Beranda / Romansa / Dendam Wanita Terbuang / 9. Pulang dalam Keadaan Berdarah

Share

9. Pulang dalam Keadaan Berdarah

Mobil Elang tengah dalam perjalanan menuju lokasi transaksi, tentu saja asistennya Ervin menemaninya dengan setia. Bukan hal besar apa yang dia lakukan saat ini, mengagalkan transaksi serta merebut barang dari musuhnya apalagi jika menyangkut klien yang memiliki pamosok lain, hal itu akan membuatnya ingin mengacaukan transaksi.

Lengannya tengah berada di sandaran tangan, pikiran masih terfokus pada Anna dan dress yang dikenakan oleh wanita itu. Potret wajah begitu jelas dalam memorinya.

“Tuan, kita dapat masalah,” seru Ervin membuyarkan lamunan tuannya.

“Katakan, ada apa?”

“Mata-mata kita ketahuan, saat ini mayatnya berada di markas. Kepala terpotong, sebelumnya dia telah mengirimkan pesan, beberapa hal yang dia ketahui setelah itu, aku kehilangan kontak denganya,”

Dia semakin penasaran bagaimana bisa begitu cepat mata-mata mereka ketahuan. Perasaannya saat ini begitu begitu kesal mendengar hal itu. Anak buah yang dikirimkan bukan anggota baru tetapi anggota yang telah telah terlatih bertahun-tahun, tetapi masih saja ketahuan.

“Berapa orang yang telah kita kirim?”

“Sepuluh orang, tujuh orang yang telah tewas,”

“Kita kehilangan anggota terhebat kita. Apa pesan terakhir yang dikirimnya?”

“Tidak ada, sebelum dia mengatakannya seseorang membunuhnya,”

Elang menatap dingin ke arah depan. Apa dia telah kalah dengan organisasi yang baru dibentuk, bahkan untuk menembus organisasi itu begitu susah, dan berakhir dengan kematian anggotanya. Dia semakin penasaran dengan pemimpin organisasi itu.

“Apa ada informasi tentang pemimpin Re’Donna?”

“Belum pernah ada yang bertemu dengan pemimpin Re’Donna, selain pria bernama Denn Kavin, pria itu selalu mewakili pemimpin Re’Donna,”

Satu dalam pikiran Elang saat itu, ia teringat dengan EL Group, perusahaan itu pun tidak pernah ada yang mengetahui tentang siapa pemiliknya, semuanya hanya mengunakan perwakilan, tetapi dia membuang jauh pikiran itu.

“Dapatkan informasi tentang pria itu,”

“I-itu, sulit. Sistem pertahanan Re’Donna sangat sulit di tembus,”

“Tidak becus. Apa tidak ada yang bisa membobolnya? Aku merekrut peretas terhebat bukan untuk bersenang-senang dengan semua yang kuberikan pada mereka,”

Ervin melihat tuannya yang tengah emosi, membuatnya sedikit merinding.

“Aku akan mengusahakannya,”

“Aku benci gagal, Er,”

Di lain tempat Denn tengah menghubungi Anna—boss tetapi tidak tidak terhubung. Sangat aneh, bosnya tidak dapat dihubungi, biasa wanita itu akan sampai tepat waktu, tapi lima belas menit telah berlangsung belum juga ada kabar kedatangannya.

“Apa dia bersamamu?” tanya Denn ketika panggilannya terhubung. “Tidak ya, baiklah terima kasih,” ucapnya lagi kemudian mematikan telpon secara sepihak.

Sebenarnya Anna biasa pergi seperti ini, tetapi akan memberi kabar. Telah beberapa hari tidak ada kunjungan ke markas hal itu membuatnya sedikit merasa aneh.

“Boss, apa yang akan kita lakukan? Klien telah menunggu sejak tadi,”

“Kalian pergi lebih dulu, setelah itu, amankan area yang akan dilakukan transaksi. Persiapkan diri kalian, jika sesuatu hal mungkin terjadi, bisa saja musuh mengetahui aktivitas kita,”

“Baik, kami akan berangkat sekarang. Bagaimana dengan anda?”

“Kalian pergi tanpaku, aku akan menunggu Nona,”

Tidak ada sangahan yang terjadi, hanya ada tindakan. Mereka tahu apa tugasnya. Beberapa orang masuk ke dalam truk dan beberapa mobil lain mengawal. Bukan sedikit harganya yang mereka bawa, dengan beberapa raturan senjata serta puluhan kilogram narkoba berharga fantastis.

“Kau yakin, truk ini?” tanya Elang yang sejak tadi memperhatikan rekaman CCtv.

“Ya tuan, aku sangat yakin. Aku telah mengeceknya dan akupun mendengar jika Bos mereka akan hadir dalam transaksi ini,”

Mendengar jika bos Re’Donna ikut dalam transaksi membuat Elang semakin bersemangat, dia ingin mengetahui bagaimana rupa dari bos mereka itu. Hal itu akan membuat jackpot untuknya.

“Bagus, aku suka itu. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Amankan keadaan sekitar, agar tidak mengundang polisi setempat,”

“Sudah dalam kendali, tinggal menunggu perintah, Tuan,”

“Lakukan seperti rencana, aku ingin pemimpin Re’Donna hidup-hidup,”

Suara tembakan terdengar, diikuti oleh suara tembakan secara beruntun dari dua kubu yang tengah saling menembak. Satu ingin mengambil senjata dan narkoba dalam truk, dan satunya lagi mengamankan truk itu.

Pria itu tengah duduk sambil menikmati bir di dalam mobil, dia menunggu anak buahnya mengantarkan apa yang dia inginkan, telah lima belas menit berlangsung. Membuatnya mengambil senjata miliknya, dan keluar dari sana.

Dor … dor …

Elang yang baru saja datang menembak beberapa orang secara acak. Ervin yang melihat hal itu, segera memerintahkan beberapa anggota untuk melindungi Elang, sedangkan dirinya memastikan jika mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Sebuah peluru berhasil menembus lengan Elang membuat pria itu meringis kesakitan.

“Tuan …” pekik Ervin yang melihat tuannya tertembak.

Pria itu begitu terkejut ketika Elang mendapatkan satu tembakan, membuatnya menembak beberapa musuh di hadapannya hal itu membuat tim lawan kehilangan beberapa onggotanya.

“Lindungi tuan, biar aku yang bereskan kekacauan di sini,” seru Ervin sambil melihat keadaan Elang.

“Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir,

“Sebaiknya anda kembali, biar aku yang mengurus di sini,”

Asistennya menatapnya penuh harap, ia tidak ingin Elang terus berada di tengah kekacauan.

“Baiklah, aku akan kembali,”

Beberapa orang mengawal Elang kembali ke mobil kemudian berlalu dari sana ke landasan helicopter sedangkan sisanya masih tetap berada di sana berusaha merebut truk bermuatan senjata dan narkoba.

Anna masih memikirkan perkataan Elang sata makan malam, hal itu membuatnya tidak bisa tidur apalagi dua orang pria berada di depan pintu akan selalu mengikuti ke manapun dia pergi. Dan hal itu sangat menyebalkan.

Tiga jam kepergian Elang, membuatnya terus mondar mandir mengamati keadaan sekitar, mencari cara agar kabur dari tempat itu, tapi penjagaan sangat ketat untuk wanita yang ingin kabur tanpa ketahuan identitasnya.

Jika dia ingin kabur, bisa saja dia lakukan secara terang-terangan. Tapi, hidupnya akan berubah jika dia melakukan hal itu.

Suara helicopter terdengar semakin lama semakin besar, anginpun berhembus begitu kuat membuat Anna melihat ke arah jendela melihat Elang yang baru saja kembali membuatnya keluar dari dalam kamar.

Di lantai bawah wanita itu berpapasan dengan Elang yang baru saja pulang dari misinya. Wajah dingin, kesal, nampak di wajah pria itu. Anna yang melihat darah yang menetes di lantai membuatnya menghampiri pria itu.

“D-darah,” ucap Anna membuat Elang melihat ke arah lengannya yang tadi tertembak.

“Sebaiknya kau kembali ke kamarmu,” titah Elang, wajahnya terlihat dingin tidak bersahabat. Namun, bukan Anna jika mengikuti perkataan pria itu.

Walaupun dia tidak tahu apa yang terjadi, dan raut wajah Elang terlihat dingin Anna tidak peduli. “Kau terluka, dan harus segera diobati,” seru Anna menarik tangan Elang membuat pria itu meringis kesakitan.

“M-maaf, aku tidak sengaja,”

Anehnya Elang pun mengikuti perintah Anna ketika wanita itu menyuruh dia untuk duduk. Terlihat Anna tengah kebingungan mencari sesuatu yang tidak dia temukan sejak tadi.

“Apa kau tidak punya kotak obat?” tanya Anna.

“Pojok kanan, bawah. Laci kedua,” jawab Elang menunjuk ke arah lemari.

Anna bergegas mencari kotak obat yang dikatakan Elang, sesuai dengan arah pria itu tadi. “Ketemu,” seru Anna. “Hei. Lepaskan kemejamu,”

“Tidak perlu, kau pergi tidur saja. Biarkan mere—“

Belum selesai Elang berkata, Anna lebih dulu melepas paksa kemejanya membuat kancing-kancing baju itu rusak. Elang hanya bisa memasang wajah tidak percaya, ia merasa tengah ditelanjangi oleh wanita dihadapannya. Beberapa maid yang melihat itu, mengutuk Anna terus menerus tentang perlakuan wanita itu pada tuan mereka.

Tidak segan-segan Anna melakukannya, membuat seorang pria tidak memakai kemeja. “Kau bisa membeli kemeja baru, kan?” tanya Anna menarik lengan pria itu dan melihat lebih dulu luka yang didapati oleh Elang.

Melihat luka itu, Anna sedikit terkejut. Luka yang dia lihat bukan luka biasa, tetapi luka tembakan sejenak ia melirik ke arah Elang kemudian Anna kembali focus pada luka itu.

“I-ini,”

Elang melihat ekspresi wanita di depannya hanya bisa mamasang wajah santai. Namun, tidak dengan Anna yang penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Elang sampai mendapatkan luka tembak.

“Kau tertembak,” ucap Anna sambil menatap netra Elang yang sejak tadi memperhatikannya.

“Ya,” begitu santai pria itu menjawab seakan luka itu bukan apa-apa baginya.

“Dilihat dari lukanya, ini peluru caliber 9.5,” batin Anna yang mengamati luka Elang dengan teliti.

Bukan seorang pemula dia melihat hal seperti ini, selama tiga tahun terakhir senjata, peluru dan luka adalah teman sehari-harinya. Melihat luka itu, tidak membuatnya takut ataupun merasa canggung untuk mengeluarkan peluru yang tengah bersarang dilengan Elang.

“Kenapa dia tidak takut melihat luka tembakan, seakan dia sering melihat luka seperti ini,” batin Elang sambil menatap wanita di depannya.

Tatapannya begitu sendu hingga terbit sebuah senyum hangat membuat beberapa maid di sana tidak percaya dengan apa dilihat oleh mereka, tuan mereka tersenyum. Tangannya meraih rambut Anna, kemudian menyelipkan di belakang telinga membuat sang wanita melihat ke arahnya.

“Kenapa situasi ini tampak canggung,” batin Anna sambil meraih sebuah pinset yang telah disetrilkannya.

“Ini akan sakit,” seru Anna sambil memasukan pinset itu ke dalam luka Elang.

Pria itu mencengkram erat sofa, ketika Anna meraih dan menjepit peluru yang tengah bersarang di lengannya. Ervin yang baru saja masuk, melihat hal itu menghentikan langkah kakinya. Dia tidak pernah melihat tuannya, menyuruh orang lain untuk merawatnya.

“Urgh …” ringis Elang, suaranya tertahan dia tidak ingin terlihat lemah di depan wanita karena itu dia menahan rasa sakit dari peluru yang dipaksa keluar dari lengannya.

Semenit kemudian, peluru tersebut telah berhasil dikeluarkan oleh Anna. Wanita itu mulai menjahit luka tembakan tanpa memberikan obat penahan rasa sakit, membuat pria itu beberapa kali meringis menahan jarum yang keluar masuk tengah menjahit kulitnya.

“Siapa yang menembakmu?”

Bersambung …

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ummu jhiju
seru banget ceritanya ditunggu kelanjutannya yaa semangat dan sehat selalu Author.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status