirinya berada di rumah sakit.
Matanya mencari pria yang telah menyelamatkan hidupnya tetapi tidak menemukan pria itu. Ketika ia mengingatnya, ia baru sadar jika pria itu telah menghilang setelah mengeluarkannya dari sungai.
“Urgh ….” Ringisnya ketika berusaha untuk duduk, terlihat perban di bagian kepalanya akibat benturan.
Saat mengingat kejadian yang menimpa dirinya, hal itu membuatnya mengepalkan tangan dan melepaskan infus dan pergi dari sana.
Pesta melepas lajang semalam diadakan semuanya telah direncanakan oleh Clara untuknya. Dia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, samar-samar dia mendengar jika mereka membawanya masuk ke dalam kamar hotel yang telah di pesan sebelumnya.
Ketika dia tersadar di pagi hari, tidak menemukan siapapun di dalam kamar hotel.
“Ke mana semua orang? Ke mana Clara?” tanyanya sambil menyisir ruangan kamar hotel.
Ia berusaha untuk bangkit dengan menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Kepalanya terasa nyeri akibat pengaruh alcohol.
“Apa terjadi sesuatu?” tanyanya masih dalam keadaan linglung dengan kepala yang masih terasa pusing. “Ke mana Clara, kenapa tidak membangunkanku, sih?” gumamnya.
Anna menyadari ada hal ganjil dalam dirinya, serta suasana kamar hotel yang membuatnya merasa tidak nyaman. Ia memilih beranjak dari tempat tidur membuatnya meringis ketika mengerakkan kakinya.
Ada rasa sakit dipangkal pahanya, membuatnya meraba. “T-tidak mungkin,” gumamnya pelan sambil menyibak selimut yang dipakai.
Rasa sakit serta perih dipangkal paha tidak dihiraukan lagi ketika ponselnya berdering. Ia tertegun sejenak memandangi pakaian yang telah berserakan dilantai, membuat hatinya berdegup kencang. Ia bisa merasakan hal buruk akan segera terjadi.
Ponselnya kembali berdering menampilkan sebuah nama di sana.
Deff memanggil.
“Hallo, sayang. Aku akan …”
Kalimatnya terhenti ketika pria di seberang telfon memaki, dan menghinanya.
“Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti,”
“Jangan bohong, Anna. Aku telah melihat vedio dirimu tengah bercinta dengan seorang pria di hotel. Aku tahu, saat ini, kau masih di hotel bersama pria itu,”
Mendengar hal itu, Anna segera melihat tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai pakaian, pikirannya tertuju pada sesuatu membuatnya menyibak selimut. Ada bercak darah di atas ranjang, membuatnya seketika menutup mulutnya.
“T-tidak, aku tidak melakukannya, Deff. A-aku …” perkataannya terbata-bata.
“Batalkan saja pernikahan kita berdua, aku sangat kecewa padamu, Ann,” ucap pria itu.
Dunianya hancur seketika mendengar apa yang dikatakan oleh Deff, begitu mudahnya pria itu membatalkan pernikahan yang telah menjadi impian mereka selama ini.
“T-tidak, jangan lakukan ini padaku, Deff. Kumohon percayalah padaku,”
“Kenapa aku harus percaya padamu, setelah kau mengkhianatiku dan tidur dengan pria lain? Katakan padaku, bagaimana aku bisa percaya padamu?”
Perkataan yang menghujam ulu hatinya, memang benar dirinya bahkan tidak mengenakan sehelai pakaianpun.
“Ak-aku …” gadis itu tidak tahu harus mengatakan hal apa. Dia tidak bisa berbohong, sedangkan apa yang terjadi di dalam kamar itu adalah benar-benar terjadi.
“Kau tidak bisa menjawabnya kan?”
Anna terdiam, dia tidak menjawab. “Deff, aku …”
“Kamu ingin mengatakan apa? Kamu tega melakukan hal ini padaku, kamu tengah mengkhianatiku, kamu tidak lebih rendah dari gadis di luar sana menjual tubuhnya,”
Degh!
Anna mengepal tangannya dengan erat. Apa yang dikatakan oleh Deffrian, begitu menghujam dasar hatinya. Segala harapannya hilang, saat pria itu mengucapkan perkataan itu. Tidak ada yang dia harapan lagi. Semua keinginannya seketika lenyap di dalam aula pernikahan itu.
Pengkhianatan sahabatnya sendiri, dan kekasih lebih tepatnya mantan kekasihnya tidak mempercayainya.
Anna memilih untuk kembali ke rumah, hari ini begitu lelah untuknya. Begitu banyak masalah datang bertubi-tubi padanya. Baru saja ia sampai dikejutkan dengan begitu banyak barang miliknya tengah berserakan di lantai teras depan rumah. Tanpa pikir panjang, ia memunguti satu persatu pakaian dan memasukan ke dalam koper.
“Siapa yang melakukan?” tanya sambil mengebrak pintu membuat suara gebrakan terdengar begitu kerasnya.
Anna menarik koper dengan pakaian yang begitu kacau, perasaannya tengah kacau membuat dadanya naik turun karena emosi setelah apa yang di terima olehnya bebeapa jam entah drama apalagi yang diterima olehnya, hingga barang-barangnya berada di luar.
“Siapa yang menaruh pakaianku di luar?” tanyanya penuh emosi.
Anna melihat ke arah maid yang telah bekerja dengannya menundukan kepala, takut menjawab pertanyaan Anna hingga sebuah suara terdengar.
“Aku … aku yang melakukannya,” sebuah suara menyahut, membuat matanya membulat.
“Tante Sonia? Kenapa tante berada di sini?”
Bukan menjawab pertanyaan Anna, wanita paruh baya itu menampar wajah Anna.
“Berani sekali kau menyebut namaku, pelacur? Dan bisa-bisanya kau kembali ke sini. Apa kau tidak tahu malu?”
“Aku bukan pelacur, dan ini rumahku,”
“Rumahmu? Ahahaha …” Sonia terkekeh. “Jangan mimpi, rumah ini dibeli atas nama Deffrian, jadi ini bukan rumahmu. Sebaiknya kamu pergi dari sini, rumah ini akan menjadi rumah Deff dan Clara,”
“Anna? Kenapa kau ada di sini?” sebuah suara terdengar memperlihatkan Clara baru saja turun dari lantai atas.
Anna sejenak melirik kea rah tangan Clara yang tengah menggandeng lengan Deff kemudian menyandarkan kepalanya, tingkah manja wanita itu membuat Anna mual dan jijik.
“Kenapa kalian ada di rumahku?”
“Rumahmu? Mama Sonia menyuruh aku dan kak Deff mamakai rumah ini. Jadi sebaiknya kau sendiri yang pergi dari sini, bukan kami,”
“Kau mengusirku?”
“Yah,” jawab Clara sambil menganggukan kepalanya.
Anna tidak tahun lagi, dengan segala penghinaan yang dilakukan oleh mereka terhadapanya. Rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Ketika dia mengingat suara pria yang menyelamatkannya, hal itu membuatnya sadar jika dia tidak boleh terus dipermainkan.
“Baik, aku akan pergi dari sini. Aku akan pergi dari sini,” ucap Anna dengan tegas.
Wanita malang itu berusaha untuk menegarkan hatinya. Senyum kecil dilukis diwajahnya, hatinya membulatkan tekad akan membalas segala yang telah dilakukan padanya, semuanya.
Di dasar hatinya, telah terbit dendam yang begitu kokoh. Ia menghela nafasnya dengan kasar kemudian menatap satu persatu wajah yang telah memperlakukannya dengan tidak adil.
“Apa yang aku tunggu, cepat pergi dari sini,” usir Clara.
Seketika Anna terkekeh, begitu miris hidupnya. Sahabat yang telah dianggapnya seperti saudara sendiri, menusuknya dari belakang mengambil segala yang dia miliki.
“Ternyata kau lebih murahan dariku, Clara,” ucap Anna mengejek mantan sahabatnya itu. “Bodoh sekali kenapa aku percaya padamu,” ucap Anna lagi. “Aku mengerti ternyata selama ini kau menyukai Deff makanya kau menjebakku tidur pria lain,”
Clara tidak terima dengan segala tuduhan yang ana berikan padanya membuat wanita itu turun dari tangga dan segera melayangkan tangan untuk menampar Anna sebelum menyentuh pipi Anna tangannya lebih dulu ditangkap kemudian dihempaskan dengan kasar.
“Jangan menyetuh pipiku dengan tangan kotormu itu. Aku tidak sudi pipiku disentuh oleh tangan wanita menjijikan menghalalkan segala cara merebut yang bukan miliknya,” ucap Anna dengan tegas.
Kali ini, ia tidak ingin tertindas. Dia harus melawan segala perlakuan yang telah diberikan padanya. Dia harus menjadi lebih kuat, dan tegas.
“Anna … kau ….”
“Kau akan marah padaku? Marahlah, apa yang kukatakan adalah benar,” ucap Anna.
“Anna, kau tidak berhak mengatakan hal kasar seperti itu pada Clara,” bentak Deff.
“Kau juga ingin marah padaku, Deff? Marahlah, atau kau ingin memukulku juga? Silahkan,” Anna tersulut emosi dia benci pada Deff yang tidak bisa melihat kebenaran. “Kalian harus ingat jika semua yang kalian peroleh selama ini berkat diriku, perusahaan kalian berkembang karena siapa? Karena aku Deff, karena aku,” ucap Anna dengan lantang.
Kali ini dia mengeluarkan segalanya, tidak peduli lagi dengan apa yang akan dikatakan oleh mereka. dirinya hanya ingin mengeluarkan segalanya.
“Tsk, kalian memperlakukanku seperti sampah,” ucap Anna lirik. “Yang menjijikan itu adalah kalian semua, seluruh keluarga kalian,” ucap Anna lagi dengan tegas.
Tidak ada yang berani berbicara, apa yang dikatakan oleh Anna adalah benar, segala proyek besar perusahaan dia yang telah menyelesaikannya dengan meraup begitu banyak keuntungan.
“Kalian menginginkan aku pergi bukan? Ya, aku akan pergi dari sini, sebelum itu dengar baik-baik apa yang aku katakan,” tatapan Anna berubah, penuh kebencian di dalamnya. “Aku, Reul Anna Amaltea, detik ini bersumpah akan membalas semua yang telah kalian lakukan padaku. Aku akan membalasnya 10 kali lipat penghinaan, penderitaan serta pengkhianatan ini,”
Anna melangkahkan kakinya mendekat ke arah Deff.
“Kau ….” Tunjuk Anna. “Deffrian Arsando, kita adalah musuh. Seluruh keluarga Arsando adalah musuhku. Ingatlah, aku akan kembali lima tahun lagi, dan akan menghancurkan seluruh apa yang kalian miliki, ingat itu baik-baik. Aku akan mengambil apa yang harusnya menjadi milikku, akan kubuat kalian meminta maaf sambil berlutut di kakiku,”
Perkataan yang dilontarkan oleh Anna membuat mereka semua gugup, begitu pula dengan Clara, apalagi ketika Anna menatap tajam kemudian mendekat ke arahnya. Tubuhnya seketika gemetar.
“Dengan ini baik-baik Clara. Nikmati, apa yang bisa kau nikmati mulai sekarang, ketika aku kembali, akan kupastikan kau tidak akan tidur dengan nyenyak. Aku akan membuatmu menyesal merebut segalanya dariku, akan kupastikan kau akan kehilangannya,” ucap Anna, matanya mengambarkan keseriusaan.
Setelah mengatakan itu, Anna berjalan mendekat ke arah Naura—adik Deff.
“Dan kau Naura … kita lihat saja nanti, apa yang akan kulakukan padamu, jika kita bertemu nanti. Hati-hatilah keluar rumah,” ucap Anna sambil menarik kopernya keluar rumah.
Gadis itu berdiri di depan pintu rumah.
“Ingatlah baik-baik, aku akan kembali 5 tahun dari sekarang, akan kubuat hidup kalian menderita, selamanya,” teriak Anna.
Bersambung …
Langkah kaki Anna terhenti ketika melihat seorang pria tengah duduk amperan tokoh bersama beberapa orang, matanya menatap ke arah pria it uterus menerus.“Kenapa kita berhenti? Apa kau telah menemukannya?” tanya seorang wanita sambil menyerahkan gelas plastic berisi kafein untuk Anna.Wanita itu kemudian melihat ke arah pandangan Anna tertuju. “Jadi, kau tahu jika pria itu berkuasa di tempat ini?” tanyanya dijawab anggukan oleh Anna. “Kau bisa melawannya?”Anna melirik ke arah wanita yang sejak tadi begitu berisik. “Aaaa … aku tahu. Kau tidak bisa melawannya,”“Apa kau tidak bisa diam?” tanya Anna, begitu risih dengan wanita yang ditolongnya seminggu yang lalu, ketika wanita itu hampir saja di perkosa oleh beberapa orang.Gadis itu mengatupkan mulut membuat suara gereskan dari giginya. Setelah beberapa saat mengamati Anna memilih mendekat ke arah sekumpulan pria yang telah berpindah
“Kau harus menikah denganku. Karena mengetahui rahasiaku,”Ucapan pria yang didepannya, seketika membuat mata Anna membulat. Rasa perih ditangannya karena cengkraman tangan dipergelangan tangannya tidak terasa karena keterkejutan itu.Tatapan mata yang begitu tajam terlihat dari sorot matanya, ada rasa kesal yang terlihat. Beberapa saat yang lalu, dia membuat seorang pria berteriak, meminta pengampunannya, dan saat ini dia berhadapan dengan pria aneh membuat perasaannya kesal.Pria aneh, yang membuatnya penasaran saat berjalan kembali ke rumah karena dilihatnya tengah meringis kesakitan malah memintanya langsung menikah dengannya.“Dasar pria sialan, gila,” batin Anna.Tubuhnya begitu lelah, setelah kembali dari markas rahasianya ketika membereskan beberapa mata-mata yang dikirimkan oleh musuh diorganisasinya, dan diperjalanan pulang dia malah bertemu dengan pria aneh yang memaksanya menikah.“Harusnya aku mener
“Cepat, aku ingin wanita itu,” kata Elang memberikan perintahnya.Seperti namanya—Elang—dia ingin mendapatkan apa yang dia inginkan. Tidak akan membuat mangsa kabur begitu saja, dan tidak akan melepaskan mangsa yang ada di depannya.“Aku tidak mau tahu, kau harus mendapatkan wanita itu, berani sekali dia mengunci leherku seperti itu,”“Boss, jadi kau ingin balas dendam hanya karena wanita itu memukulmu?”“Diam!” bentak Elang, membuat asistennya itu mengatup mulut. “Aku tidak terima, dia membuatku terjatuh, dan juga dia mengetahui rahasiaku, bagaimana jika dia membocorkannya?”“Boss, kau terlalu berfikir berlebihan,”“Kau pikir aku berlebihan? Jika dia mengatakan tentang rahasiaku, kita akan tamat,” kata Elang memberikan sedikit penekanan pada akhir perkataannya.“Baiklah boss, aku pertaruhkan hidupku untuk ini,” kata asistennya
Anna gelagapan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pria di sampingnya, ia mencoba untuk membula pintu mobil, saat ini yang terlintas dipikirannya adalah melompat dalam mobil. Masa bodoh, jika ia mengalami luka lecet asal bisa keluar dari mobil.Clek! Clek!Sialnya. Pintu mobil itu terkunci. Melihat Elang yang telah memegang alat perekat membuatnya membuka pintu mobil, berharap pintu itu rusak. “J-jangan menyentuhku atau kau akan menyesal,” ancam Anna tetapi pria itu bukan tipe yang akan mendengarkan perkataan orang lain.“Diam! Jangan membuatku bersikap kasar padamu,” bentak Elang.Anna masih saja melakukan pemberontakan hingga membuat bibir Elang terluka akibat disikut olehnya.“Kubilang hentikan,” suara Elang meninggi, tangannya menyergap pergelangan tangan Anna kemudian melilit Lakban dengan kasar di sana.Pemberontakan masih terus terjadi, ia tidak mungkin menjadi budak pria itu. Harga dirinya aka
Dor …Suara tembakan terdengar, membuat tubuh Anna bergetar, sebelum dia tidak sadarkan diri. Elang berada di hadapannya saat itu yang menembaknya dengan senjata listrik.Elang terlalu kejam, bahkan seorang wanita di tembak mengunakan senjata listrik. Apa yang dilakukan oleh pria itu membuat para maid shock, tetapi tidak bisa menegur.“Itu hadiah untuk gadis pembangkang, masih baik aku tidak membunuhmy” ucap Elang sambil menyerahkan senjata itu pada anak buahnya.Ia telah memprediksikan Anna akan keluar ketika pintu terbuka, karena itu dia mengambil keputusan untuk menembak Anna.Wajah Anna terlihat cantik saat tidak sadarkan diri, ketika para pengawal akan mengangkat tubuh Anna, ia mencengah dan melakukukannya sendiri.Anna direbahkan di atas ranjang membuat rambut wanita itu berserakah menutupi wajahnya, dengan pelan Elang menyibak rambut itu dan menepikan. Dia bahkan tidak mengerti mengapa dia melakukannya.&ldqu
“Maksudmu, dia memiliki kepribadian ganda, Tir?” tanya Elang penasaran.Pria yang tengah mondar mandir tidak jelas itu melihat ke arah Elang yang tengah memberikan spekulasi tentang apa yang dia pikirkan.“Tidak … tidak … ini bukan seperti itu, dia bukan kehilangan kesadaran karena memiliki Kepribadian ganda,”“Jika bukan seperti itu, seperti apa?”“Ini semacam kehilangan ingatan jangka pendek, lebih tepatnya dia menghapus ingatan yang dianggapnya sebagai bahaya untuknya,”Elang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Tirtan.“Jadi otak merespon tiap hal yang terjadi sekitar kita, jika dia menganggap tubuh kita dalam bahaya dia akan menghapus ingatan itu, tapi tidak semua orang memilikinya,”“Termasuk dia tidak ingat apa yang didengar olehnya tentang—“Tirtan menganggukan kepalanya membenarkan apa yang ada di dalam pikiran Elang. &
Mobil Elang tengah dalam perjalanan menuju lokasi transaksi, tentu saja asistennya Ervin menemaninya dengan setia. Bukan hal besar apa yang dia lakukan saat ini, mengagalkan transaksi serta merebut barang dari musuhnya apalagi jika menyangkut klien yang memiliki pamosok lain, hal itu akan membuatnya ingin mengacaukan transaksi.Lengannya tengah berada di sandaran tangan, pikiran masih terfokus pada Anna dan dress yang dikenakan oleh wanita itu. Potret wajah begitu jelas dalam memorinya.“Tuan, kita dapat masalah,” seru Ervin membuyarkan lamunan tuannya.“Katakan, ada apa?”“Mata-mata kita ketahuan, saat ini mayatnya berada di markas. Kepala terpotong, sebelumnya dia telah mengirimkan pesan, beberapa hal yang dia ketahui setelah itu, aku kehilangan kontak denganya,”Dia semakin penasaran bagaimana bisa begitu cepat mata-mata mereka ketahuan. Perasaannya saat ini begitu begitu kesal mendengar hal itu. Anak buah yan
“Siapa yang menembakmu?” tanya Anna disela dia menjahit luka kemudian membalutnya dengan perban.Ia cekatakan membersihkan dan merapikan peralatan P3k yang dipakai olehnya. Hal itu menghadirkan pertanyaan dikepala Elang tentang tindakan yang Anna lakukan barusan, seakan wanita itu sering melakukannya.“Apa yang kau lakukan hingga terluka seperti ini? Kau harusnya pergi ke rumah sakit, dan melapor ke polisi,”Pria mata hazel itu tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Anna padanya, dirinya hanya sibuk memperhatikan wanita yang baru saja mengeluarkan peluru.“Kenapa kau tidak takut dengan luka tembakan?”Anna melirik Elang, sorot hazel mata milik pria itu berartikan sebuah kebingungan tentang dirinya. Tentu saja dia kebingungan, seorang wanita yang baru dia temui mengobati luka tembakan.“Aku pernah tertembak di kaki dan aku mengobatinya sendiri,” seru Anna. “Mau lihat?” tanya
“Kenapa dengan wajahmu?” tanya Elang Aderra, bukan jawaban yang diberikan oleh Febia membuat Elang Aderra segera bergegas masuk ke dalam mobil. “Hai …” Sebuah senyuman terbit disertai sapaan pada Elang Aderra. Pria itu perlahan-lahan keluar dari membuat Sharon mengerutkan keningnya. “Kenapa kau seperti melihat hantu? Kau tidak akn masuk?” tanya Sharon membuat Elang Aderra perlahan-lahan memundurkan tubuhnya dan mengunci pintu mobil. “Sejak kapan, wanita itu—“ Perkataan Elang Aderra mengantung. “Saat Anna masuk ke dalam mobil,” ucap Febia seakan tahu kalimat terakhir yang ingin ditanyakan oleh Elang Aderra padanya. Ervin yang sejak tadi sudah di dalam mobil, mengerutkan keningnya melihat Elang Aderra yang belum masuk ke dalam mobil, ia pun ke luar. “Ada apa? Apa terjadi masalah?” tanya Ervin. Sreett! Kaca mobil terlihat terbuka, memperlihatkan seorang wanita yang saat ini tengah duduk. “Apa yang kalian lakukan di sana? Febia, apa kita tidak akan pulang?” tanya Sharon membuat Erv
“Oh. Aku tahu, apa dia salah satu pria yang tidur denganmu?” tanya Deff dengan suara lantang. Plak! Satu tamparan mengenai wajah Deff, Anna menatap pria itu penuh emosi. Bisa-bisanya pria itu melontarkan kalimat yang membuatnya sakit hati. Deff hanya bisa menyeka ujung bibirnya menggunakan lidah karena rasa sakit. “Jangan bicaramu. Kau tidak berhak mengatakan seperti itu padaku,” ucap Anna dengan tatapan penuh emosi. Bahkan, terlihat air mata tertahan di pelupuk matanya. Rasa sakit yang berasal dari dalam hati kini menjalar disekujur tubuhnya. Entah kenapa, rasa sakit itu, begitu tidak bisa membuatnya menahan diri. Anna mengepal tangannya dengan sangat erat. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya pria itu mengatakan hal menyakitkan padanya. “Terus bagaimana kau menjelaskan padaku tentang hubunganmu dengan Elang Aderra? Bukankah kau menggodanya?” “Aku tidak pernah melakukan hal yang seperti kau tuduhkan padaku, tapi percuma juga aku menjelaskan padamu, pria yang hatinya sudah dinodai
Pamer Kemesraan 2 Ma-maaf, tuan Elang Aderra. Apa yang sedang—“ “Aku hanya tidak ingin kekasihku capek karena berdiri. Jadi, aku memberinya tempatku.” Mata Clara begitu membulat sempurna mendengar pernyataan yang baru saja dikatakan oleh Elang Aderra. Kekasih? Reuel Anna kekasihnya? Tidak hanya Clara, bahkan Anna sendiri bahkan begitu terkejut. Bisa-bisanya, pria itu mengatakan jika dia adalah kekasihnya, bahkan dengan santainya mengusap rambutnya. Anna terdiam sejenak. "Sharon. Aku harap kau bisa membantu, keluar dan pukul wajah pria ini," ucap Anna membatin. "Kenapa aku harus melakukannya? Bukankah kau sangat tidak ingin jika aku mengantikan posisimu? Kau bahkan membuatku tidur." Sharon menjawab dengan begitu menusuk membuat Anna menyesal meminta bantuan pada kepribadiannya itu. "Sebaiknya kau selesaikan masalahmu saja sendiri." Anna menghela napas kasar, saat mendengar perkataan Sharon. "Aku tidak bisa melakukannya." "Kenapa? Karena saat ini kau berpura-pura menjadi seo
Elang Aderra melangkah turun dari mobil bertepatan dengan mobil milik Anna yang tiba di perusahaan milik Deff. Keduanya saling bertatapan satu sama lain, sampai akhirnya Febia memilih masuk lebih dulu, dan Anna mengikutinya dari belakang. Pria itu terkejut melihat Anna yang berada di sana, lebih anehnya lagi bukan dia yang diikuti tetapi mengikuti. “Apa aku tidak salah lihat. Ervin?” tanya Elang Aderra melepas kacamatanya, dia pikir mungkin karena dia memakai kacamata dia jadi salah lihat.Dia masih menatap ke arah wanita yang baru saja masuk itu. Tatapannya dipenuhi rasa ingin tahu, dengan apa yang dilihatnya. “Tidak. Kau tidak salah lihat. Dia mengawal Febia,” ucap Ervin menatap dua wanita yang baru saja masuk ke perusahaan itu. “Apa kau bisa jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Elang Aderra membuat Ervin menggelengkan kepalanya. Bagaimana dia tahu apa yang terjadi, sedangkan dia baru saja melihat hal itu. Keduanya terdiam, membuat beberapa orang yang melihat El
Biar kami menyelesaikan masalah kami “Wanita bodoh ini. Bisa-bisanya dia memberontak,” umpat Sharon. “Hai … kita bertemu lagi, sepertinya kalian kau bercerita banyak hal dengan Anna.” Elang Aderra yang berada di samping menatapnya dengan raut wajah berubah. Apalagi saat tahu jika Anna tidak sadarkan diri, maka Sharon yang akan mengambil alih tubuh wanita itu. “Kenapa dengan wajahmu? Apa kau tidak suka melihatku?” tanya Sharon yang melihat wajah Elang Aderra yang tertekan saat melihatnya. “Ya.” Sharon melirik ke arah Elang Aderra, kemudian memutar bola matanya karena tidak menyukai jawaban Elang Aderra. “Sial. Sepertinya tidak ada yang menyukai kehadiranku,” keluh Sharon sambil menyandarkan tubuhnya. Wanita itu malas untuk membuka suara. Bahkan sampai rumah, ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kesal. Febia yang melihat Sharon, hanya bisa menghela napasnya. Ia sangat tahu jika wanita itu tengah marah. “Apa kau bisa jelaskan apa yang sedang terjadi?” tanya E
“Tidak. Aku tidak akan membiarkan kau berbicara dengannya,” tegas Sharon kemudian melangkah pergi dari sana. Sharon tidak akan membiarkan Anna berbicara dengan pria itu, itu menandakan dia benar-benar gagal membuat Elang Aderra menjauh dari Anna. Beberapa saat kemudian, langkah terhenti dan wanita itu pingsan tepat di depan pintu. “Anna …” Elang Aderra segera beranjak dari tempat duduknya saat melihat wanita itu pingsan. “A-Sharon.” Elang Aderra bingung harus memanggil wanita itu dengan panggilan apa, apakah Anna atau Sharon. Elang Aderra segera mengendongnya dan membaringnya di sofa, ia pun meminta agar Ervin mengambil air untuk diminum. “Kau tidak apa-apa?” Elang Aderra bertanya, ia tidak tahu harus memanggilnya dengan sebutan apa. Saat membuka mata, hal yang pertama kali dilihatnya adalah Elang Aderra dan Ervin. “Kenapa aku ada di sini?” tanya wanita itu dengan kebingungan. Elang Aderra yang melihat raut wajah kebingungan itu, membuatnya mengerutkan kening. “K-kau siapa?
“Apa maksudmu dengan wanita bodoh?” tanya Seon terbata-bata, agak ragu karena ia melihat jika wanita di hadapannya jauh berbeda dari yang dikenalnya. “Iya. Wanita bodoh ini. Reuel Anna. Siapa lagi, dia sangat bodoh,” tegas Sharon sambil menunjuk ke diri sendiri. “Tapi itu ‘kan, kau—“ “No. I’am Not Reuel Anna. I’am Sharon, S-H-A-R-O-N,” ucap Sharon mengeja namanya. Elang Aderra masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Jelas-jelas di hadapannya saat ini adalah Reuel Anna, tetapi kenapa wanita itu mengatakan jika dia bukan Anna tetapi Sharon. “Sharon? T-tapi—wajahmu—“ Perkataan Elang Aderra terhenti. Melihat wajah Elang Aderra yang masih belum paham, Sharon mematikan telepon. “Aku bukan Reuel Anna, aku Sharon.” Sharon kembali menegaskan. Ia tidak ingin disamakan oleh Reuel Anna. “Kau melihatku seperti dia, karena kami berada pada satu tubuh,” tegas Sharon mencoba menjelaskan. Namun, apa yang dikatakannya percuma saja karena dua orang pria yang tengah bersamanya sama se
"Baiklah. Mari kita lihat, apa kau akan menyukainya lagi saat tahu jika dia memiliki kepribadian ganda?" tanya Sharon kemudian melangkah memarkirkan mobilnya. Bibirnya terus saja menerbitkan senyum, ia benar-benar penasaran apa yang akan terjadi jika Elang Aderra mengetahui fakta yang akan diungkapkannya. Apakah pria itu akan tetap mendekati Reuel Anna atau meninggalkannya. Seberapa terkejutnya pria itu mengetahui fakta yang sangat besar. Kaki Sharon begitu cepat masuk ke dalam perusahaan. Dress selutut, serta menggunakan mantel tidak lupa kacamata hitam, riasan tipis, lipstik tipis dipakai membuatnya terlihat anggun. Orang-orang tidak akan meremehkan dirinya yang seperti itu, berbeda dengan pakaian yang dipakai oleh Anna. Ia berhenti dan melihat sekitar kemudian menuju resepsionis tetapi tempat itu kosong. "Ke mana mereka? Apa tidak kerja? Bukankah seseorang harus menjaga di sini?” tanyanya sambil mengedarkan pandangan. “Apa pergi ke toilet?” tanyanya. Seorang Security datang m
Tring! Ponsel milik Ambar berbunyi. Ia segera membuka pesan yang dikirimkan padanya. Mataya membulat sempurna saat melihat foto yang dikirimkan padanya. “Anna Keola?” Ambar mengepal tangannya dengan erat saat melihat foto yang baru saja dikirim oleh wanita di seberang telepon. Wajahnya berubah, kemarin dia baru bertemu dengan Anna dan wanita itu tidak menunjukan jika dia kaya, tetapi wanita di foto itu berbelanja begitu banyak barang brended membuat Ambar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat itu juga. “TIdak mungkin dia. Aku bertemu dengan Anna kemarin, ia menjadi asisten dari orang yang menjadi investor di perusahaanku. Asisten wanita misterius itu, mungkin dia hanya diminta untuk berbelanja oleh wanita itu,” sanggah Ambar. Telepon terputus saat itu juga. Ambar membanting ponsel membuat ponsel itu retak. Ia melihat sekilas ponslenya kemudian merebahkan tubuhnya di sofa. Ia cukup lelah dengan apa yang tengah terjadi padanya. Hal yang membuatnya begitu frustrasi karena