Home / Romansa / Dendam Wanita Terbuang / 7. Rahasia yang disembunyikan Elang

Share

7. Rahasia yang disembunyikan Elang

Dor …

Suara tembakan terdengar, membuat tubuh Anna bergetar, sebelum dia tidak sadarkan diri. Elang berada di hadapannya saat itu yang menembaknya dengan senjata listrik.

Elang terlalu kejam, bahkan seorang wanita di tembak mengunakan senjata listrik. Apa yang dilakukan oleh pria itu membuat para maid shock, tetapi tidak bisa menegur.

“Itu hadiah untuk gadis pembangkang, masih baik aku tidak membunuhmy” ucap Elang sambil menyerahkan senjata itu pada anak buahnya.

Ia telah memprediksikan Anna akan keluar ketika pintu terbuka, karena itu dia mengambil keputusan untuk menembak Anna.

Wajah Anna terlihat cantik saat tidak sadarkan diri, ketika para pengawal akan mengangkat tubuh Anna, ia mencengah dan melakukukannya sendiri.

Anna direbahkan di atas ranjang membuat rambut wanita itu berserakah menutupi wajahnya, dengan pelan Elang menyibak rambut itu dan menepikan. Dia bahkan tidak mengerti mengapa dia melakukannya.

“Saat dia sadar, sebaiknya kalian membersihkannya. Aku tidak ingin melihat pakaian murahnya masih melekat ditubuhnya dan persiapkan semuanya dengan benar,”

Pria itu menatap beberapa pelayan yang tengah berada di dalam ruangan itu, kemudian melangkah keluar.

Matanya menatap pengawal yang tengah berjaga di kedua sisi.

“Jangan membuat kesalahan, atau kalian akan tahu akibatnya,” perintah Elang kemudian melangkah pergi dari sana.

Asistennya mengikuti dari belakang, beberapa pelayan yang ada di sana hanya bisaa menelan salivanya, kemudian melihat ke arah Anna yang tidak sadarkan diri.

“Aku ingin kau menyelidiki lebih lanjut tentang presdir perusahaan EL Group, aku ingin mendapatkan informasi siapa presdirnya, gunakan cara apapun untuk mendapatkan, jika perlu siapkan mata-mata di perusahaan, aku ingin alasan presdir perusahaan itu tidak pernah terlihat di publik,”

“Baik, apa ada lagi?” tanya Ervin.

“Pesankan dress keluaran terbaru,”

“Baik, aku akan memesankannya untukmu,”

Pria itu hanya membutuhkan satu panggilan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tentunya dengan ketelitian serta cara kerja Ervin yang sangat bagus membuat pria itu berada di sisi Elang.s

“Kau ingin menikahinya?” tanya Ervin.

Pertanyaan yang sulit untuk dia tanyakan mengingat, tidak biasanya Elang menawarkan perjanjian pernikahan untuk seorang wanita. Biasa dia hanya mengurung para wanita itu di apartement tanpa mengikat perjanjian, dan menikmati setiap tubuh itu. Namun, tidak kali ini, tuannya membawa seorang wanita ke dalam mansion, itu cukup mengejutkan untuk mereka semua.

Elang menatap ke arah Ervin. “Ya, aku akan menikahinya,”

“Kenapa tidak membunuhnya saja, kita bisa melakukannya seperti biasa,”

Elang tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Apa yang dikatakan Ervin padanya, memang benar dia bisa saja membunuh Anna dan menghilangkan jejak wanita itu, tetapi tidak terbesit sama sekali di dalam hatinya untuk melakukan hal keji itu.

“Aku tidak terpikirkan membunuhnya,” ucap Elang pelan.

“Kenapa tidak? Kita bisa menjebaknya, seperti gadis-gadis sebelumnya. Aku yakin, dia akan menjadi ancaman bagi kita,”

Bukan menjawab pertanyaan Ervin, pria itu malah mengoyangkan gelas pendek berisi bir miliknya, matanya menatap ke layar televisi.

“Aku akan ikuti permainannya,”

Ervin mengerutkan keningnya. “Oh iya, malam ini, mantan klien kita melakukan transaksi dalam skala besar dengan Re’Donna,”

“Benarkah?”

Mendengar Re’Donna disebut membuat Elang begitu antusias.

“Jika seperti itu, bagaimana jika kita merebutnya? aku ingin memberinya pelajaran, agar tidak bermain-main dengan Velenosa,” Sudut bibir Elang terangkat, dia sangat tidak sabar menjalankan aksinya malam ini.

“Persiapkan semuanya, Ervin,”

Pria itu menganggukan kepalanya. “Ah, aku lupa. Panggilkan Tirtan,”

Ervin melihat ke arah Elang yang tengah duduk sambil bersandar. “Baik akan kupanggilkan,”

Pria bermata cokelat itu merasa heran di saat seperti ini, tidak biasanya Elang memanggil Tirtan. Sudah lama sekali, atasannya tidak memanggil pria itu membuatnya menghadirkan kecurigaan.

Suara pintu yang tertutup menandakan jika Ervin telah menghilang dibalik pintu. Tengkuk lehernya dipijat, terasa tegang ia mencoba untuk merilekskan dirinya hingga suara ketukan membuatnya membuka mata.

“Masuk,”

Seorang pria kemeja hitam, tidak lupa dengan jas lab miliknya. Sebuah nama tertulis di sana. Tirtan Bumantara—Psikiater dengan gelar Profesor di usia mudanya.

Setelah berbincang-bincang Tirtan memilih pergi dari sana. Baru saja dia turun dari dikejutkan oleh seorang wanita berlari ke arahnya. Wanita itu adalah Anna yang berusaha kabur.

Pakaian Anna tampak kacau, karena baru saja membereskan dua orang pria yang menjaga pintu kamarnya.

“T-tolong aku, aku diculik olehnya, bisakah kau membantuku?” pinta Anna membuat Tirtan menatap ke arah Elang yang baru saja turun dari lantai atas.

Anna kesal karena tidak ada respon dari pria yang dimintai bantuan membuat kesal. “Apa kau tidak dengar? Aku diculik olehnya, tolong telpon polisi untukku,” ucap Anna dengan tegas.

Namun pria itu hanya menatapnya, dengan kebingungan.

“Mainan baru?” tanya Tirtan melihat ke arah Elang berada di belakang Anna.

Pertanyaan itu membuat Anna geram dan memberikan satu pukulan tepat di wajah Tirtan karena mengatakan dia adalah mainan baru.

“Aw … kenapa kau memukulku?” tanya Tirtan.

Sayangnya, bukan jawaban yang diberikan oleh Anna tetapi sebuah pukulan tepat di ulu hati Tirtan membuat pria itu menjerit kesakitan dengan darah terlihat disudut bibirnya. Elang tertawa melihat apa yang baru saja terjadi, dia tidak menyangka jika Anna bisa melakukannya.

“Sialan kau. Memanggilku dengan sebutan mainan baru,” kesal Anna bersiap untuk memukul kembali wajah Tirtan.

Pria itu tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Anna padanya, meminta bantuan Elang karena tubuhnya terlentang di lantai dengan leher yang tengah di kunci, serta kepalan tangan yang siap menghantam wajahnya.  

“Hei, apa kau akan membiarkanku mati?” tanya Tirtan yang tengah meringis membuat Elang mengangkat bahunya, dia tidak ingin ikut campur.

“Sialan,” umpat Anna sambil beranjak seakan kata ‘sialan’ adalah kata favorit miliknya.

Anna melihat wajah Elang yang tengah tersenyum membuatnya ingin menghajar wajah itu tetapi pergelangan tangannya lebih dulu ditangkap oleh Elang.

Pria itu hanya tersenyum, membuat Anna ingin sekali menghajar wajah pria di depannya. “Kau hanya perlu patuh, setelah mengetahui sesuatu yang harusnya tidak kau ketahui,”

Anna menghela nafasnya dengan kasar, emosinya memuncak dia benar-benar ingin menghajar wajah pria di depannya.

“Aku sudah berkali-kali mengatakannya, aku tidak tahu apa yang kau katakan, aku tidak tahu tentang rahasia apa yang kau—“ perkataan Anna terhenti ketika dia merasakan rasa sakit yang sangat di kepalanya.

Aarrhh … Anna memekik kemudian berjongkok memegang kepalanya yang terus menerus sakit. Rasa sakit itu membuatnya emosi, dan mendorong Tirtan hingga membentur dinding saat pria itu berusaha untuk menenangkannya.

“Kau tidak mengatakan jika dia ahli memukul orang, El,”

Bruk!

Anna ambruk seketika, membuat Elang panik melihat apa yang baru saja terjadi. Membuatnya segera mengendong Anna masuk ke dalam kamar dan membaringkan gadis itu.

“Apa yang jadi padanya? Tadi, dia baik-baik saja,”

“Aku tidak tahu. Aku melihat dia seperti kehilangan kesadaran sesaat, tapi aku harus mengeceknya lebih lanjut,”

“Kehilangan kesadaran? Maksudmu, dia memiliki kepribadian ganda, Tir?”

Bersambung …

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status