Plak!
Sebuah tangan melayang mengenai sebuah pipi seorang gadis memakai pakaian dress berwarna putih, diiringi dengan sebuah umpatan.
“Jangan ganggu anakku lagi, dasar wanita murahan. Kau tidak pantas menjadi menantu keluarga kami,” hina Sonia.
Rambut gadis itu terlihat acak-acakan, pipinya merah akibat dari tamparan dari Sonia, wajahnya terlihat merah padam karena emosi yang begitu menggebu di dalam dadanya.
Gadis yang baru saja mendapatkan tamparan itu hanya bisa mengusap wajahnya. Apa yang lebih memalukan dari penghinaan yang baru saja ia dapatkan? Di depan begitu banyak orang ia diperlakukan tidak sepantasnya.
Semua mata tertuju padanya. Apalagi, suara Sonia begitu menggema memenuhi ruangan yang ukurannya begitu luas, membuat se isi ruangan itu bisa mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh wanita paruh baya itu.
Beberapa bisik-bisik pun terdengar membuat Anna melihat sekeliling. Ia sangat jelas bisa merasakan jika semua mata tertuju padanya, memandang penuh dengan kehinaan bahkan tak ada satupun ingin membela.
“Untuk apa kau datang ke sini? Ingin mempermalukan kami, setelah apa yang kau lakukan?” tanya Sonia memasang wajah menjijikan ketika melihat Anna.
“Deff, kau tidak percaya padaku?” Anna bertanya dengan nada serak menatap ke arah pria yang dipanggilnya Deff.
Wajah sendu itu dengan binary mata mengisyaratkan jika ia butuh bantuan tentang segala tuduhan yang diberikan padanya.
“Deff. A-aku tidak melakukannya. Sungguh, kumohon percayalah padaku,” ia memohon, harapan ada pada pria yang dicintainya.
Rauel Anna Amalthea gadis berparas cantik, berbulu mata lentik, rambut sepinggang, menerima tamparan dari wanita di hadapannya, pakaian tampak begitu kacau serta tatapan orang-orang memandang rendah terhadapnya.
“Tidak ada yang percaya dengan gadis yang tidur dengan pria lain, padahal akan menikah,” ucap Sonia memojokan Anna.
Sejak dulu, Sonia mencari cela agar bisa menghina Anna habis-habisan. Ia tidak pernah menyukai hubungan anaknya-Deff bersama Anna. Kini, ketika menemukan kesalahan gadis itu membuatnya bahagia mendapatkan kesempatan untuk menghina Anna.
Anna hanya bisa mengepalkan tangannya, tidak terima dengan apa yang ia dapatkan.
Dirinya memanglah anak yang kabur dari panti asuhan, setelah menerima penyiksaan, memilih hidup mandiri dengan bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan bersekolah.
“Tidak,” ucap Deff dingin.
Anna tersentak kaget. Deff yang ia kenal berubah dingin. Bahkan ekspresi yang pria itu tunjukan muak dan jijik. Hatinya terasa sakit, ketika pertama kali melihat ekspresi Deff padanya.
“Kau tidur dengan pria lain, terus aku harus percaya gitu? Akhirnya mataku terbuka, kupukir kau gadis baik-baik ternyata sama saja dengan gadis di luaran sana menjual tubuhnya,” ucap Deff begitu menghantam ulu hati Anna.
“A—“
Perkataannya tercekat ketika ingin mengatakan sesuatu. Di satu sisi memang Deff tidak akan percaya mengingat jika dirinya memang benar tidur dengan pria lain. Ia sendiri bahkan tidak percaya, bagaimana bisa ia tidak menjaga diri dan memberikan sesuatu yang harusnya ia berikan pada suaminya.
“Atau, ini bukan yang pertama kau tidur dengan pria? Mungkin kau telah menjual tubuhmu pada lelaki hidung belang,” ucap Deff.
“Aku tidak pernah menjual tubuhku,” bantah Anna.
“Kau menyangkal bagaimana lagi Anna setelah semuanya telah terbukti? Dan kau mengatakan tidak melakukannya? Huh?! Dasar pelacur,” ucap Deff menaikan nada bicaranya.
Hati Anna berdegup kencang, tidak pernah ia menyangka perkataan kasar keluar dari mulut pria yang dicintainya itu. Hatinya terasa diremat begitu sakit.
Degh!
Hatinya berdegup kencang, dia tidak pernah menyangka akan keluar perkataan menyakitkan dari kekasihnya. Pria telah dipercayainya selama ini. Tidak, Deff bukan lagi kekasihnya. Melainkan mantan kekasihnya.
“Deff, coba dengarkan dulu apa yang ingin dia katakan pada kita,” seorang wanita ikut bergabung dalam pembicaraan mereka.
“Diam Clara, jangan ikut campur,” bentak Deff membuat gadis itu terdiam.
Anna melirik kea rah suara yang dikenalnya, matanya merekam seorang gadis tengah memakai gaun pengantin, ia sangat mengenal gaun itu karena dia sendirilah yang memilihnya. Tetapi tanpa bersalah wanita itu memakainya, seketika membuat emosi.
“A-aku minta maaf, aku tidak bermaksud melakukannya. Aku tidak bermaksud mengantikanmu, Anna,” ucap Clara.
Melihat tatapan dari Anna tertuju padanya, membuatnya seketika meminta maaf. Entah bagaimana Anna merasa nada bicara gadis itu, tengah menghinanya, apalagi senyuman yang terbit dari bibir Clara, ditambah tangan gadis itu menggenggam lengan Deffrian dengan erat.
“K-kau menikah dengan Clara?” tanya Anna terbata-bata menatap sahabatnya itu.
Bukan jawaban yang ia dapatkan dari Clara tetapi sebuah pembuktian dengan menggandeng tangan Deff. Gadis itu memang mengejek Anna yang tengah menatap kesal pada dirinya.
Hatinya terasa begitu sakit, kini dia dikelilingi oleh orang-orang yang menghina dirinya. Kini, dirinya menyadari apa yang sebenarnya tengah terjadi. Dia dikhianati, seseorang membuatnya mabuk dan terbangun tanpa pakaian di atas ranjang.
“Apa yang kau tunggu, pergi dari sini, tidak ada yang menginginkan gadis murahan sepertimu ada di sini. Jangan mengganggu suasana pesta pernikahan anakku,”
Anna kembali menatap pada pria yang telah lama memadu kasih, tidak ada respon dari pria itu, hanya ada kebencian di matanya. Clara tersenyum, membuat Anna begitu geram, menaiki pelaminan dan menampar Clara.
Plak!
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menamparku?” tanya Clara mengusap pipi yang baru saja ditampar oleh Anna.
Grep!
“Kau yang melakukan ini padaku?” tanya Anna sambil menjambak rambut Clara. “Kau yang merencanakannya, benar kan? Kau yang membuatku mabuk dan tidur bersama pria itu? Katakan, kau yang melakukannya ‘kan?” tanya Anna sambil menjabak rambut Clara.
Gadis itu begitu geram, ia tidak percaya mengapa Clara begitu tega melakukan hal itu padanya. Sahabat yang begitu ia percayai, sekarang menusuknya dari belakang. Sahabat yang dianggapnya sebagai saudara sendiri, begitu tega padanya.
Ia tidak ingin melepaskan Clara begitu saja. Tangannya terus menerus menarik rambut gadis itu.
“Aa … aa … Anna lepaskan. Sakit. Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku tidak mengerti maksudmu,” bantah Clara.
“Wanita pelacur, apa yang kau lakukan pada menantuku?”
Sonia begitu geram denga apa yang dilakukan Anna pada Clara. Emosi Anna tengah memuncak, dia ingin memberikan Clara pelajaran.
“Deff, apa yang kau lakukan. Lakukan sesuatu,” tegur Sonia. Hal itu membuat Deff menarik tangan Anna dan menghempaskannya begitu saja, alhasil membuat Anna terjatuh ke lantai.
“Stop Anna, jangan menuduh orang yang tidak bersalah. Sebaiknya kau pergi dari sini,” ucap pria itu dengan emosi.
Anna terdiam. Tidak bisa membela diri lagi. Dia mulai sadar, percuma melakukan pembelaan, tidak ada yang akan mempercayai dirinya.
Seorang pria beranjak dari tempat duduknya.
“Apa kita menghadiri acara pernikahan, atau pertunjukan?” tanyanya, membuat semua orang melihat ke arahnya.
Sonia turun dengan cepat.
“Maaf atas keributan ini, kami tidak tahu akan mendapatkan gangguan seperti ini,”
Pria itu menyilangkan tangannya di depan dada. Jas mahal tengah melekat di tubuhnya. Matanya menatap ke arah pelaminan, sejak tadi dia merasa terganggu dengan drama yang tengah berada di depannya.
“Silahkan duduk lagi, kami akan menghilangkan penganggunya,” ucap Sonia.
Wanita paruh baya itu terlihat tengah mencegah pria itu untuk pergi dari acara pernikahan putranya, pria itu pria berpengaruh baginya.
“Baiklah,” seru pria itu kemudian kembali duduk.
“Apa yang kalian tunggu, usir gadis ini,” titah Sonia.
“Akhirnya kau tidak menjadi bagian dari keluarga kami, gadis miskin,” bisik Naura ketika melihat Anna yang tengah diseret oleh dua orang pengawal.
“Sialan kau Naura, aku yakin kalian berdua yang merencakannya,” Anna memberontak.
Ekspresi Naura seketika berubah, ia terlihat ketakutan apalagi wajah Anna tidak terlihat bersahabat padanya.
“Kakak, lihatlah. Dia memfitnahku,” rengeknya mengadu pada kakaknya. “Sebenarnya aku telah tahu jika kak Anna sering tidur bersama pria lain,”
“Naura, diam kau. Sialan, brengsek,” umpat Anna. “Aku tidak melakukannya, aku tidak melakukan hal memalukan seperti itu,”
“Tapi, kau tidur dengan seorang pria, dan kami memiliki buktinya,” Naura memojokkan Anna.
Deffrian tidak bergeming, pria itu seakan membenarkan apa yang dikatakan oleh adiknya.
“Aku dijebak, kumohon percayalah padaku, Deff, aku di jebak. Kumohon percayalah,”
Melihat tidak ada respon dari pria itu, membuatnya sangat jika hubungan mereka selama ini, sia-sia saja.
“Kenapa? Kenapa kau tidak percaya padaku? Kenapa kau tidak percaya padaku, Deff. Kenapa?” Suara Anna terdengar meninggi, penuh emosi, dia tidak terima jika pria yang selama ini bersama dengannya, tidak mempercayai apa yang dia katakan.
“Apa yang kalian tunggu, cepat keluar dia dari sini,” titah Sonia lagi, yang belum melihat ada pergerakan dari pengawal yang di perintahnya.
Dua orang pria bertubuh besar, berjalan mendekat dan berusaha menarik gadis itu dengan paksa untuk dari sana. Anna meronta-ronta ketika di paksa keluar dari dalam gedung. Harga dirinya diinjak-injak, sedangkan ada senyuman mengejek.
“Lepaskan, lepaskan ku bilang,” ucap Anna meronta-ronta. “Clara, kenapa kau tega melakukan ini padaku, kenapa kau tega padaku? Kenapa?” teriak Anna di tarik paksa keluar dari luar gedung. “Deff, kau akan menyesal melakukan hal ini padaku. Suatu hari kau akan menyesal, kau akan menyesal Deff,” teriak Anna.
Clara mengepalkan tangannya, ia sangat membenci Anna. Ia selalu iri dengan pencapaian Anna selama ini. Selalu saja ia tidak bisa mengalahkan Anna.
Hari ini, wanita malang itu kehilangan hidupnya ketika dipermalukan di depan banyak orang, serta diseret paksa keluar bahkan tidak ada yang membantu dirinya. Ia terlihat begitu menyedihkan.
Tubuhnya kecilnya di hempaskan begitu saja di luar gedung.
“Deff, aku sungguh tidak melakukannya. Aku tidak melakukannya, kumohon percayalah padaku,”
Hidupnya telah hancur.
Hujan seketika turun ketika dirinya dilempar keluar dari pintu gedung. Percuma dirinya melakukan pembelaan, tidak ada yang mempercayai dirinya, tidak ada yang membantu dirinya.
Gadis itu tengah berdiri sambil memegang pembatas jembatan, kakinya tengah menaiki satu besi. Dia tidak ingin lagi hidup, setelah semua yang terjadi. Semua memandang rendah dirinya. Dia bahkan tidak mengetahui siapa pria yang telah tidur dengannya, dia tidak bisa menuntut pertanggungjawaban.
Tak ada harapan, membuatnya memutuskan untuk bunuh diri!
Byur!
Bersambung …
Anna merasakan seseorang tengah menyelamatkan dirinya yang memiliki mengakhiri hidup dengan melompat dari jembatan. Samar-samar terdengar suara seorang pria, Anna tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu karena ia tidak sadarkan diri.“Sial, kenapa aku membantu gadis ini,” umpatnya.Pria itu merebahkan tubuhnya di samping tubuh Anna yang tengah tidak sadarkan. Sejenak ia melirik wanita yang baru saja diselamatkan olehnya itu.“Tuan …” panggil seorang pria mengunakan jas rapi, dilengannya terlihat sebuah jas. “Anda tidak apa-apa,”Pria yang diajaknya berbicara itu, mencoba mengatur nafas.“Coba kau periksa apa gadis ini masih hidup atau tidak,” titahnya, kemudian di turuti oleh asistenya.Asistennya mengikuti perintah yang diberikannya, mengecek keadaan Anna, hal itu membuatnya membulatkan mata. “T-tuan, dia tidak bernafas,”Mendengar hal itu, ia segera beranjak d
Langkah kaki Anna terhenti ketika melihat seorang pria tengah duduk amperan tokoh bersama beberapa orang, matanya menatap ke arah pria it uterus menerus.“Kenapa kita berhenti? Apa kau telah menemukannya?” tanya seorang wanita sambil menyerahkan gelas plastic berisi kafein untuk Anna.Wanita itu kemudian melihat ke arah pandangan Anna tertuju. “Jadi, kau tahu jika pria itu berkuasa di tempat ini?” tanyanya dijawab anggukan oleh Anna. “Kau bisa melawannya?”Anna melirik ke arah wanita yang sejak tadi begitu berisik. “Aaaa … aku tahu. Kau tidak bisa melawannya,”“Apa kau tidak bisa diam?” tanya Anna, begitu risih dengan wanita yang ditolongnya seminggu yang lalu, ketika wanita itu hampir saja di perkosa oleh beberapa orang.Gadis itu mengatupkan mulut membuat suara gereskan dari giginya. Setelah beberapa saat mengamati Anna memilih mendekat ke arah sekumpulan pria yang telah berpindah
“Kau harus menikah denganku. Karena mengetahui rahasiaku,”Ucapan pria yang didepannya, seketika membuat mata Anna membulat. Rasa perih ditangannya karena cengkraman tangan dipergelangan tangannya tidak terasa karena keterkejutan itu.Tatapan mata yang begitu tajam terlihat dari sorot matanya, ada rasa kesal yang terlihat. Beberapa saat yang lalu, dia membuat seorang pria berteriak, meminta pengampunannya, dan saat ini dia berhadapan dengan pria aneh membuat perasaannya kesal.Pria aneh, yang membuatnya penasaran saat berjalan kembali ke rumah karena dilihatnya tengah meringis kesakitan malah memintanya langsung menikah dengannya.“Dasar pria sialan, gila,” batin Anna.Tubuhnya begitu lelah, setelah kembali dari markas rahasianya ketika membereskan beberapa mata-mata yang dikirimkan oleh musuh diorganisasinya, dan diperjalanan pulang dia malah bertemu dengan pria aneh yang memaksanya menikah.“Harusnya aku mener
“Cepat, aku ingin wanita itu,” kata Elang memberikan perintahnya.Seperti namanya—Elang—dia ingin mendapatkan apa yang dia inginkan. Tidak akan membuat mangsa kabur begitu saja, dan tidak akan melepaskan mangsa yang ada di depannya.“Aku tidak mau tahu, kau harus mendapatkan wanita itu, berani sekali dia mengunci leherku seperti itu,”“Boss, jadi kau ingin balas dendam hanya karena wanita itu memukulmu?”“Diam!” bentak Elang, membuat asistennya itu mengatup mulut. “Aku tidak terima, dia membuatku terjatuh, dan juga dia mengetahui rahasiaku, bagaimana jika dia membocorkannya?”“Boss, kau terlalu berfikir berlebihan,”“Kau pikir aku berlebihan? Jika dia mengatakan tentang rahasiaku, kita akan tamat,” kata Elang memberikan sedikit penekanan pada akhir perkataannya.“Baiklah boss, aku pertaruhkan hidupku untuk ini,” kata asistennya
Anna gelagapan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pria di sampingnya, ia mencoba untuk membula pintu mobil, saat ini yang terlintas dipikirannya adalah melompat dalam mobil. Masa bodoh, jika ia mengalami luka lecet asal bisa keluar dari mobil.Clek! Clek!Sialnya. Pintu mobil itu terkunci. Melihat Elang yang telah memegang alat perekat membuatnya membuka pintu mobil, berharap pintu itu rusak. “J-jangan menyentuhku atau kau akan menyesal,” ancam Anna tetapi pria itu bukan tipe yang akan mendengarkan perkataan orang lain.“Diam! Jangan membuatku bersikap kasar padamu,” bentak Elang.Anna masih saja melakukan pemberontakan hingga membuat bibir Elang terluka akibat disikut olehnya.“Kubilang hentikan,” suara Elang meninggi, tangannya menyergap pergelangan tangan Anna kemudian melilit Lakban dengan kasar di sana.Pemberontakan masih terus terjadi, ia tidak mungkin menjadi budak pria itu. Harga dirinya aka
Dor …Suara tembakan terdengar, membuat tubuh Anna bergetar, sebelum dia tidak sadarkan diri. Elang berada di hadapannya saat itu yang menembaknya dengan senjata listrik.Elang terlalu kejam, bahkan seorang wanita di tembak mengunakan senjata listrik. Apa yang dilakukan oleh pria itu membuat para maid shock, tetapi tidak bisa menegur.“Itu hadiah untuk gadis pembangkang, masih baik aku tidak membunuhmy” ucap Elang sambil menyerahkan senjata itu pada anak buahnya.Ia telah memprediksikan Anna akan keluar ketika pintu terbuka, karena itu dia mengambil keputusan untuk menembak Anna.Wajah Anna terlihat cantik saat tidak sadarkan diri, ketika para pengawal akan mengangkat tubuh Anna, ia mencengah dan melakukukannya sendiri.Anna direbahkan di atas ranjang membuat rambut wanita itu berserakah menutupi wajahnya, dengan pelan Elang menyibak rambut itu dan menepikan. Dia bahkan tidak mengerti mengapa dia melakukannya.&ldqu
“Maksudmu, dia memiliki kepribadian ganda, Tir?” tanya Elang penasaran.Pria yang tengah mondar mandir tidak jelas itu melihat ke arah Elang yang tengah memberikan spekulasi tentang apa yang dia pikirkan.“Tidak … tidak … ini bukan seperti itu, dia bukan kehilangan kesadaran karena memiliki Kepribadian ganda,”“Jika bukan seperti itu, seperti apa?”“Ini semacam kehilangan ingatan jangka pendek, lebih tepatnya dia menghapus ingatan yang dianggapnya sebagai bahaya untuknya,”Elang tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Tirtan.“Jadi otak merespon tiap hal yang terjadi sekitar kita, jika dia menganggap tubuh kita dalam bahaya dia akan menghapus ingatan itu, tapi tidak semua orang memilikinya,”“Termasuk dia tidak ingat apa yang didengar olehnya tentang—“Tirtan menganggukan kepalanya membenarkan apa yang ada di dalam pikiran Elang. &
Mobil Elang tengah dalam perjalanan menuju lokasi transaksi, tentu saja asistennya Ervin menemaninya dengan setia. Bukan hal besar apa yang dia lakukan saat ini, mengagalkan transaksi serta merebut barang dari musuhnya apalagi jika menyangkut klien yang memiliki pamosok lain, hal itu akan membuatnya ingin mengacaukan transaksi.Lengannya tengah berada di sandaran tangan, pikiran masih terfokus pada Anna dan dress yang dikenakan oleh wanita itu. Potret wajah begitu jelas dalam memorinya.“Tuan, kita dapat masalah,” seru Ervin membuyarkan lamunan tuannya.“Katakan, ada apa?”“Mata-mata kita ketahuan, saat ini mayatnya berada di markas. Kepala terpotong, sebelumnya dia telah mengirimkan pesan, beberapa hal yang dia ketahui setelah itu, aku kehilangan kontak denganya,”Dia semakin penasaran bagaimana bisa begitu cepat mata-mata mereka ketahuan. Perasaannya saat ini begitu begitu kesal mendengar hal itu. Anak buah yan
“Kenapa dengan wajahmu?” tanya Elang Aderra, bukan jawaban yang diberikan oleh Febia membuat Elang Aderra segera bergegas masuk ke dalam mobil. “Hai …” Sebuah senyuman terbit disertai sapaan pada Elang Aderra. Pria itu perlahan-lahan keluar dari membuat Sharon mengerutkan keningnya. “Kenapa kau seperti melihat hantu? Kau tidak akn masuk?” tanya Sharon membuat Elang Aderra perlahan-lahan memundurkan tubuhnya dan mengunci pintu mobil. “Sejak kapan, wanita itu—“ Perkataan Elang Aderra mengantung. “Saat Anna masuk ke dalam mobil,” ucap Febia seakan tahu kalimat terakhir yang ingin ditanyakan oleh Elang Aderra padanya. Ervin yang sejak tadi sudah di dalam mobil, mengerutkan keningnya melihat Elang Aderra yang belum masuk ke dalam mobil, ia pun ke luar. “Ada apa? Apa terjadi masalah?” tanya Ervin. Sreett! Kaca mobil terlihat terbuka, memperlihatkan seorang wanita yang saat ini tengah duduk. “Apa yang kalian lakukan di sana? Febia, apa kita tidak akan pulang?” tanya Sharon membuat Erv
“Oh. Aku tahu, apa dia salah satu pria yang tidur denganmu?” tanya Deff dengan suara lantang. Plak! Satu tamparan mengenai wajah Deff, Anna menatap pria itu penuh emosi. Bisa-bisanya pria itu melontarkan kalimat yang membuatnya sakit hati. Deff hanya bisa menyeka ujung bibirnya menggunakan lidah karena rasa sakit. “Jangan bicaramu. Kau tidak berhak mengatakan seperti itu padaku,” ucap Anna dengan tatapan penuh emosi. Bahkan, terlihat air mata tertahan di pelupuk matanya. Rasa sakit yang berasal dari dalam hati kini menjalar disekujur tubuhnya. Entah kenapa, rasa sakit itu, begitu tidak bisa membuatnya menahan diri. Anna mengepal tangannya dengan sangat erat. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya pria itu mengatakan hal menyakitkan padanya. “Terus bagaimana kau menjelaskan padaku tentang hubunganmu dengan Elang Aderra? Bukankah kau menggodanya?” “Aku tidak pernah melakukan hal yang seperti kau tuduhkan padaku, tapi percuma juga aku menjelaskan padamu, pria yang hatinya sudah dinodai
Pamer Kemesraan 2 Ma-maaf, tuan Elang Aderra. Apa yang sedang—“ “Aku hanya tidak ingin kekasihku capek karena berdiri. Jadi, aku memberinya tempatku.” Mata Clara begitu membulat sempurna mendengar pernyataan yang baru saja dikatakan oleh Elang Aderra. Kekasih? Reuel Anna kekasihnya? Tidak hanya Clara, bahkan Anna sendiri bahkan begitu terkejut. Bisa-bisanya, pria itu mengatakan jika dia adalah kekasihnya, bahkan dengan santainya mengusap rambutnya. Anna terdiam sejenak. "Sharon. Aku harap kau bisa membantu, keluar dan pukul wajah pria ini," ucap Anna membatin. "Kenapa aku harus melakukannya? Bukankah kau sangat tidak ingin jika aku mengantikan posisimu? Kau bahkan membuatku tidur." Sharon menjawab dengan begitu menusuk membuat Anna menyesal meminta bantuan pada kepribadiannya itu. "Sebaiknya kau selesaikan masalahmu saja sendiri." Anna menghela napas kasar, saat mendengar perkataan Sharon. "Aku tidak bisa melakukannya." "Kenapa? Karena saat ini kau berpura-pura menjadi seo
Elang Aderra melangkah turun dari mobil bertepatan dengan mobil milik Anna yang tiba di perusahaan milik Deff. Keduanya saling bertatapan satu sama lain, sampai akhirnya Febia memilih masuk lebih dulu, dan Anna mengikutinya dari belakang. Pria itu terkejut melihat Anna yang berada di sana, lebih anehnya lagi bukan dia yang diikuti tetapi mengikuti. “Apa aku tidak salah lihat. Ervin?” tanya Elang Aderra melepas kacamatanya, dia pikir mungkin karena dia memakai kacamata dia jadi salah lihat.Dia masih menatap ke arah wanita yang baru saja masuk itu. Tatapannya dipenuhi rasa ingin tahu, dengan apa yang dilihatnya. “Tidak. Kau tidak salah lihat. Dia mengawal Febia,” ucap Ervin menatap dua wanita yang baru saja masuk ke perusahaan itu. “Apa kau bisa jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Elang Aderra membuat Ervin menggelengkan kepalanya. Bagaimana dia tahu apa yang terjadi, sedangkan dia baru saja melihat hal itu. Keduanya terdiam, membuat beberapa orang yang melihat El
Biar kami menyelesaikan masalah kami “Wanita bodoh ini. Bisa-bisanya dia memberontak,” umpat Sharon. “Hai … kita bertemu lagi, sepertinya kalian kau bercerita banyak hal dengan Anna.” Elang Aderra yang berada di samping menatapnya dengan raut wajah berubah. Apalagi saat tahu jika Anna tidak sadarkan diri, maka Sharon yang akan mengambil alih tubuh wanita itu. “Kenapa dengan wajahmu? Apa kau tidak suka melihatku?” tanya Sharon yang melihat wajah Elang Aderra yang tertekan saat melihatnya. “Ya.” Sharon melirik ke arah Elang Aderra, kemudian memutar bola matanya karena tidak menyukai jawaban Elang Aderra. “Sial. Sepertinya tidak ada yang menyukai kehadiranku,” keluh Sharon sambil menyandarkan tubuhnya. Wanita itu malas untuk membuka suara. Bahkan sampai rumah, ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kesal. Febia yang melihat Sharon, hanya bisa menghela napasnya. Ia sangat tahu jika wanita itu tengah marah. “Apa kau bisa jelaskan apa yang sedang terjadi?” tanya E
“Tidak. Aku tidak akan membiarkan kau berbicara dengannya,” tegas Sharon kemudian melangkah pergi dari sana. Sharon tidak akan membiarkan Anna berbicara dengan pria itu, itu menandakan dia benar-benar gagal membuat Elang Aderra menjauh dari Anna. Beberapa saat kemudian, langkah terhenti dan wanita itu pingsan tepat di depan pintu. “Anna …” Elang Aderra segera beranjak dari tempat duduknya saat melihat wanita itu pingsan. “A-Sharon.” Elang Aderra bingung harus memanggil wanita itu dengan panggilan apa, apakah Anna atau Sharon. Elang Aderra segera mengendongnya dan membaringnya di sofa, ia pun meminta agar Ervin mengambil air untuk diminum. “Kau tidak apa-apa?” Elang Aderra bertanya, ia tidak tahu harus memanggilnya dengan sebutan apa. Saat membuka mata, hal yang pertama kali dilihatnya adalah Elang Aderra dan Ervin. “Kenapa aku ada di sini?” tanya wanita itu dengan kebingungan. Elang Aderra yang melihat raut wajah kebingungan itu, membuatnya mengerutkan kening. “K-kau siapa?
“Apa maksudmu dengan wanita bodoh?” tanya Seon terbata-bata, agak ragu karena ia melihat jika wanita di hadapannya jauh berbeda dari yang dikenalnya. “Iya. Wanita bodoh ini. Reuel Anna. Siapa lagi, dia sangat bodoh,” tegas Sharon sambil menunjuk ke diri sendiri. “Tapi itu ‘kan, kau—“ “No. I’am Not Reuel Anna. I’am Sharon, S-H-A-R-O-N,” ucap Sharon mengeja namanya. Elang Aderra masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Jelas-jelas di hadapannya saat ini adalah Reuel Anna, tetapi kenapa wanita itu mengatakan jika dia bukan Anna tetapi Sharon. “Sharon? T-tapi—wajahmu—“ Perkataan Elang Aderra terhenti. Melihat wajah Elang Aderra yang masih belum paham, Sharon mematikan telepon. “Aku bukan Reuel Anna, aku Sharon.” Sharon kembali menegaskan. Ia tidak ingin disamakan oleh Reuel Anna. “Kau melihatku seperti dia, karena kami berada pada satu tubuh,” tegas Sharon mencoba menjelaskan. Namun, apa yang dikatakannya percuma saja karena dua orang pria yang tengah bersamanya sama se
"Baiklah. Mari kita lihat, apa kau akan menyukainya lagi saat tahu jika dia memiliki kepribadian ganda?" tanya Sharon kemudian melangkah memarkirkan mobilnya. Bibirnya terus saja menerbitkan senyum, ia benar-benar penasaran apa yang akan terjadi jika Elang Aderra mengetahui fakta yang akan diungkapkannya. Apakah pria itu akan tetap mendekati Reuel Anna atau meninggalkannya. Seberapa terkejutnya pria itu mengetahui fakta yang sangat besar. Kaki Sharon begitu cepat masuk ke dalam perusahaan. Dress selutut, serta menggunakan mantel tidak lupa kacamata hitam, riasan tipis, lipstik tipis dipakai membuatnya terlihat anggun. Orang-orang tidak akan meremehkan dirinya yang seperti itu, berbeda dengan pakaian yang dipakai oleh Anna. Ia berhenti dan melihat sekitar kemudian menuju resepsionis tetapi tempat itu kosong. "Ke mana mereka? Apa tidak kerja? Bukankah seseorang harus menjaga di sini?” tanyanya sambil mengedarkan pandangan. “Apa pergi ke toilet?” tanyanya. Seorang Security datang m
Tring! Ponsel milik Ambar berbunyi. Ia segera membuka pesan yang dikirimkan padanya. Mataya membulat sempurna saat melihat foto yang dikirimkan padanya. “Anna Keola?” Ambar mengepal tangannya dengan erat saat melihat foto yang baru saja dikirim oleh wanita di seberang telepon. Wajahnya berubah, kemarin dia baru bertemu dengan Anna dan wanita itu tidak menunjukan jika dia kaya, tetapi wanita di foto itu berbelanja begitu banyak barang brended membuat Ambar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat itu juga. “TIdak mungkin dia. Aku bertemu dengan Anna kemarin, ia menjadi asisten dari orang yang menjadi investor di perusahaanku. Asisten wanita misterius itu, mungkin dia hanya diminta untuk berbelanja oleh wanita itu,” sanggah Ambar. Telepon terputus saat itu juga. Ambar membanting ponsel membuat ponsel itu retak. Ia melihat sekilas ponslenya kemudian merebahkan tubuhnya di sofa. Ia cukup lelah dengan apa yang tengah terjadi padanya. Hal yang membuatnya begitu frustrasi karena